Anda di halaman 1dari 21

HISTORY OF INTERNATIONAL

LAW OF THE SEA


CITRA AYU SEKAR KINASIH
03311740000085
Dalam sejarah, laut mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai sumber makanan
bagi manusia, jalan raya perdagangan, sarana untuk penaklukan, tempat
pertempuran, tempat bersenang-senang, alat pemisah atau pemersatu
bangsa. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka fungsi laut
telah bertambah lagi dengan ditemukannya minyak dan galian yang berharga
di dasar laut dan usaha-usaha mengambil sumber daya alam. Fungsi-fungsi laut
yang disebutkan telah dirasakan oleh umat manusia, dan telah memberikan
dorongan terhadap penguasaan dan pemanfaatan laut oleh masing-masing
negara atau kerajaan yang didasarkan atas suatu konsepsi hukum.
Dalam sejarah hukum laut, ada 2 asas yang mempengaruhi konsepsi tentang laut
teritorial. Dua asas yang pertama kali dideklarasikan oleh Pontanus ini adalah:
1. Res Nullius
Penganut asas Res Nullius berpendapat bahwa tidak ada yang memiliki lautan,
karena itu siapapun dapat memiliki.
2. Res Communis
Penganut asas Res Communis berpendapat bahwa laut adalah milik masyarakat
dunia, maka tidak ada negara yang boleh mengklaim atas wilayah laut.
Demikian hukum laut internasional baru yang sedang dalam proses pembentukannya
tidak dapat sama sekali dilepaskan dari hukum laut internasional yang dasar-dasarnya
diletakkan dalam abad XVI di Eropa Barat. Perkembangan yang kini sedang terjadi di
bidang hukum internasional merupakan lanjutan dari suatu proses perubahan yang telah
dimulai sejak akhir perang dunia ke-II. Gerakan-gerakan ini yang melahirkan konsepsi-
konsepsi hukum laut baru seperti continental shelf dan fisheries zone (jalur perikanan)
mengakibatkan diadakannya Konferensi-konferensi Hukum Laut Jenewa tahun 1958 yang
berhasil merumuskan perkembangan-perkembangan baru dalam perpaduan dengan
hukum laut tradisionil, sehingga terbentuklah Hukum Laut Internasional Modern
(Modern International Law of the Sea) sebagaimana tercantum dalam Konvensi-konvensi
Hukum Laut Jenewa tahun 1958.
Hukum laut internasional modern( Modern International Law Of The Sea) yang
diciptakan oleh Konferensi Hukum Laut Jenewa tahun 1958 adalah sebagai pengganti
hukumlaut internasional tradisionil (Traditional Law Of The Sea) yang dirumuskan oleh
Konferensi Kodifikasi Den Haag tahun 1930, dalam waktu kurang lebih 10 tahun sudah tidak
lagi dapat memenuhi kebutuhan bidang pengakuan hukum laut internasional yang terus
berkembang dengan cepatnya menuju suatu hukum laut internasional baru
( A New International Law Of The Sea) yang sekarang telah terbentuk dalam Konferensi
Hukum Laut III.
Zaman Romawi

Pada masa kejayaanya, Imperium Roma menguasai seluruh Lautan


Tengah(Mediteranian). Persoalan penguasaan laut tidak menimbulkan persoalan
hukum, karena tidak ada yang menentang atau menggugat kekuasaan mutlak Roma
atau Lautan Tengah. Penguasaan tersebut bertujuan untuk membebaskan Laut Tengah
dari ancaman bajak laut.Dasar penguasaan bangsa Romawi terhadap laut adalah
bahwa laut merupakan suatu“res communis omnium” yang berarti bahwa laut
merupakan hak bersama seluruh umat. Menurut konsepsi ini penggunaan laut bebas
atau terbuka bagi setiap orang. Azas “rescommunis ommnium” dalam arti hak bersama
(seluruh) manusia untuk menggunakan laut yang berarti hak semua orang untuk
melayari laut bebas dari gangguan perampok (bajaklaut).
Keadaan yang dilukiskan di atas berakhir dengan runtuhnya Imperium Roma
danmunculnya berbagai kerajaan dan negara di sekitar Lautan Tengah yang masing-
masingmerdeka dan berdiri sendiri.
Zaman Pertengahan

