Anda di halaman 1dari 124

AUDIT INTERNAL

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pergeseran Peran Auditor

Watch Dog Konsultan


& Katalis
A. LATAR BELAKANG
Aktivitas audit internal dirancang untuk:

Memberikan nilai tambah

Meningkatkan operasi
organisasi
A. LATAR BELAKANG
Audit

Evaluasi
Assurance
Reviu

Pemantauan
Lingkup tugas
Auditor Internal
Asistensi

Bimbingan Teknis
Konsultansi
Konsultan

Lainnya
B. KOMPETENSI DASAR

“Setelah mempelajari modul ini


peserta diklat diharapkan mampu
menjelaskan konsepsi pelaksanaan
audit intern.”
C. INDIKATOR KEBERHASILAN
Memiliki pengetahuan mengenai prinsip-prinsip audit kinerja, audit atas
aspek keuangan tertentu, audit untuk tujuan tertentu, dan audit khusus/
investigasi/berindikasi tindak pidana korupsi.

Memiliki pengetahuan mengenai prinsip-prinsip kegiatan pengawasan lain.

Memiliki pengetahuan mengenai praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit,


evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain.

Memiliki pengetahuan mengenai sistem teknologi informasi dalam


melaksanakan kegiatan audit intern.

Memiliki pengetahuan mengenai metode dan teknik audit, evaluasi, reviu,


pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain.
D. SISTEMATIKA MODUL
1. Bab I Pendahuluan
2. Bab II Gambaran Umum
3. Bab III Perencanaan Penugasan Assurance
4. Bab IV Pelaksanaan Penugasan Assurance
5. Bab V Pelaporan Penugasan Assurance
6. Bab VI Penugasan Konsultansi
7. Bab VII Pengaruh Perkembangan Teknologi I
nformasi
8. Bab VIII Simpulan
E. METODE PEMBELAJARAN

Ceramah Tanya Latihan


jawab &
diskusi
BAB II
GAMBARAN UMUM
Indikator Keberhasilan

Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan memiliki


pengetahuan mengenai prinsip-prinsip audit kinerja, audit atas
aspek keuangan tertentu, audit untuk tujuan tertentu, dan audit
khusus/ investigasi/berindikasi tindak pidana korupsi.
Serta memiliki pengetahuan mengenai prinsip-prinsip kegiatan
pengawasan lain, antara lain kegiatan sosialisasi mengenai
pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan,
pembimbingan dan konsultansi, pengelolaan hasil pengawasan,
dan pemaparan hasil pengawasan.
A. PENGERTIAN INTERNAL AUDIT
Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan
audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan
pengawasan lainnya berupa asistensi, sosialisasi dan
konsultansi terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan
yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan kepemerintahan yang baik.
(Standar APIP)
A. PENGERTIAN INTERNAL AUDIT
Internal auditing is an independent, objective
assurance and consulting activity designed to
add value and improve an organization's
operations. It helps an organization accomplish
its objectives by bringing a systematic,
disciplined approach to evaluate and improve
the effectiveness of risk management, control,
and governance processes.
(The Institute of Internal Auditor’s)
A. PENGERTIAN INTERNAL AUDIT
Audit

Pendekatan
sistematis Internal
dan disiplin

Kata kunci
Internal
Membantu Audit
organisasi
Assurance
mencapai
tujuannya

Independen Konsultansi
B. PERUBAHAN PARADIGMA APIP
URAIAN WATCHDOG CONSULTANT CATALYST

Audit kepatuhan
Proses (Compliance Audit operasional Assurance
Audit)

Adanya Variasi Penggunaan


(penyimpangan,
Fokus sumber daya Nilai (Values)
kesalahan atau (resources)
kecurangan dll)

Impact Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang


C. PERKEMBANGAN RISK BASED AUDIT
Risk Risk Maturity Risk Register Audit Universe
Management Level (Daftar Risiko) (Peta Obyek Audit)

TAHAPAN PENETAPAN PETA OBYEK


AUDIT
“kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian
tujuan instansi pemerintah.”

(Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP)


RISK MANAGEMENT:
“Serangkaian proses sejak
identifikasi, analisis,
pengelolaan, dan
pengendalian risiko untuk
memberikan keyakinan
yang memadai tentang
pencapaian tujuan.”

Langkah penilaian risiko:


Identifikasi & Analisis
RISK MATURITY LEVEL:
“tingkatan sejauh mana
Manajemen Risiko telah
diadopsi dan diterapkan
di seluruh organisasi
untuk mengidentifikasi,
menganalisis,
menentukan response
risiko dan melaporkan
peluang/ancaman yang
dapat mempengaruhi
pencapaian tujuan
organisasi.”
Tujuan organisasi

Kertas kerja penilaian


risiko

Wawancara dengan Tingkat risk appetite


Langkah untuk Pimpinan Organisasi
mengetahui Risk
Maturity Level Mengumpulkan Prosedur identifikasi
informasi/bukti risiko
Bukti bahwa
pengambilan
keputusan
mempertimbangkan
risiko

Daftar risiko organisasi

Dokumen lain
RISK MATURITY MODEL

Sumber: http://www.collectionscanada.gc.ca/audits-evaluations/012014-257-e.html
RISK MATURITY DAN PENDEKATAN AUDIT INTERNAL
Risk
Karakteristik kunci Pendekatan Internal Audit
Maturity
Memfasilitasi organisasi membangun
Organisasi belum menerapkan manajemen risiko.
Risk Naive
Manajemen Risiko secara formal Auditor melakukan penilaian risiko dengan
keterlibatan manajemen.
Memfasilitasi organisasi membangun
Penerapkan Manajemen Risiko
manajemen risiko.
Risk Aware Organisasi secara acak (scattered Auditor melakukan penilaian risiko dengan
silo approach) keterlibatan manajemen.

