Anda di halaman 1dari 41

“Farmakoterapi”

Penyelesaian Kasus
k-30
NAMA: SISKA NADIA WULANDARI
(1802030)

DOSEN PENGAMPU:
DRS. DIDIK HASMONO, M.S, APT

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
2019
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

 BPH disebut juga sebagai “Tumor Prostat


Jinak”.
 BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat (secara umum laki-laki usia lanjut >50
th) menyebabkan berbagai derajat obstruksi
uretral dan pembatasan aliran urinarius.
setelah ejakulasi.

Ada dua gangguan kesehatan yang


dapat menyebabkan prostat membengkak
yaitu kanker prostat dan benign prostatic
hyperplasia (BPH) alias pembesaran prostat
jinak.

Kelenjar prostat pria akan terus


berkembang sepanjang hidupnya. Itu
sebabnya pria-pria usia lanjut lebih berisiko
mengalami pembesaran prostat.
Epidemiologi

Global

Angka kejadian benign prostatic hyperplasia


meningkat seiring dengan bertambahnya usia. benign
prostatic hyperplasia merupakan tumor jinak yang
paling sering terjadi pada pria, yaitu sekitar 8% pada
pria usia 41-50 tahun, 50% pada pria usia 51-60, dan
>90% pada pria di atas 80 tahun. Pada usia 55 tahun,
sekitar 25% pria mengalami gejala obstruktif saluran
kemih dan pada usia 75 tahun 50% pria mengalami
pelemahan pancaran urin (weak stream).
Indonesia

Epidemiologi hiperplasia prostat jinak di


Indonesia kurang tercatat dengan baik.
Salah satu penelitian menunjukkan bahwa
benign prostatic hyperplasia mengenai
hampir 50% laki-laki Indonesia di atas
usia 50 tahun dan sebanyak 20% laki-laki
dengan lower urinary tract symptoms
(LUTS) dinyatakan menderita benign
prostatic hyperplasia.
Patofisiologi
Patofisiologi benign prostatic hyperplasia disebabkan
karena beberapa faktor, yaitu faktor usia dan hormonal.
Seiring bertambahnya usia, kelenjar prostat akan mengalami
pembesaran. Pembesaran prostat ini dipengaruhi oleh
hormon androgen, terutama dihidrotestosteron dan
testosteron.
Kadar testosteron dalam kelenjar prostat mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya usia, hal ini
disebabkan karena adanya isoenzim alfa-5-reduktase
mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT).
Penurunan kadar testosteron ini kemudian akan
mengakibatkan ketidakseimbangan hormon androgen,
sehingga terjadi peningkatan rasio esterogen/androgen dalam
serum serta jaringan prostat, terutama pada stroma. DHT
juga akan berikatan dengan reseptor androgen pada nukleus
sel, sehingga dapat menyebabkan hiperplasia.
Etiologi
Penyebab BPH belum jelas, Namun diyakini ada 2
faktor penting untuk terjadinya BPH yaitu:

1. Dihidrotestosteron (DHT)
Testosteron dengan bantuan enzim 5- α reduktase
dikonversi menjadi DHT yang merangsang pertumbuhan
kelenjar prostat.
2. Proses penuaan
Mengakibatkan penurunan kadar hormon pria,
terutama testosteron. Hormon Testosteron dalam
kelenjar prostat  Dihidrotestosteron (DHT)
merangsang kelenjar prostat sehingga membesar.
Tanda & Gejala

 Selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari.


 Nyeri saat buang air kecil.
 Inkontinensia urine atau beser.
 Sulit mengeluarkan urine.
 Mengejan pada waktu berkemih.
 Aliran urine tersendat-sendat.
 Mengeluarkan urine yang disertai darah.
 Merasa tidak tuntas setelah berkemih.
 Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh
tekanan pada kandung kemih dan uretra ketika
kelenjar prostat mengalami pembesaran.
Manifestasi Klinik
1. KELUHAN PADA SALURAN KEMIH BAGIAN
BAWAH:
 LUTS (LOWER URINARY TRACT SYMPTOM )
A. GEJALA IRITATIF
SERING MIKSI (FREKUENSI), TERBANGUN UNTUK
MIKSI PADA MALAM HARI (NOKTURIA),
PERASAAN INGIN MIKSI YANG SANGAT
MENDESAK (URGENSI), DAN NYERI PADA SAAT
MIKSI (DISURIA)