Negara- negara yang muncul setelah runtuhnya Imperium Roma disekitar tepi Laut
Tengah masing-masing menuntut bagian dari laut yang berbatasan dengan
pantainya berdasarkan alasan bermacam-macam. Post-Glossator atau komentator
mencari penyelesaian hukum didasarkan atas azas-azasdan konsepsi-konsepsi hukum
Romawi. Kebutuhan untuk memberikan dasar teoritis bagiklaim kedaulatan atas laut
oleh negara-negara ini antara lain menimbulkan beberapa teori,diantaranya yang
paling terkenal adalah yang dikemukakan oleh Bartolus dan Baldus, duaahli hukum
terkemuka di abad pertengahan.
Zaman Romawi

Bartolus meletakkan dasar bagi pembagian dua dari laut yakni bagian laut yang
berada di bawah kekuasaan kedaulatan negara pantai dan di luar itu berupa bagian
laut yang bebas darikekuasaan dan kedaulatan siapapun. Teori ini merupakan dasar
bagi pembagian dua dari lautyang klasik dalam laut teritorial (laut wilayah) dan laut
lepas.
Konsepsi Baldus agak berlainan dan sebenarnya lebih maju. Ia membedakan
tiga konsepsi bertalian dengan penguasaan atas laut yakni: (1) kepemilikan laut,
(2) pemakaian laut, dan (3) yurisdiksi ataslaut dan wewenang untuk melakukan
perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan di laut.
Di dalam masa pembentukan hukum laut internasional ini dengan demikian terjadi
perjuangan untuk menguasai lautan yang berdasarkan berbagai alasan dan
kepentingan yang berlainan.
Zaman Modern

a. Mare Clausum (laut tertutup) vs Mare Liberum (laut terbuka)


Dikemukakan oleh John Selden pada tahun 1635. Teori ini dikemukakan pada abad
XVII oleh Inggris untuk menentang teori yang telah dikemukakan oleh Grotius. Selden
mengemukakan bahwa selama laut dikuasai oleh suatu negara tertentu, maka negara
tersebut mempunyai kekuasaan atas laut tersebut. Teori ini dikembangkan oleh
Pontanus yang mengemukakan bahwa : Kedaulatan suatu Negara (souvereignty) atas
laut mencakup didalamnya wewenang untuk melarang pihak ketiga, tidak lagi
dikaitkan dengan dominium ataslaut Laut yang berdekatan dengan daratan yang bisa
menjadi kedaulatan negara pantai,selebihnya adalah laut bebas.
Teori Mare Clausum kembali dikembangkan oleh Cornelis vanBynkershoek yang
menyatakan terrae protestas finitur ubi finitur armorum vis atau lebih dikenal dengan
teori tembakan meriam, yang menyebutkan bahwa lebar laut territorial suatunegara
adalah sejauh 3 mil laut. Alasannya karena 3 mil laut adalah jarak yang paling
jauhyang bisa ditempuh oleh tembakan meriam
Zaman Modern

b. Sengketa Perikanan Antara Inggris Dan Norwegia “Anglo -Norwegian Fisheries


Case” (Keputusan Mahkamah Internasional Tahun 1951)

Perkara antara Inggris dan Norwegia mengenai batas perikanan Norwegia ini
timbul karena Inggris menggugat sah-nya penetapan batas perikanan ekslusif yang
ditetapkan oleh Norwegia dalam Firman Raja (Royal Decree) tahun 1935 menurut
hukum internasional.Yang digugat oleh Inggris bukan lebar jalur laut wilayah Norwegia
sebesar 4 mil, akan tetapi cara pernarikan garis pangkal lurus yang menghubungkan
titik-titik terluar pada pantai Norwegia. Dalam cara penarikan garis pangkal lurus yang
dilakukan Norwegia ini deretan pulau dimuka pantai dianggap sebagai bagian dari
pantai Norwegia.
Zaman Modern

c. Kekuasaan Negara atas Laut


Sejarah menunjukan mengenai telah adanya kesepakatan tentang pembagian
lautan menjadi 2 bagian: laut teritorial & laut lepas. Demikian pula, pada akhirnya telah
ada kesepakatan tentang rejim lebar laut teritorial 3 ml dan masalah isi pengertian
kedaulatan yang mencakup segala segi kepentingan negara pantai. Berbagai
kepentingan yang ingin diamankan dan yang mendorong negara untuk menguasai
laut yang berbatasan dengan pantainya, antara lain: perikanan, keamanan
& pertahanan netralitas, kesehatan umum, pencegahan penyelundupan, dsb.
Zaman Modern