Strategi dan kebijakan manajemen Memfasilitasi penyempurnaan manajemen


risiko telah dikomunikasikan dan
Risk Defined risiko. Audit memanfaatkan hasil penilaian
tingkatan risiko yang dapat ditolerir risiko yang dilakukan manajemen
(risk appetite) telah ditetapkan

Risk manajemen telah diterapkan Penekanan audit pada proses manajemen


Risk
dan dan telah dikomunikasikan ke risiko. Perhatian khusus diberikan untuk
Managed seluruh anggota organisasi. memverifikasi pemantauan risiko utama.

Organisasi telah mengintegrasikan Penekanan audit pada proses manajemen


Risk Enabled manajemen risiko dan internal risiko. Perhatian khusus diberikan untuk
control memverifikasi pemantauan risiko utama.
DAFTAR RISIKO (RISK REGISTER)
• Dari hasil penilaian risk maturity, dapat diperoleh
daftar risiko (risk register) organisasi.
• Dalam konteks kondisi manajemen risiko yang
masih naive dan aware, daftar ini dapat diperoleh
dari hasil fasilitasi penyusunan risk register.
• Bila manajemen risiko organisasi telah mencapai
level managed dan enabled, auditor dapat
menggunakan daftar risiko yang dihasilkan
manajemen.
Audit Universe (peta
audit) merupakan daftar
semua kemungkinan
audit yang dapat
dilakukan yang dapat
dimanfaatkan untuk
perencanaan audit
jangka panjang (lebih
dari satu tahun),
menyusun strategi audit,
dan aktivitas audit
AUDIT?
lainnya.
INFORMASI DALAM AUDIT UNIVERSE
• Risiko yang telah teridentifikasi dan telah dilengkapi
dengan score.
• Tujuan yang terancam oleh masing-masing risiko.
• Pemilik Risiko (risk owner).
• Pengendalian yang diterapkan oleh manajemen.
• Simpulan hasil audit sebelumnya mengenai efektifitas
pengendalian setiap risiko.
• Informasi mengenai audit-audit yang telah dan akan
dilakukan.
• Informasi lain terkait pengendalian dan risiko.
D. KEGIATAN ASSURANCE DAN
KONSULTANSI
ASSURANCE
PERAN
AUDITOR
INTERNAL KONSULTANS
I
KEGIATAN ASSURANCE
• Pemeriksaan bukti-bukti secara obyektif untuk
memberikan penilaian independen tentang
manajemen risiko, pengendalian, dan proses
tata kelola.
• Contohnya dapat berupa penugasan terkait
keuangan, kinerja, ketaatan, dan keamanan
sistem
(International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing (IPPF-2013))
KEGIATAN KONSULTANSI
• Pemberian saran terkait aktivitas organisasi.
Sifat dan lingkup penugasan disepakati
bersama untuk memberikan nilai tambah dan
perbaikan risiko, pengendalian, dan proses
tata kelola organisasi.
• Contohnya dapat berupa konsultansi,
pemberian saran, fasilitasi dan pelatihan.
(International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing (IPPF-2013))
PERBEDAAN ASSURANCE DAN KONSULTANSI

PIHAK YANG STANDAR TUJUAN PENYAMPAIAN


TERLIBAT PELAKSANAAN KEGIATAN HASIL

Memberikan
Auditi, Jenis
Sdh. Diatur penilaian
auditor informasi &
dalam independen,
ASSURANCE internal, dan
Standar dg. lingkup
format
penerima laporan
Audit APIP menurut
manfaat relatif sama
auditor

Jenis inforasi
& format
Blm. Diatur Memberikan laporan
Manajemen
dalam saran, tergantung
KONSULTANSI dan Auditor
Standar pelatihan jenis &
Internal lingkup
Audit APIP dan fasilitasi
penugasan yg
disepakati
JENIS KEGIATAN
ASSURANCE DAN KONSULTANSI
DERAJAT ASSURANCE

Jumlah
Jenis Derajat Bukti Sifat
Penugasan Assurance Dikumpul Assurance
kan

Audit Tinggi Banyak Positif


Cukup
Reviu Sedang Negatif
Banyak

Assurance Lain Bervariasi Bervariasi Negatif


POSITIVE ASSURACE
• Positive assurance (biasa disebut reasonable
assurance/jaminan memadai) diberikan oleh auditor
internal untuk memberikan keyakinan bahwa informasi
yang diaudit telah sesuai dengan kriteria/ketentuan.
• Dalam penilaian efektifitas kegiatan, pernyataan jaminan
memadai dapat diberikan dalam bentuk : “Dari hasil
audit yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa
pelaksanaan tugas dan fungsi Satker XYZ telah
dilaksanakan dengan efektif dalam mencapai tujuan
organisasi”.
NEGATIVE ASSURANCE
• Negative assurance/jaminan terbatas yang diberikan
oleh auditor ‘hanya’ memberi keyakinan bahwa tidak
ditemukan adanya penyimpangan/bukti adanya
penyimpangan dari kriteria yang digunakan.
• Dalam penilaian efektifitas kegiatan, pernyataan
jaminan memadai dapat diberikan dalam bentuk :
“Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, tidak
ditemukan bukti bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi
Satker XYZ dilaksanakan dengan tidak efektif”.
E. TAHAPAN PENUGASAN
AUDIT INTERNAL
TAHAPAN PENUGASAN ASSURANCE

PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAPORAN


• Penetapan tujuan dan lingkup • Pengujian dan pengumpulan • Penyampaian simpulan
penugasan bukti sementara
• Pemahaman auditi • Evaluasi bukti dan pengambilan • Penyusunan laporan
• Identifikasi dan penilaian riitsiko kesimpulan • Distributi laporan
• Identifikasi pengendalian kunci • Pengembangan temuan dan • Monitoring tindak lanjut
• Evaluasi pengendalian rekomendasi
• Penyusunan rencana pengujian
• Penyusunan program audit
• Pengalokasian sumber daya
TAHAPAN PENUGASAN KONSULTANSI

PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAPORAN


• Penentuan tujuan dan lingkup • Penugasan Advisory • Penyampaian simpulan
• Permintaan persetujuan tujuan • Pengumpulan dan evaluasi sementara
dan lingkup penugasan dari bukti • Penyusunan laporan
manajemen • Penyusunan saran • Distributi laporan
• Pemahaman lingkup penugasan • Penugasan Training dan • Monitoring tindak lanjut (jika
dan proses bisnis Fasilitative diperlukan)
• Pemahaman risiko yang terkait • Penyusunan bahan
(jika diperlukan) fasilitasi/training
• Pemahaman pengendalian • Pelaksanaan fasiliasi/training
terkait (jika diperlukan) • Evaluasi efektivitas
• Evaluasi desain pengendalian
• Penyusunan rencana penugasan
• Pengalokasian sumber daya
BAB III
PERENCANAAN PENUGASAN
ASSURANCE AUDIT INTERNAL
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan memiliki
pengetahuan mengenai praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit,
evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain. (2.8) dan
memiliki pengetahuan mengenai metode dan teknik audit, evaluasi,
reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain. (2.6)
PENUGASAN ASSURANCE YANG TAHAPANNYA
TELAH DIATUR SECARA KHUSUS
• Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun
2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
• Audit Investigatif
 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Permen PAN) Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah dan Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1314/K/D6/2012 tentang
Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI)
• Reviu Laporan Keuangan
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010 tentang Standar Reviu
atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 4 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
A. PENETAPAN TUJUAN DAN LINGKUP

• Tujuan > Apa yang akan dicapai


• Lingkup penugasan > Apa yang akan diuji
AUDIT (POSITIVE ASSURANCE)
BERDASARKAN TUJUANNYA

Audit • Memberi opini atas laporan keuangan


Keuangan
Audit • Menilai efektifitas dan efisiensi
program/kegiatan, serta ketaatan pada
Kinerja peraaturan

Audit • Mengungkapkan terjadi atau tidaknya


Investigasi suatu perbuatan yang melawan hukum
PEMBERIAN KEYAKINAN TERBATAS (NEGATIVE
ASSURANCE) BERDASARKAN TUJUANNYA

• Penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan yang


Reviu bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan
telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

• Menilai kemajuan suatu program/kegiatan dalam


Pemantauan mencapai tujuan yang telah ditetapkan

• Membandingkan hasil/prestasi suatu kegiatan


Evaluasi dengan standar, rencana, atau norma
B. PEMAHAMAN PROSES KERJA AUDITI

PEMAHAMAN TERHADAP:
• TUJUAN ORGANISASI
• PROSES KERJA
• AREA YANG MENJADI LINGKUP PENUGASAN
SUMBER DATA DALAM MEMAHAMI AUDITI

• Renstra
• Kebijakan
• Prosedur Baku
• Uraian tugas masing-masing pegawai yang
terlibat
• Process Map/Flow Chart keseluruhan proses
• Dokumentasi lain misalnya laporan efektifitas
internal control
PROSEDUR ANALITIS DALAM MEMAHAMI
AUDITI
• Membandingkan data tahun ini dengan data
tahun sebelumnya
• Analisis rasio, misalnya tingkat penyerapan
anggaran (realisasi/anggaran)
• Mengukur tingkat kemandirian keuangan
pemerintah daerah (PAD/total pendapatan)
• Mengukur tingkat capaian kinerja, baik kinerja
keuangan maupun kinerja non keuangan
C. IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO

• Untuk mengidentifikasi dan menilai risiko,


auditor memerlukan informasi tentang risiko.
• Informasi mencakup risk maturity level, proses
manajemen risiko yang dilaksanakan
organisasi, dan risiko yang dihadapi organisasi.
• Informasi yang dihadapi organisasi tertuang
pada daftar risiko. (rujuk kembali slide 23 di Bab II >
keterkaitan antara Risk Maturity Level dengan pendekatan
audit internal dlm. mengidentifikasi dan menilai risiko)
IDENTIFIKASI RISIKO
• Identifikasi risiko adalah proses menetapkan apa, dimana,
kapan, mengapa, dan bagaimana sesuatu risiko dapat
terjadi, sebelum risiko timbul dan berdampak negatif
terhadap pencapaian tujuan.
• Identifikasi dilakukan melalui wawancara dengan para
pihak yang terkait dengan kegiatan yang dinilai risikonya,
evaluasi dokumen, pengamatan dan pendekatan lainnya
untuk menggali risiko yang ada.
• Hasil identifikasi risiko adalah suatu daftar risiko-risiko
yang berpotensi mengancam pencapaian tiap tujuan
organisasi.
SUMBER RISIKO
• Faktor Internal
antara lain infrastruktur organisasi, personil,
proses bisnis dan kondisi teknologi organisasi.
• Faktor Eksternal
antara lain perubahan ekonomi, bencana alam,
peristiwa politik, perubahan sosial dan
perkembangan teknologi.