B. GEJALA OBSTRUKTIF
PANCARAN MELEMAH, RASA TIDAK LAMPIAS ATAU
PUAS SEHABIS MIKSI, KALAU MAU MIKSI
HARUS MENUNGGU LAMA (HESITANCY), HARUS
MENGEDAN (TRAINING), KENCING TERPUTUS-
PUTUS (INTERMITTENCY), DAN WAKTU MIKSI
MEMANJANG YANG AKHIRNYA MENJADI
RETENSIO URINE DAN INKONTINEN KARENA
OVERFLOW.
Lanjutan

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas:


Nyeri pinggang, demam (infeksi), hidronefrosis
Penyelesaian Kasus
Metode
S-O-A-P
Profil Pasien

 Nama : Tn. KT
 Usia : 76 tahun
 Berat badan : 50 Kg
 Ginjal : CKD Stage III
 Keluhan:
 Keluhan Utama : Tidak bisa Buang air kecil sejak 7 minggu lalu,
gejala LUTS(Lower Urinary Tract Syndrom ) sejak 7 bulan lalu
dan telah dilakukan pemasangan DK 4 bulan lalu
 Keluhan Tambahan : Abses regio femur
 Diagnosis : BPH stage II-III + retensio urin
 Riwayat Penyakit : Hipertensi stage I (JNC 7), Gagal Ginjal
Kronis grade II
 Riwayat Pengobatan : Tidak diketahui
Diagnosa

BPH STAGE II-III + RETENSIO


URIN
Subjectif

 Tidak bisa Buang air kecil

 Gejala LUTS (Lower Urinary Tract Syndrom ) dan

telah dilakukan pemasangan DK 4 bulan lalu.

 Abses regio femur


Objective
DATA NILAI TANGGAL
KLINI NORMA 12/2 13/2 14/2 15/2 16/2 17/2 18/2 19/2 20/2 21/ 22/2 23
K L 2 /2

Tekana 120/80 130/8 120/8 100/ 130/ 130/ 110/8 110/ 130/ 150/ 140 - -
n mmHg 0 0 60 80 80 0 80 70 100 /80
darah
Suhu 37o0,5o - 38 37,8 37 37 37,2 37,2 37,2 37,4 37, 36,7 -
C 2
RR 20- - - - - - - - 18 - - - -
30x/mnt
Nadi 80- - 106 102 98 88 88 94 92 96 98 - -
100x/mn
t
Mual/ √ √ √ -
munta
h
Nyeri - - - - - √ √ - √ - -
Abses √ √ √ √ √ √
regio
femur
Retens √ -
i urin
Urin - - - - - - - √ √ √ Kuni -
merah ng

Volum - - 1500 1200 1500 1500 200 1500 1950 100 1500 -
TANGGAL
DATA LABORATORIUM NORMAL
12/2 14/2 15/2 19/2
Hb 14-18 g/dl 9,06 9,6 10,5 9,069
RBC 4,7-6,10 106/µl 3,47 3,87
HCT 42-52 % 30,1 32,4
MCV 81-99 fl 86,7 83,7
MCH 27-31 pg 27,7 27,1
MCHC 33-37 g/dl 31,9 32,4
RDW-CW 11,5-14,5 g/dl 17,1
PLT 150-450.106/µl 236 213
PDW 9-13 fl 10,4 10
MPV 7,2-11 fl 8,7
P-LCR 15-25 % 20 18,6
WBC 4,8-10,8103/µl 11,4 11,3 11,1
NEUT% 40-74 % 75,6 75,2
Jml neutrofil 1,5-7 103/µl 8,6 8,5
Limfosit % 19-48 % 11,9 9,8
Jml limfosit 1,0-3,7 103/µl 1,4 1,1
Leu Middle % 4-18 % 12,5 15
Jml Leu middle 0-1,2 103/µl 1,4 1,7
PTT
Pasien 14-18 dtk 18,5 16
Kontrol Perbedaan dg kontrol≤2dtk 13,1 15,8
DATA Tanggal
LABORATORIU NORMAL 12/2 14/2 19/2 20/2 21/2 22/2
M
INR PTT 1,00
APTT
Pasien 27-39 39,5 28,8
Kontrol Perbedaan dg 30,4 30,4
kontrol≤2dtk
Cl 95-108 mmol/L 103,3 103