d. Terdapat tahapan-tahapan pelaksanaan konferensi hukum laut


 Konfrensi Kodifikasi Den Haag tahun 1930
Konferensi Internasional utama yang membahas masalah laut teritorial ialah
“codificationconference” (13 Maret – 12 April 1930) di Den Haag, di bawah naungan
Liga Bangsa- Bangsa, dan dihadiri delegasi dari 47 negara. Konferensi ini tidak
mencapai kata sepakat tentang batas luar dari laut teritorial dan hak menangkap ikan
dari negara-negara pantai pada zona tambahan. Ada yangmenginginkan lebar laut
teritorial 3 mil (20 negara), 6 mil (12 negara), dan4 mil.
Konferensi ini menetapkan :
1. Wilayah negara yang meliputi jalur laut disebut Laut Teritorial. Wilayah negara pantai
meliputi ruangudara di atas laut territorial, dasar laut dan tanah dibawahnya yang
dikenal dengan istilah tiga demensilaut teritorial. Khusus batasan ruang udara, dikenal
teori grafitasi, yaitu benda yang masih jatuh ke bawah, masih masuk ke dalam
wilayah ruang udara/angkasa negara tersebut.
2. Hak Lintas Damai, pada prinsipnya kapal asing boleh masuk, melintas wilayah laut asal
tidakmembuang jangkar, mencemarkan lingkungan, menyelundup, dan lain-lain yang
dapatmenimbulkan keadaan tidak damai (the right of innoucense)
3. Yurisdiksi criminal dan sipil atas kapal-kapal asing4. Pengejaran seketika (hot porsuit) bila
melanggar Sesudah Perang Dunia Kedua (tahun 1945).
Zaman Modern

d. Terdapat tahapan-tahapan pelaksanaan konferensi hukum laut


 Perkembangan Hukum Laut setelah PD II
 Ada 3 faktor yang menyebabkan perubahan pada hukum laut internasional:
- Banyak negara yang merdeka.
- Kemajuan teknologi.
- Tambah bergantungnya negara pada lautan, terutama sumber kekayaan alamnya.
 Proklamasi Presiden Truman-1945 Tentang Perikanan
- Perikanan penting sebagai sumber kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah pantai (nelayan)
dan sebagai bahan industri makanan amerika serikat.
- Alasan melindungi perikanan untuk kemajuan peralatan & teknik penangkapan serta bahaya lebih
tangkap (over exploitation).
- Kebijakan pencadangan dan perlindungan.
- Daerah perlindungan tidak mempengaruhi status laut lepas yang bersangkutan
Zaman Modern

d. Terdapat tahapan-tahapan pelaksanaan konferensi hukum laut


 Anglo-norwegian fisheries case-1951
- Inggris menggugat cara penarikan garis pangkal lurus (straight baselines)
yang menghubungkan titik2 terluar norwegia
-Inggris minta agar mi menyatakan bahwa tindakan norwegia tidak sesuai
dengan hukum dan azas-azas hi
-Pada waktu itu yang berlaku umum adalah garis pangkal pasang surut.
 Ada 3 cara menarik garis pangkal menurut garis pasang surut
- Trace parallele : mengikuti liku-liku garis pasang surut.
- Arcs of circle : tetapkan batas luar tanpa garis pangkal
- Straight baseline : menarik garis-garis lurus dari titik-titik tertentu pada garis pasang
surut.
Zaman Modern

d. Terdapat tahapan-tahapan pelaksanaan konferensi hukum laut


 Konferensi Hukum Laut Jenewa tahun 1958
 Konferensi Jenewa tentang hukum laut menghasilkan 4 (empat) konfrensi antara
lain :
a. Convention on the Territorial Sea and Contigous Zone 10 September 1964
(Konvensimengenai Laut Teritorial dan Zona Tambahan)
b. Convention on the High Seas 30 September 1962 (Konvensi mengenai Laut Bebas
c. Convention on Fishing and Conservation of the Living Resources of the High Seas
20Maret 1966 (Konvensi mengenai Perikanan dan Perlindungan Kekayaan Hayati Laut
Lepas)
d. Convention on the Continental Shelf 10 Juli 1964 (Konvensi mengenai Landas
Kontinen)
Zaman Modern

d. Terdapat tahapan-tahapan pelaksanaan konferensi hukum laut


 Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut I tahun 1958(UNCLOS I)
Setelah perdebatan panjang dan tidak menemukan kata kesepakatan
diantara negara-negara yang bersengketa tentang wilayah maritim, maka PBB
yang sebelumnya bernama Liga Bangsa- Bangsa mengadakan konferensi hukum
laut pertama pada tahun 1958 dan konfrensi hukum laut yang kedua pada tahun
1960 yaitu yang lebih dikenal dengan istilah UNCLOS 1 dan UNCLOS 2
Zaman Modern