(COSO - Enterprise Risk Management (2004))


FORMAT HASIL IDENTIFIKASI RISIKO
PENILAIAN RISIKO
• Penilaian risiko pada dasarnya merupakan
penentuan tingkat kemungkinan terjadinya
risiko serta pengaruh/akibat yang harus
ditanggung oleh entitas/organisasi.
• Unsur penaksiran risiko:
– Dampak risiko (consequences/impact)
– Kemungkinan terjadinya (likelihood/probability)
PENGUKURAN RISIKO
• Dampak dan kemungkinan terjadinya risiko
dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif.
• Contoh:
– Dampak: Sangat Besar (5), Besar (4), Menengah
(3), Kecil (2) dan Sangat Kecil (1).
– Kemungkinan terjadinya: (5) hampir pasti, (4)
cenderung terjadi, (3) mungkin terjadi, (2) kadang-
kadang terjadi dan (1) sangat jarang terjadi.
RISIKO SEBELUM DAN SESUDAH
PENANGANAN

INHERENT INTERNAL RESIDUAL


RISK CONTROL RISK
PENGENDALIAN MITIGATIVE DAN
PREVENTIVE
CONTOH FORMAT HASIL PENILAIAN RISIKO
CONTOH PETA RISIKO
5
4
P 3 IR
r 2
o
b
a
b
il
i 1 RR
t
a
s

1 2 3 4 5
Dampak
IR = Inherent Risk
RR=Residual Risk
D. IDENTIFIKASI PENGENDALIAN
KUNCI
 mengidentifikasi pengendalian yang paling
berperan untuk menekan risiko sampai di
level yang dapat diterima.
AKTIVITAS PENGENDALIAN

• Persetujuan • Pengujian • Pembatasan


(approving) kelengkapan kegiatan
• Perhitungan/Perhit dokumen/bukti • Pemisahan
ungan ulang angka • Pencocokan dan kewenangan
• Dokumentasi pembandigan dua • Supervisi/pengara
dokumen han dan waskat
• Monitoring
KARAKTERISTIK PENGENDALIAN KUNCI

• Kegagalan pengendalian kunci dapat


berdampak material terhadap pencapaian
tujuan organisasi karena tidak dapat segera
dideteksi oleh pengendalian lain
• Berfungsinya pengendalian kunci dapat
mencegah kegagalan pengendalian lain
sebelum berdampak material.

(COSO Internal Control — Integrated Framework Guidance on Monitoring)


E. EVALUASI PENGENDALIAN
• Internal auditor harus memastikan bahwa pengendalian
kunci telah didesain dengan baik untuk menekan risiko di
level yang dapat diterima.
• Hal-hal yang harus difahami auditor:
– Tingkatan risiko yang dapat diterima manajemen (acceptable level)
sesuai tingkatan selera risiko manajemen (risk appetite).
– Apakah risiko ditangani oleh satu (individually) atau beberapa
(collectively) pengendalian kunci .
– Apakah ada pengendalian tambahan (compensating control) dari
proses lain yang turut menekan risiko ke level yang dapat diterima.
– Apakah desain pengendalian kunci, jika berjalan efektif, dapat
menekan risiko ke level yang dapat diterima.
F. PENYUSUNAN RENCANA PENGUJIAN

• Internal auditor harus mendisain teknik


memperoleh bukti-bukti untuk mencapai
tujuan audit.
• Rencana pengujian termasuk sifat pengujian,
waktu dan prosedur yang diperlukan dalam
mendapatkan bukti.
JENIS/GOLONGAN BUKTI

Bukti pengujian fisik

Bukti dokumen

Bukti analisis

Bukti keterangan
TEKNIK AUDIT YANG UMUM
DIGUNAKAN
Analisis Cross footing
Observasi/pengamatan Vouching
Permintaan informasi Trasir
Evaluasi Scanning
Investigasi Rekonsiliasi
Verifikasi Konfirmasi
Cek Pembandingan
Uji/Test Inventarisasi/opname
Footing Inspeksi
G. PENYUSUNAN PROGRAM KERJA
• Program Kerja Audit (PKA) adalah rancangan
prosedur dan teknik audit yang disusun secara
sistematis yang harus diikuti/dilaksanakan oleh
auditor dalam kegiatan audit untuk mencapai tujuan
audit.
• Isi PKA secara umum : prosedur audit, dilaksanakan
oleh, waktu yang diperlukan, dan nomor Kertas Kerja
Audit (KKA).
• Penyusunan PKA melalui tahap matriks risiko dan
pengendalian.
MATRIKS RISIKO DAN PENGENDALIAN
Risiko Pengendalian Kunci Prosedur Pengujian
Risiko A  Pengendalian A  Prosedur A
 Pengendalian B  Prosedur B
 Pengendalian C  Prosedur C

Risiko B  Pengendalian D  Prosedur D


 Pengendalian E  Prosedur E
 Pengendalian F  Prosedur F

Risiko A  Pengendalian G  Prosedur G


 Pengendalian H  Prosedur H
 Pengendalian I  Prosedur I
CONTOH FORMAT PKA
H. PENGALOKASIAN SUMBER DAYA
• Pengalokasian sumber daya dilakukan untuk
menentukan jumlah waktu, biaya dan jadwal
yang diperlukan agar penugasan dapat
diselesaikan tepat waktu.
• Hasil dari tahap ini adalah alokasi hari
pengawasan (HP) masing-masing auditor,
alokasi biaya per auditor dan jenis pengujian
yang akan dilakukan.
BAB IV
PELAKSANAAN PENUGASAN
AUDIT INTERNAL
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan memiliki
pengetahuan mengenai praktik-praktik terbaik pelaksanaan
audit, evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lain. (2.8) dan memiliki pengetahuan mengenai metode dan
teknik audit, evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain. (2.6)
A. PENGUJIAN DAN PENGUMPULAN BUKTI

Dalam setiap pengujian yang dilakukan, hasilnya didokumentasikan ke


dalam Kertas Kerja Audit (KKA).
KKA adalah catatan (dokumentasi) yang dibuat oleh auditor mengenai bukti-bukti yang
dikumpulkan, berbagai teknik dan prosedur audit yang diterapkan, serta simpulan-
simpulan yang dibuat selama melakukan . Bisa dibuat sendiri oleh auditor atau berupa
salinan (auditor’s copy)
DOKUMEN KKA
• Dokumen dapat berbentuk kertas
foto/film/gambar, kaset rekaman, atau file
komputer.
• Sumber dokumen KKA dapat berasal dari
auditi, pihak di luar auditi/instansi lainnya,
maupun dari pihak auditor.
KKA yang baik harus mencerminkan:

• Kegiatan audit mulai dari perencanaan, survai


pendahuluan, evaluasi pengendalian
manajemen, pengujian substantif, sampai
dengan pelaporan dan tindak lanjut hasil
audit.
• Langkah-langkah audit yang ditempuh,
pengujian yang dilakukan, informasi yang
diperoleh dan simpulan-simpulan hasil audit.
TUJUAN PENYUSUNAN KKA
• Menghubungkan audit yang dilaksanakan dengan LHA
• Mendokumentasikan seluruh informasi yang diperoleh selama kegiatan audit.
• Mendukung temuan audit.
• Membantu auditor pada saat pembahasan permasalahan dengan auditi.
• Menjadi sarana untuk mengawasi, menilai, memonitor, dan menilai kecukupan
teknik dan prosedur audit.
• Menjadi bahan pembuktian dalam hal masalah diajukan ke pengadilan.
• Menjadi referensi dalam perencanaan tugas audit atau pelaksanaan audit periode
berikutnya dan referensi dalam memonitor tindak lanjut audit.
• Membantu auditor ekstern dalam mengevaluasi sistem pengendalian intern auditi
dan mengevaluasi pekerjaan auditor intern sebelum auditor ekstern memutuskan
untuk memanfaatkan hasil kerja auditor intern yang terkait dengan keperluan
auditnya.
• Memungkinkan dilakukannya review oleh rekan sejawat (peer review) atau oleh
lembaga yang berwenang,
• Sebagai pertanggungjawaban auditor bahwa audit telah dilaksanakan sesuai
standar audit.
HUBUNGAN PKA DENGAN KKA
AUDIT SAMPLING
• Audit sampling adalah penerapan
pengujian/prosedur audit kurang dari 100%
populasi yang bertujuan untuk mendapat
simpulan kondisi seluruh populasi.
• Dalam setiap penarikan sampel senantiasa
melekat penyimpangan, yang dikenal dengan
nama “sampling error”. Sampling error dapat
ditekan dengan cara menambahkan jumlah
sampel, namun tidak selamanya demikian.
HUBUNGAN SAMPLING EROR DENGAN
JUMLAH SAMPLE
MATRIKS RISIKO DAN HASIL PENGUJIAN
B. EVALUASI BUKTI DAN PENGAMBILAN
KESIMPULAN
Evaluasi bukti dilakukan untuk menjawab pertanyaan
terkait efektifitas pengendalian intern sebagai berikut:
• Apakah pengendalian kunci telah didesain dengan
baik?
• Apakah pengendalian kunci telah berfungsi dengan
baik seperti yang direncanakan ?
• Apakah risiko terkait telah berhasil di tekan pada
tingkat yang dapat diterima ?
• Apakah pengendalian yang telah didesain dan
diterapkan membantu pencapaian tujuan organisasi ?
MATRIKS RISIKO DAN SIMPULAN
C. PENGEMBANGAN TEMUAN DAN
REKOMENDASI

Kondisi


TEMUAN/ SARAN
OBSERVATION/ /REKOMEN
Kriteria FINDINGS DASI
LANGKAH PENGEMBANGAN TEMUAN
• Kenali secara khusus apa yang kurang dalam hubungan dengan kriteria/tolok ukur yang lazim.
1

• Yakini kelayakan kriteria/tolok ukur yang dipergunakan.


2 • Bila tidak dijumpai tolok ukur, rumuskan bersama-sama dengan auditi.

• Kenali batas wewenang dan tanggung jawab pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan,
3 program dan fungsi yang diaudit.

• Kenali batas wewenang pejabat yang bertanggung jawab langsung terhadap kegiatan, program dan
4 fungsi yang diaudit dan ketahui pejabat yang bertanggung jawab pada tingkat yang lebih tinggi.

• Pastikan sebab kelemahannya.