Na 137-145mmol/L 135,3 135,3 151 147 136,2

K 3,6-5,0 mmol/L 3,34 3,34 2,5 2,4 2,87


SGOT (0 – 35 IU/L) 29

SGPT (4 – 36 IU/L) 17

GDA < 120 mg/dl 106 106


BUN 9-20 mg/dl 19,7 13,1
SK 0,8-1,5 mg/dl 1,3 1,3
URINE
Sedimen
eritrosit Tdk ada 10-12
Catatan Perkembangan Pasien
12/2 Pasien MRS dengan keluhan tidak 14/2 Kondisi pasien cukup,suhu pasien
dapat buang air kecil. Awalnya BAK masih tinggi 37,8ºC dengan nadi
putus-putus dan harus 102 x/menit.
mengejan.terdapat benjolan di Terapi : tetap dengan Infus PZ
pangkal paha kiri sejak 2 minggu dihentikan.
dan membesar serta nyeri bila
ditekan. Kondisi pasien cukup baik.
Masalah yang dihadapi :
hipertensi, abses regio femur, gagal
ginjal kronik, retensi urine, anemia
(Hb 9,06 g/dl)
Terapi :
1. Lisinopril p.o. 5 mg (1dd1 pagi)
2. Bisoprolol p.o. 5 mg (1dd1/4 pagi)
13/2 Kondisi pasien lemah,pasien 15/2 Kondisi pasien cukup baik, suhu
mengalami demam dengan suhu mulai normal 37ºC.
38ºC dan nadi 106 kali permenit Terapi : tetap dengan penambahan
Terapi : tetap dengan penambahan terapi cefixime p.o 100 mg (2 dd1).
terapi Infus PZ 100 cc/jam.
Transfusi PRC 1 kolf/hari.
16/2 Kondisi pasien cukup baik.
Terapi : tetap

17/2 Kondisi pasien cukup baik, nyeri paha kiri post insisi abses.
Tindakan dilakukan insisi abses pada pangkal paha kiri.
Terapi : tetap dengan penembahan terapi ketoprofen p.o.100 mg (2dd1),
metronidazole p.o. 500 mg(3 dd1).

18/2 Kondisi pasien cukup baik, nyeri paha kiri post insisi berkurang.
Terapi : tetap dengan penambahan Infus PZ 80 cc/jam dan bisoprplol
dihentikan.

19/2 Kondisi pasien cukup baik.


Tindakan dilakukan pembedahan TURP-TUIP
Terapi : tetap, ketoprofen, Lisinopril dan bisoprolol dihentikan, antibiotika
cefixime dan metronidazole dihentikan diganti Inj.Cefoperazone-sulbaktam
1 g (3dd1), Inj Tramadol 50 mg (3dd1), inj. Ondansetron 4 mg (2 dd1),
Transfusi PRC 1kolf/hari,infus PZ dihentikan diganti Infus PZ:D5 1:1 1500
cc/24 jam.
20/2 Kondisi pasien lemah, mual dan muntah terdapat keluhan nyeri post
pembedahan, urine berwarna merah, hipokalemi (2,5mmol/L).
Terapi : Lisinopril p.o. 5 mg (1dd1 pagi) dan Bisoprolol p.o. 5 mg (1dd1/4 pagi)
dilanjutkan kembali, Inj.Cefoperazone-sulbaktam 1 g (3dd1), INFD
metronidazole 500 mg (3dd1), Inj. Tramadol dihentikan diganti dengan Inj
Antrain 1g (3dd1), inj. Ondansetron 4 mg (2 dd1), infus PZ:D5 diganti Infus D5
½ NS 1000 cc/24 jam, Inj Asam traneksamat (Kalnex) 500 mg (3dd1).
21/2 Kondisi pasien lemah, mual dan muntah,, urine berwarna merah,hipokalemi (2,4
mmol/L).
Terapi terapi tetap seperti tgl 20/2 dengan penambahan INFD KCl 50 mEq dalam
500 cc D51/2 NS/12 jam.