d. Terdapat tahapan-tahapan pelaksanaan konferensi hukum laut


 Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut I tahun 1958(UNCLOS I)
Dalam konfrensi hukum laut pertama ini melahirkan 4 buah konvensi, dan isi dari
konvensi Unclos pertama ini adalah:
1. Konvensi tentang laut teritorial dan jalur tambahan (convention on the territorial sea
and contiguouszone) belum ada kesepakatan dan diusulkan dilanjutkan di UNCLOS II
2. Konvensi tentang laut lepas (convention on the high seas) a. Kebebasan pelayaran,
b. Kebebasanmenangkap ikan, c. Kebebasan meletakkan kabel di bawah laut dan
pipa-pipa, d. Kebebasan terbang di ataslaut lepas.
3. Konvensi tentang perikanan dan perlindungan sumber-sumber hayati di laut lepas
(conventiononfishing and conservation of the living resources of the high sea)
4. Konvensi tentang landas kontinen (convention on continental shelf). Konvensi ini telah
disetujui.Pada tanggal 17 Maret-26 April 1960 kembali dilaksanakn konferensi hukum
laut yang kedua atau UNCLOSII, membicarakan tentang lebar laut teritorial dan zona
tambahan perikanan, namun masih mengalamikegagalan untuk mencapai
kesepakatan, sehingga perlu diadakan konferensi lagi.
Zaman Modern

d. Terdapat tahapan-tahapan pelaksanaan konferensi hukum laut


 Konferensi Hukum Laut UNCLOS II tahun 1960 dan UNCLOS III tahun 1982
Ada pertemuan konfrensi hukum laut kedua, telah disapakati untuk mengadakan
kembali pertemuan untukmencari kesepakatan dalam pengaturan kelautan maka
diadakan kembali Konferensi Hukum Laut PBB IIIatau Unclos III yang dihadiri 119 negara.
Dalam pertemuan ini,disepakati 2 konvensi yaitu:
1. Konvensi hukum laut 1982 merupakan puncak karya dari PBB tentang hukum
laut, yangdisetujui diMontego Bay, Jamaica (10 Desember1982),
ditandatangani oleh 119 negara
2. Ada 15 negara yang memiliki ZEE besar: Amerika Serikat, Australia, Indonesia,
NewZealand,Kanada, Uni Soviet, Jepang, Brazil, Mexico, Chili, Norwegia, India,
Filipina, Portugal, danRepublik Malagasi
Zaman Modern

d. Terdapat tahapan-tahapan pelaksanaan konferensi hukum laut


 Konferensi Hukum Laut UNCLOS II tahun 1960 dan UNCLOS III tahun 1982
Tidak kurang dari 12 kali siding konferensi, UNCLOS, sejak tahun 1973 sampai
1982, dalam mencapai hasilyang diharapkan, yang dimulai dengan suatu sidang
pertama “keorganisasian” pada tahun 1973 dan berakhir pada pengesahan naskah
akhir konvensi dan penanda tanganannya di Montego Bay tanggal 10 desember 1982,
oleh 118 negara. Catatan resmi mengenai prosedur pengesahan, dan keputusan-
keputusanyang tercapai pada tiap tahapan, dimuat-ulang dalam Final Act UNCLOS
yang juga ditanda tanggani pada tanggal yang sama.
Zaman Modern

d. Terdapat tahapan-tahapan pelaksanaan konferensi hukum laut


 Konferensi Hukum Laut UNCLOS II tahun 1960 dan UNCLOS III tahun 1982
Hasil pertemuan UNCLOS III Secara garis besar Konvensi memuat beberapa hal
penting,yaitu:
1. Negara-negara pantai memiliki kedaulatan teritorial sampai 12 mil, tetapi kapal-
kapal asing diizinkanmelakukan lintas damai melalui perairan tersebu
2. Kapal dan pesawat udara dari semua negara diizinkan melakukan lintas transit
melalui selat yangdipergunakan bagi pelayaran internasional, negara-negara yang
terletak di sepanjang selat biasmengatur navigasi dan segi-segi lintas lainnya
3. Negara-negara kepulauan adalah negara yang terdiri dari satu kelompok atau
kelompok-kelompok pulau yang saling berhubungan memiliki kedaulatan atas laut
wilayah yang tertutup oleh garis selatdari kepulauan tersebut; negara lain berhak
melakukan lintas di garis yang ditetapkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai