Negara- negara yang muncul setelah runtuhnya Imperium Roma disekitar tepi Laut
Tengah masing-masing menuntut bagian dari laut yang berbatasan dengan
pantainya berdasarkan alasan bermacam-macam. Post-Glossator atau komentator
mencari penyelesaian hukum didasarkan atas azas-azasdan konsepsi-konsepsi hukum
Romawi. Kebutuhan untuk memberikan dasar teoritis bagiklaim kedaulatan atas laut
oleh negara-negara ini antara lain menimbulkan beberapa teori,diantaranya yang
paling terkenal adalah yang dikemukakan oleh Bartolus dan Baldus, duaahli hukum
terkemuka di abad pertengahan.
Zaman Romawi
Bartolus meletakkan dasar bagi pembagian dua dari laut yakni bagian laut yang
berada di bawah kekuasaan kedaulatan negara pantai dan di luar itu berupa bagian
laut yang bebas darikekuasaan dan kedaulatan siapapun. Teori ini merupakan dasar
bagi pembagian dua dari lautyang klasik dalam laut teritorial (laut wilayah) dan laut
lepas.
Konsepsi Baldus agak berlainan dan sebenarnya lebih maju. Ia membedakan
tiga konsepsi bertalian dengan penguasaan atas laut yakni: (1) kepemilikan laut,
(2) pemakaian laut, dan (3) yurisdiksi ataslaut dan wewenang untuk melakukan
perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan di laut.
Di dalam masa pembentukan hukum laut internasional ini dengan demikian terjadi
perjuangan untuk menguasai lautan yang berdasarkan berbagai alasan dan
kepentingan yang berlainan.
Zaman Modern
Perkara antara Inggris dan Norwegia mengenai batas perikanan Norwegia ini
timbul karena Inggris menggugat sah-nya penetapan batas perikanan ekslusif yang
ditetapkan oleh Norwegia dalam Firman Raja (Royal Decree) tahun 1935 menurut
hukum internasional.Yang digugat oleh Inggris bukan lebar jalur laut wilayah Norwegia
sebesar 4 mil, akan tetapi cara pernarikan garis pangkal lurus yang menghubungkan
titik-titik terluar pada pantai Norwegia. Dalam cara penarikan garis pangkal lurus yang
dilakukan Norwegia ini deretan pulau dimuka pantai dianggap sebagai bagian dari
pantai Norwegia.
Zaman Modern