Anda di halaman 1dari 15

BUTA WARNA Laili Niami Faizza

DEFINISI
Buta warna diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan
ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk
menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat
bukan warna yang sesungguhnya.
Penglihatan warna tergantung pada tiga kelompok sel kerucut yang masing-masing
memiliki puncak sensitivitas yang spesifik, sebagaimana berikut:
1. Biru (tritan)  414-424 nm
2. Hijau (deutran)  522-539 nm
3. Merah (protan)  549-570 nm
Persepsi warna normal membutuhkan semua warna primer ini agar sesuai dengan yang
ada dalam spektrum
Buta warna karena kongenital dibagi menjadi tiga:
 Trikromatik
 Dikromatik
 Monokromatik
TRIKROMATIK
Trikromatik, yaitu keadaan pasien mempunyai 3 pigmen kerucut yang
mengatur fungsi penglihatan. Pasien buta warna jenis ini dapat melihat
berbagai warna, tetapi dengan interpretasi berbeda dari normal. Bentuk
defisiensi yang paling sering ditemukan:
• Deuteranomali, dengan defek pada penglihatan warna hijau .
• Protanomali, kelemahan fotopigmen, diperlukan lebih banyak merah untuk
menggabung menjadi kuning baku pada anomaloskop.
• Tritanomali, merupakan defek penglihatan warna biru.
DIKROMATIK
Dikromatik, yaitu pasien mempunyai 2 pigmen kerucut, akibatnya sulit
membedakan warna tertentu
• Protanopia, keadaan yang paling sering ditemukan dengan defek pada
penglihatan warna merah hijau karena tidak berjalannya mekanisme red-
green opponent.
• Deuteranopia, kekurangan pigmen hijau kerucut sehingga tidak dapat
membedakan warna kemerahan dan kehijauan karena kurang berjalannya
mekanisme viable red-green opponent.
• Tritanopia (tidak kenal biru), terdapat kesulitan membedakan warna biru
dari kuning.
MONOKROMATIK
Monokromatik (akromatopsia atau buta warna total), hanya terdapat satu
jenis pigmen sel kerucut, sedangkan dua pigmen lainnya rusak. Pasien
sering mengeluh fotofobia, tajam penglihatan kurang, tidak mampu
membedakan warna dasar atau warna antara (hanya dapat
membedakan hitam dan putih), silau, dan nistagmus. Kelainan ini bersifat
autosomal resesif.
• Monokromatisme sel batang (rod monochromatism) Disebut juga
suatu akromatopsia (seluruh komponen pigmen warna kerucut tidak
normal), terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan
keadaan lain, seperti tajam penglihatan kurang dari 6/60, nistagmus,
fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat kelainan
sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total,
hemeralopia (buta silang), tidak terdapat buta senja atau malam,
dengan kelainan refraksi tinggi.
PEMERIKSAAN BUTA WARNA
1. Uji Farnsworth, terdiri dari 4 set chips yang harus disusun sesuai dengan
progression of hue. Orang dengan defisiensi penglihatan beberapa warna
akan membuat kesalahan menyusun chips pada lokasi di sekitar hue circle. Tes
ini dapat membedakan tipe defisiensi penglihatan warna dan mengevaluasi
tingkat keparahan diskriminasi warna.
2. Uji Ishihara
Uji ini memakai seri titik bola kecil dengan warna dan besar berbeda
(gambar pseudokromatik) sehingga keseluruhan terlihat warna pucat dan
menyulitkan pasien dengan kelainan warna. Penderita buta warna atau
dengan kelainan penglihatan warna dapat melihat sebagian atau sama
sekali tidak dapat melihat gambaran yang diperlihatkan. Pada pemeriksaan,
pasien diminta melihat dan mengenali tanda gambar yang diperlihatkan
selama 10 detik. Defek penglihatan warna merah hijau secara kualitatif
dievaluasi dengan tes Pseudoisokromatik (Ishihara).
3. Anomaloskop Nagel
Nagel anomaloskop terdiri dari test plate yang bagian bawahnya berwarna
kuning yang dapat disesuaikan kontrasnya. Pasien berusaha mencocokkan
bagian atas sampai berwarna kuning dengan mencampur warna merah dan
hijau. Orang dengan buta warna hijau akan menggunakan banyak warna
hijau dan begitu juga pada orang dengan buta warna merah.
4. Holmgren Wool
Pada tahun 1837, August Seebeck menggunakan lebih dari 300 kertas
berwarna dan meminta pasien mencocokkan atau menemukan warna yang
sesuai dengan contoh warna yang diberikan, dan pada tahun 1877,
Holmgren mengambil ide ini dan menggunakan gulungan benang wol
berwarna sebagai pengganti kertas.
TATALAKSANA
Tidak terdapat pengobatan untuk buta warna yang diturunkan,
sedangkan buta warna didapat diterapi sesuai penyebab.
Beberapa cara yang dapat digunakan sebagai alat bantu
penglihatan warna.
• Lensa kontak dan kacamata specially tinted, yang dapat membantu
uji warna namun tidak memperbaiki penglihatan warna.
• Kacamata yang memblokade glare, karena orang dengan masalah
penglihatan warna dapat membedakan sedikit warna saat tidak
terlalu terang.

Anda mungkin juga menyukai