22/2 Kondisi pasien lemah, mual dan muntah, urine berwarna kuning, hipokalemi.
Terapi : tetap, INFD KCl 50 mEq dalam 500 cc D51/2 NS/12 jam dan INFD
metronidazole 500 mg (3dd1) dihentikan, injeksi antrain dihentikan.

23/2 Kondisi pasien cukup baik, urine berwarna kuning, hipokalemi.


Terapi : tetap dengan penambahan suplemen kalium p.o. (Aspar-K) 300 mg
(2dd1), inj. Ondanetron dan inj. D5 ½ NS dihentikan.
Tanggal Data Laboratorium Tambahan
9/11/2009 PSA (Prostate Specific Antigen) : 28,4 ng/ml (Normal (70-79 th): 0,6-5 ng/ml)

10/11/2009 Radiologi
 Foto thorax : suspect bronchiectasis
 Foto BOF : tidak tampak batu radio opaque di sepanjang traktus urinarius
sondylosis dan scoliosis lumbalis. Osteoarthritis hip. Bilateral.

Permintaan Patologi-Anatomi
 Bahan : prostat
17/11/2009  Kesimpulan : prostat, ten core biopsy → suatu prostatic intraepitheal neoplasm-
Hasil 1, tidak tampak keganasan

20/11/2009
7/1/2010 Hasil radiologi BFO : bentuk opaque (-); thorax tgl 07/01/10 = suspect
bronchiectasis; TVRS tgl 07/01/10 = volume 50,54 Hypoecoic + biopsy ten core
Permintaan tgl Mikrobiologi Klinik
 Bahan : nanah / pus
17/2/2010, hasil tgl  Kultur : aerob
19/2/2010  Biakan kultur : tidak ada pertumbuhan kuman aerob

19/2/2010 Endoskopi
 Pemeriksaan fisik : rectal toucher
 Pre operasi : prostat besar grade II, nodul (-)
19/2/2010 Kultur urine: kultur kuman an aerob terdapat klebsiella pneumonia
Antibiotika sensitif: cefoperazone- sulbaktam
Konsul 13/2/2010 Konsul Penyakit dalam : pemanjangan jalur ekstrinsik dan intrinsik koagulan
PROFIL PENGOBATAN PADA SAAT MRS
Rute Ac/dc Frek
Tanggal Pemberian Obat (mulai MRS)
/pc wensi
JENIS OBAT
No. Regimen 20/ 21/ 22/ 23/
Nama dagang /
Dosis 12/ 13/ 14/ 15/ 16/ 17/ 18/ 19/ 2 2 2 2
Generik
2 2 2 2 2 2 2 2

p.o p.c 5 mg/ 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


1. Lisinopril tab
p.o p.c ¼ tab 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Bisoprolol 5 mg
INF 100 √ 80
3. Infus PZ D cc/jam cc/j
IV 1 kalf √ √
4. PRC
p.o a.c 100 2x1 √ √ √ √
5. Cefixim
mg/tab
p.o p.c 500mg/ 3x1 √ √
6. Metronidazole tab

Infus INF 500mg/ 3x1 √ √ IV IV


7. D 100 ml
Metronidazole
Inj.Cefoperazon IV 100 3x1 √ √ √ √ √
8. mg/vial
sulbaktam
p.o p.c 100 2x √ √
9. Ketoprofen mg/tab 1

10 INF 50 3x1 √
Inj tramadol D mg/amp
.
11 IV 1 g/amp 3x1 √ √
Inj antrain
.
12 Inj IV 4 mg/amp 2x1 √ √ √ √
. ondansetron
13 INF 1500 √
Infus D5 PZ D cc/24 jam
.
14 Infus D1/2 INF 1000 √ √ √
. NS D cc/24 jam
15 Inj asam IV 500mg/am 3x1 √ √
. traneksamat p
INF Dlm 500 √
16 Infus KCl 50 D ccD51/2
. mEq NS/12 jam
17 p.o p.c 300 2x √
Aspar K
.
Tanggal 17 februari 2010 dilakukanmg/tab
insisi abses regio1femur.
Tanggal 19 februari 2010 dilakukan pembedahan TURP-TUIP
Assasment
Pemantauan
Mulai Jenis Obat Rute Dosis Frek Berhenti Indikasi kefarmasian
obat pada
pasien