5

• Tentukan apakah kelemahan tersebut merupakan kasus yang berdiri sendiri atau tersebar luas.
6

• Tentukan akibat atau arti pentingnya kelemahan.


7

• Mintakan komentar pejabat yang kompeten.


8

• Mintakan kesediaan untuk menindaklanjuti.


9
LANGKAH PENGEMBANGAN REKOMENDASI
• Identifikasi masalah
1

• Menguraikan masalah. Seberapa besar? Dimana? Kapan? Apakah sering terjadi?


2

• Mencari kemungkinan penyebabnya. Apakah penyebab menggambarkan situasi keseluruhan atau


3 hanya sebagian?

• Buatlah alternatif-alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah.


4

• Analisis setiap alternatif, apa kebaikan dan kelemahan apabila suatu alternatif dipilih untuk dilakukan.
5

• Pilihlah alternatif tindakan yang paling baik.


6

• Buatlah rekomendasi untuk dapat mengimplementasikan alternatif tindakan yang paling baik tersebut.
7 Yakinkan kepada pihak manajemen, bagaimana prosedurnya dan bagaimana mengendalikannya.

• Mintakan komentar pejabat yang kompeten.


8

• Mintakan kesediaan untuk menindaklanjuti.


9
Peraturan
perundang-
undangan

Ketentuan
Kondisi manajemen

Pengendalian
Kriteria manajemen

Tolok ukur
keberhasilan,
Sebab efisiensi dan
Unsur Temuan kehematan

Standar dan
Akibat norma/kaidah

Memperbaiki
kelemahan
Rekomendasi
Meminimalisasi
akibat dari
kelemahan yang
ada
KRITERIA REKOMENDASI YANG BAIK

• Jelas ditujukan kepada siapa.


• Mengarah pada tindakan nyata.
• Konsekuensi yang akan timbul apabila tindak
lanjut atas rekomendasi tidak dilakukan.
• Dapat dilaksanakan oleh auditi
• Apabila ada alternatif perbaikan, tuangkan
semua alternatif berikut alasan masing-
masing.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
MEMBERIKAN/MERUMUSKAN REKOMENDASI
• Biaya yang akan terjadi dalam
mengimplementasikan rekomendasi harus
tidak melebihi manfaat yang akan
diperolehnya.
• Jika terdapat beberapa alternatif rekomendasi
dengan biaya yang terkait, harus diusulkan.
• Rekomendasi harus dapat dilaksanakan.
LANGKAH YANG DAPAT DILAKUKAN APABILA
TIDAK TERSEDIA KRITERIA
• Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga (misalnya dalam
hal harga barang/jasa).
• Bersama dengan auditi melakukan formulasi kriteria yang
akan dipakai sebagai tolok ukur.
• Norma standar yang sama atau sejenis dengan kegiatan
auditi sehingga norma/standar tersebut dapat digunakan
sebagai pembanding.
• Menggunakan keterangan tenaga ahli.
• Selanjutnya kriteria yang diperoleh tersebut harus
dibicarakan dengan pihak auditi untuk memperoleh
kesepakatan.
BAB V
PELAPORAN PENUGASAN
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat
diharapkan memiliki pengetahuan
mengenai praktik-praktik terbaik
pelaksanaan audit, evaluasi, reviu,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lain. (2.8) dan memiliki pengetahuan
mengenai metode dan teknik audit,
evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain. (2.6)
A. PENYAMPAIAN SIMPULAN SEMENTARA
• Selama pelaksanaan penugasan, internal auditor secara teratur
berkomunikasi dengan personil kunci auditi.
• Pembicaraan akhir harus tuntas. Ada baiknya sebelum dibicarakan final, ketua
tim berkonsultasi dulu dengan pengendali teknisnya dan/atau pengendali
mutunya supaya ada keseragaman pendapat mengenai masalah yang akan
dibicarakan dengan auditi.
• Usahakan mendapat komentar pejabat atau pihak yang langsung
berkepentingan yang mungkin akan melakukan tindak lanjut temuan
tersebut dan mungkin akan mengalami akibat negatif dari pelaporan temuan
tersebut.
• Apabila tidak bisa diperoleh komentar dari pihak yang terkena, maka laporan
harus memaparkan kenyataan itu.
• Komentar tambahan juga harus diminta apabila komentar pendahuluan
tampaknya tidak relevan dengan simpulan dan rekomendasi yang diajukan.
B. PENYUSUNAN LAPORAN
• Proses penyusunan laporan, diawali dengan
penyusunan konsep laporan oleh Ketua Tim
(KT).
• Pengendali teknis (PT) melakukan reviu konsep
laporan untuk keseluruhan aspek (baik fisik,
format dan substansi).
SYARAT KUALITAS KOMUNIKASI YANG BAIK
DARI SEBUAH LAPORAN

Akurat
Obyektif
Jelas
Ringkas
Konstruktif
Lengkap
Tepat waktu
Bentuk Laporan

Bentuk Bab Bentuk Surat

Materi laporan
relatif sedikit/
Materi laporan
harus
banyak
disampaikan
segera
C. MONITORING TINDAK LANJUT PENETAPAN
TUJUAN DAN LINGKUP

TL ATAS PEMANTAUAN
TEMUAN TL
TEMUAN AUDIT • Kewajiban APIP
AUDIT • Kewajiban
Pimpinan Auditi
• Sesuai Pasasl 43
PP Nomor 60
Tahun 2008
HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN AGAR TL
EFEKTIF
• Laporan hasil audit ditujukan kepada tingkatan
manajemen yang dapat melakukan tindak lanjut.
• Tanggapan auditi diterima dan dievaluasi selama
audit berlangsung atau dalam waktu yang wajar
setelah audit berakhir.
• Laporan perkembangan kemajuan tindak lanjut
diterima dari auditi secara periodik.
• Status tindak lanjut dari pelaksanaan tindak
lanjut dilaporkan kepada pimpinan auditi.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PEMANTAUAN TL
• Semua formulir dan bukti pendukung yang terkait dengan
tindak lanjut temuan audit harus didokumentasikan dengan
baik dan dipisahkan antara temuan yang rekomendasinya
sudah tuntas diselesaikan dengan temuan yang masih terbuka
(yang rekomendasinya belum atau belum seluruhnya
ditindaklanjuti).
• Tim pemantau tindak lanjut melakukan pemutakhiran tindak
lanjut atas saldo temuan yang belum ditindaklanjuti dan tindak
lanjut yang masih kurang. Pemutakhiran tersebut dilakukan
sekali dalam setahun dan dituangkan dalam sebuah berita
acara yang ditandatangani pimpinan auditi dan tim pemantau
tindak lanjut.
BAB VI
PENUGASAN KONSULTANSI
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan memiliki
pengetahuan mengenai praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit,
evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain. (2.8) dan
memiliki pengetahuan mengenai metode dan teknik audit, evaluasi,
reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain. (2.6)
A. JENIS JASA KONSULTANSI
CONTOH KEGIATAN ADVISORY
• Memberi saran atas rancangan pengendalian;
• Memberi saran selama proses pengembangan
kebijakan dan prosedur;
• Memberi saran pemecahan masalah pada
proyek-proyek yang berisiko tinggi seperti
proyek pengembangan sistem informasi;
• Memberi saran pada aktivitas-aktivitas
tertentu manajemen risiko organisasi.
CONTOH KEGIATAN PELATIHAN
• Pelatihan manajemen risiko dan pengendalian
intern;
• Benchmark unit internal dengan unit lainnya
dari organisasi yang serupa untuk
mengidentifikasikan praktik-praktik terbaik;
• Post mortem analysis yaitu menyarikan
pelajaran yang dapat diambil dari suatu
kegiatan setelah kegiatan tersebut diselesaikan.
CONTOH KEGIATAN FASILITATIF
• Memfasilitasi proses penilaian risiko organisasi;
• Memfasilitas penilaian mandiri terhadap
pengendalian oleh manajemen;
• Memfasilitasi manajemen dalam merancang
kembali pengendalian dan prosedur untuk suatu
area yang berubah secara signifikan;
• Berlaku sebagai perantara (liaison) dalam isu-isu
pengendalian antara manajemen dengan auditor
ekstern, rekanan, dan kontraktor.
B. PEMILIHAN PENUGASAN KONSULTANSI

Beberapa cara menetapkan penugasan konsultatif:


• Penugasan diusulkan selama proses penilaian
risiko tahunan dan, jika penugasan dikategorikan
prioritas tinggi, penugasan tersebut dimasukkan
ke dalam rencana audit internal tahunan;
• Penugasan spesifik yang diminta oleh manajemen;
• Kondisi terkini atau perubahan-perubahan yang
mengharuskan fungsi auditor internal memberi
perhatian.
C. PROSES PENUGASAN KONSULTANSI

TAHAP PENUGASAN KONSULTANSI


PERENCANAAN
Penentuan tujuan dan lingkup
Permintaan persetujuan tujuan dan PELAPORAN
lingkup dari manajeman Menentukan sifat dan bentuk
Pemahaman lingkup penugasan dan komunikasi
proses bisnis PELAKSANAAN Pembahasan saran dengan
Pengumpulan dan evaluasi bukti manajemen
Pemahaman risiko yang terkait (jika Komunikasi pendahuluan
diperlukan) Merumuskan saran/rekomendasi
perbaikan Melaksanakan komunikasi akhir
Evaluasi pengendalian terkait (jika Melaksanakan pemantauan tindak
diperlukan) lanjut
Evaluasi desain pengendalian
Penyusunan rencana penugasan
Pengalokasian sumber daya
D. PERENCANAAN
Kegiatan perencanaan dalam bidang advisory tidak jauh beda dengan
kegiatan perencanaan di bidang assurance. Beberapa perbedaannya
ialah:
• Penugasan advisory dilakukan setelah rencana audit intern difinalkan,
kegiatan perencanaan biasanya lebih sensitif terhadap waktu dan
kemungkinan perlu diselesaikan dalam waktu yang sangat mendesak.
Seringkali rerangka waktu untuk penugasan semacam ini tidak
felksibel sebagai akibat lingkungan yang melingkupi pengendalian
fungsi audit internal atau karena umpan balik sensitif terhadap
waktu.
• Tidak semua tahapan perencanaan seperti terlihat dalam gambar
slide diatas cocok dengan setiap penugasan konsultansi, namun perlu
disesuaikan dengan kondisi yang ada.
E. PELAKSANAAN
Prosedur yang dilaksanakan mencakup:
• Pemahaman isu-isu manajemen yang berkaitan dengan area
yang sedang direviu.
• Perolehan informasi.
• Melakukan prosedur analitis
• Mereviu berbagai dokumen, termasuk struktur organisasi,
bagan arus proses, dan prosedur standar (SOP).
• Penggunaan teknik audit berbantuan komputer.
• Pemahaman pengendalian dan penetapan pengendalian yang
mana yang perlu ditingkatkan.
• Evaluasi efisiensi pengendalian yang ada.
F. KOMUNIKASI DAN TINDAK LANJUT
Langkah-langkah komunikasi:
• Menentukan sifat dan bentuk komunikasi dengan pemberi
tugas
• Melakukan pembahasan saran dengan manajemen
• Melaksanakan komunikasi interim dan komunikasi awal
penugasan
• Membangun komunikasi akhir hasil penugasan
• Mendistribusikan komuniksi akhir hasil penugasan
• Melaksanakan pemantauan dan tindak lanjut, jika
diperlukan
G. PERUBAHAN JASA KONSULTANSI
• Kegiatan auditor intern sebelumnya berfokus
pada jasa assurance.
• Adanya perubahan paradigma menuntut
auditor selain memberikan jasa assurance juga
memberikan jasa konsultansi.
• Hal ini berimplikasi perlunya perubahan
mindset auditor. Auditor intern dituntut untuk
memberikan nilai tambah dari hasil kerjanya.
H. KAPABILITAS YANG DIPERLUKAN
• Memiliki keahlian memfasilitasi dan kolaborasi.
• Memiliki pengalaman tugas secara umum maupun
keahlian spesifik.
• Mampu membangun hubungan baik dengan cepat dan
memiliki keahlian interpersonal yang kuat.
• Mampu berpikir analitis dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang tidak terstruktur.
• Mampu belajar dan beradaptasi secara cepat di tengah
lingkungan yang dinamik.
• Mampu memproses dan merespon informasi secara cepat.
BAB VII
PENGARUS PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI
BAB VII
PENGARUH PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI INFORMASI
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat
diharapkan Memiliki pengetahuan
mengenai sistem teknologi informasi dalam
melaksanakan kegiatan audit intern. (2.9)
A. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI

• Saat ini komputer bagi sebagian besar auditor masih


sebagai pengganti mesin ketik, yang hanya digunakan
untuk aplikasi word processor (MS Word) dan
spreadsheet (MS Excel).
• Gambaran auditor dengan kaca mata tebal, dengan
kalkulator di tangan dan tenggelam di tumpukan
dokumen, saat ini seharusnya sudah tidak ada lagi.
Perkembangan teknologi telah masuk kerumah,
kantor dan sekolah. Sudah saatnya perkembangan
teknologi dimanfaatkan dalam dunia auditor internal.
B. PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI
OLEH ORGANISASI PEMERINTAH
• Teknologi informasi telah mengubah cara
penyimpanan, pemrosesan dan pengolahan
data transaksi.
• Dalam bidang akuntansi, komputer telah
mefasilitasi penyelenggaraan akuntansi dan
penyusunan laporan keuangan.
PERBEDAAN PEMROSESAN SECARA
MANUAL DAN PEMROSESAN KOMPUTER
• Jejak-jejak transaksi (transaction trails) pemrosesan manual
sangat berbeda dengan pemrosesan komputer. J
– ejak transaksi manual berupa ”kertas” dengan paraf, tanda tangan dan
tanda thick mark.
– Jejak pemrosesan komputer tidak tampak dalam bentuk kertas namun
tersedia dalam bentuk yang dapat dibaca komputer.
• Pemrosesan transaksi secara seragam (uniform processing of
transaction).
– Pemrosesan komputer menempatkan transaksi sejenis pada instruksi
pemrosesan yang sama. Sehingga menghilangkan terjadinya kesalahan
tulis yang biasa terjadi pada proses manual.
– Sebaliknya, kesalahan proses komputer akan mengakibatkan
kesalahan seragam pada transaksi yang sama.
C. PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI
BAGI AUDITOR
“In exercising due professional care internal
auditors must consider the use of technology-
based audit and other data analysis techniques”.
(International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing
(IPPF-2013), pada point 1220.A2)

INTERNASIONAL PRAKTIK PROFESIONAL AUDIT INTERNAL


(STANDAR) 2017
1220.A2-Dalam menerapkan kecermatan profesional, auditor internal harus
mempertimbangkan penggunaan sarana audit berbantuan teknologi
dan teknik analisis data lainnya.
BEBERAPA ALASAN PERLUNYA PERHATIAN
AUDITOR PADA PEMANFAATAN TI ORGANISASI
• Adanya risiko kehilangan dan kebocoran data.
• Kesalahan pengambilan keputusan
• Penyalahgunaan Komputer
• Kerugian kesalahan proses
• Tingginya nilai investasi TI
AUDIT TANPA
KOMPUTER (AUDIT
ARROUND THE
PENDEKATAN COMPUTER)
AUDIT BERBASIS
KOMPUTER AUDIT DENGAN
KOMPUTER (CAAT)
(Computer Assisted Audit Technique)
COMPUTER ASSISTED
AUDIT TECHNIQUE
• “technology-based audit” atau “Computer Assisted Audit
Technique (CAAT)” : automatisasi teknik audit, antara lain
seperti Generalized Audit Software (GAS), pengujian data
otomatis, audit program terkomputerisasi, dan audit
sistem.
(ISACA (Information Systems Audit and Control Association))
• Beberapa CAAT yang biasa digunakan antara lain
Generalized Audit Software (GAS), yaitu software
serbaguna yang dapat melakukan berbagai tugas auditor
seperti pemilihan sample, pencocokan, penghtungan
ulang dan pelaporan.

Anda mungkin juga menyukai