12/2 Lisinopril po 5 mg 1X1 19/2 hipertensi TD


Mulai pagi -
lagi
20/2

12/2 Bisoprolol po 2,5 mg 1X1/4 18/2 hipertensi TD


Mulai pagi -
lagi 20/2

15/2 cefixime po 100 mg 2x1 19/2 Antibiotik Suhu,WBC dan


KU
17/2 metronidazole po 500 mg 3X1 19/2 Antibiotik Suhu,
WBC dan KU

20/2 Metronidazole iv 500 mg 3X1 22/2 Antibiotik Suhu,WBC


dan KU

19/2 Cefoperazone- iv 1g+0,5 g 3x1 - AB profilaksis Suhu,WBC


sulbaktam dan KU

17/2 Ketoprofen po 100 mg 2x1 19/2 Analgesik nyeri (-)

19/2 Tramadol Iv drip 50 mg 3x1 20/2 Analgesik nyeri (-)


20/2 Antrain iv 1g 3x1 22/2 Analgesik nyeri

19/2 Ondansetron iv 4 mg 3x1 23/2 Antiemetik mual, muntah


(-)

20/2 Asam Traneksamat iv 500 mg 3X1 22/2 Fibrinolitik Perdara-han


sistemik (-)

21/2 KCL INF 50 mEq /12 jam 21/2 Hipokale-mia Kalium


D (normal)

23/2 Kalium aspartat Po 300 mg 2X1 - Hipokale- Kalium


(Aspar K) mia (normal)
13/2 PRC iv 1 kolf/hari - 13/2 Anemia HB, RBC
19/2 19/2 (normal)
dan KU

13/2 Inf PZ INF 100cc/jam /jam 14/2 Memper- KU


18/2 D 80 cc/jam /jam 19/2 baiki KU

19/2 Infus D5 PZ INF 1500cc/24 /24 20/2 Memper- KU


D jam jam baiki KU

20/2 Inf D5 ½ NS INF 1000 cc/24 /24 23/2 Memper- KU


D jam jam baiki KU
 Tgl 12/2: TD pasien memiliki riwayat penyakit gagal
ginjal dan retensi urinari sehingga Lisinopril masuk,
lisinopril untuk melindungi ginjalnya dan sebagai
diuretik. TD pasien tidak terlalu tinggi sehingga tidak
dikhawatirkan. Namun Tekanan darah harus selalu
dikontrol.
 Digunakan sebagai pengobatan hipertensi,namun dalam
pengobatan pasien disini difungsikan untuk mengatur
irama jantung pasien karena pasien sudah umur >50
tahun dimana irama jantung tidak normal lagi, dilihat
dari dara lab pasien Nadi nya meningkat ).
 Cefixime diberikan karena pasien selama 7 hari tidak
BAK dihawatirkan terjadi infeksi, dan dilihat dari data
Lab nya WBC, RBC, HCT. Cefixime masuk karena
antibiotik lain sudah resisten.
 Penambahan terapi metronidazole oral dikarenakan
pasien dilakukan insisi regio femur.
 Penambahan terapi metronidazole IV dikarenakan pasien
dilakukan insisi regio femur.
 Digunakan sebagai profilaksis/ mencegah terjadinya
infeksi saat pembedahan TURP-TUIP. Cefoperazone-
sulbaktam masuk karena dari hasil kulturnya sensitif
terhadap Cefoperazone-sulbaktam
 Pasien merasakan nyeri pada paha kiri post insisi abses
sehingga diberikan untuk mengurangi rasa nyerinya.
 Untuk mencegah nyeri yang terjadi pada saat
pembedahan dilakukan.
 Tramadol diganti dengan antrain untuk mengurangi rasa
nyeri dari pasien.
 Pengobatan untuk mual muntah paska pembedahan yang
dilakukan dan inj Tramadol memberikan ES mual dan
muntah sehingga ondansetron masuk
 Urine px berwarna merah arinya terjadi perdarahan
sehingga diberikan asam traneksamat agar membantu
mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang
berlebihan
 Dikarenakan pasien mengalami hipokalemi maka
diberikan terapi kalium dari luar.
 Dikarenakan kadar kalium pasien pada tgl 23 masih
rendah jadi masih dibutuhkan kadar kalium dari luar.
Aspar K merupakan terapi lanjutan dari infus KCL.
 Untuk meningkatkan Hb pasien.
 Dari data lab Hb pasien rendah sehingga diberi inf. Pz
untuk menaikkan Hb nya.
 Sebagai sumber kalori dimana pengganti cairan dan
kalori yang dibutuhkan (pasien ditakutkan mengalami
dehidrasi sehingga diberikan Infus D5 PZ)
 Sebagai sumber kalori dimana pengganti cairan dan
kalori yang dibutuhkan (pasien ditakutkan mengalami
dehidrasi sehingga diberikan Inf D5 ½ NS)
Plan
 EVALUASI & MONITORING
 KU
 WBC
 TD
 Suhu
 Kalium
 HB
 RBC
 Dilakukan colok dubur
 Iteraksi obat dan ESO
 Urea nitrogen serum darah dan kreatinin serta urinalisis
harus dimonitoring secara rutin.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT
Lisinopril Headache, dizziness, fatigue. Rash, pruritus. Nausea, vomiting,
diarrhea, Asthenia, angioedema, Hyperkalemia; hyponatremia.
Bisoprolol Hypotension, bradycardia, Nausea, vomiting, diarrhea,
constipation, abdominal pain, dry mouth.
Cefixim Diare, syok, reaksi alergi (pada orang yang sebelumnya belum
pernah mengonsumsi cefixime), perubahan hematologi,
peningkatan uji fungsi hati, gangguan ginjal, bahkan gangguan
respirasi.
Metronidazole Darkening of urine, dysuria, cystitis, polyuria, incontinence,
Seizures, peripheral neuropathy, dizziness, vertigo, incoordination,
ataxia, confusion, depression, insomnia, syncope

Inf. Metronidazole thrombophlebitis

ketoprofen Headache, dizziness, lightheadedness, drowsiness, vertigo. Rash,


pruritus. Visual disturbances, stomatitis. Peptic ulcer, GI bleeding,
dyspepsia, nausea, diarrhea, constipation, abdominal pain,
flatulence, anorexia, vomiting. Menorrhagia
MONITORING EFEK SAMPING OBAT
Inj. Ondansetron Chest pain, tachycardia. Headache, seizures. Rash. Dry
mouth, constipation, abdominal pain. Hypokalemia.
Bronchospasm. Fever; anaphylaxis, weakness.

Inj. Asam traneksamat Gangguan pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare)
gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi.

Aspar K Gangguan gastrointestinal dan hiperkalemia

Inj. tramadol Vasodilation, Dizziness/vertigo, headache, somnolence,


stimulation, anxiety, confusion, oordination disturbances,
euphoria, nervousness, sleep disorder, seizures. Pruritus, sweating,
rash. Visual disturbances, dry mouth. Nausea, diarrhea,
constipation, vomiting, dyspepsia, abdominal pain, anorexia,
latulence.
Inj. antrain Mengantuk, amnesia, ketergantungan obat, pandangan
kabur, hipotensi, agranulositosis, reaksi alergi
KIE
 Obat cefixime dan antibiotik lain harus dihabiskan
 Menghindari atau mengurangi asupan minuman berkafein
dan alkohol
 Pencampuran larutan intravena harus tetap
memperhatikan teknik aseptik untuk menjaga sterilitas
dan kualitas sediaan; begitu juga pada saat pengaplikasian
terhadap pasien
 Pemantauan kecepatan tetesan infus (tambah pelan,
berhenti dsb)
 -Antihipertensi sebaiknya tidak perlu untuk
dikombinasikan karena TD pasien tidak terlalu tinggi.
 -Cefixime sebaiknya diberikan ketika pasien MRS
karena pasien tidak dapat BAK selama 7 hari, dan air
seni merupakan pertumbuhan bakteri yang sangat baik
selain itu pasien memiliki abses regio femur.
 - Pasien mengalami hipokalemia pada tanggal 20/2
sebaiknya infus KCL 50 mEq diberikan pada tanggal
tersebut.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai