Anda di halaman 1dari 25

ANTRAKS

1. Definisi
Anthrax adalah penyakit infeksi gawat yang
disebabkan oleh bakteri yang bernama bacillus
anthracis
2. Epidemiologi
- Di Indonesia kasus anthrax pada manusia pertama
kali dilaporkan di Kab. Kolaka, Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun
- Infeksi anthrax menyebar keseluruh tanah aiI
- Tahun 2011 sudah propinsi di Indonesia tertular
anthrax yaitu : DKI Jakarta, Jawa Barat,Jawa
Tengah, NTB, NTT, Sumbar, Jambi, Sulteng, Sultra
dan papua
- Total kasus diIndonesia pada tahun 1992 – 2001
adalah 599 kasus dengan kematian 10 orang.
3. Etiologi
Bakteri Bacillus anthracis
- kuman berbentuk batang
ujungnya persegi dengan
sudut-sudut tersusun
berderet (seperti ruas
bambu atau susunan bata)
- membentuk spora
- bersifat gram positif
- Nonmotile, aerobik
- berukuran 1-1,5 µm hingga
3-10 µm
Bacillus anthracis mempunyai dua bentuk siklus hidup, yaitu fase vegetatif dan fase
spora:
1. Fase Vegetatif
• Berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 mikrometer, lebar 1-1,5 mikrometer.
• Terbentuk ketika memasuki tubuh inang (manusia atau hewan memamah biak)
atau keadaan lingkungan yang memungkinkan (lingkungan yang kaya nukleotida,
asam amino dan glukosa) , bakteri dapat bermultiplikasi, menyebar ke seluruh
tubuh, memproduksi toksin, dan menyebabkan kesakitan dan kematian
• Bentuk vegetatif biasa keluar dari dalam tubuh melalui pendarahan di hidung,
mulut, anus, atau pendarahan lainnya
• Ketika inangnya mati dan oksigen tidak tersedia lagi di darah bentuk vegetatif itu
memasuki fase tertidur (dorman/tidak aktif)
• Bentuk vegetatif mempunyai kemampuan hidup yang buruk bila ada di luar tubuh
binatang atau manusia, jumlah koloni akan cepat menghilang dalam 24 jam bila
diinokulasi dalam air

2. Fase Spora
• Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer
• Terbentuk ketika fase vegetatif kontak dengan oksigen di udara bebas (sporulasi)
• Selama fase ini bakteri dalam keadaan tidak aktif (dorman), menunggu hingga
dapat berubah kembali menjadi bentuk vegetatif dan memasuki inangnya
• daya tahan spora anthrax yang tinggi untuk melewati kondisi panas, radiasi
ultraviolet dan ionisasi, tekanan tinggi, dan sterilisasi dengan senyawa kimia
• mampu bertahan sampai 50-70 tahun dalam tanah
4. Patofisiologi
a. penularan penyakit anthrax seringnya melalui hal-hal
sebagai berikut :
• Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah
atau rumput, hewan yang sakit, maupun bahan-bahan yang
berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging, tulang
dan darah yang kemudian spora masuk melalui kulit yang
lecet, abrasi, luka atau melalui gigitan serangga.
• Penularan anthrax melalui pernafasan terjadi apabila
menghirup udara yang mengandung spora B.anthracis
misalnya pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang
(domba atau sapi) saat mensortir (woolsorters disease).
• Memakan daging hewan yang terkena anthrax atau produk
asal hewan seperti dendeng, abon dll.
Siklus Penularan Anthrax
5. Gejala Klinis
1. Anthrax Kulit (Cutaneus Anthrax)
• 90% dari keseluruhan kejadian anthrax di Indonesia
• Masa inkubasi antara 1-5 hari :papula pada inokulasi,
rasa gatal tanpa disertai rasa sakit dalam waktu 2-3 hari
membesar menjadi vesikel berisi cairan kemerahan,
kemudian haemoragik dan menjadi jaringan nekrotik
berbentuk ulser yang ditutupi kerak berwarna hitam,
kering yang disebut Eschar (patognomonik)
• demam, sakit kepala dan dapat terjadi pembengkakan
lunak pada kelenjar limfe regional di hari ke-7 hingga ke-
10
• Apabila tidak mendapat pengobatan, angka kematian
berkisar 5-20%.15
• Edema maligna dapat terjadi pada leher dan daerah
dada yang menyebabkan kesulitan bernapas,
2. Anthrax Saluran Pencernaan (Gastrointestinal
Anthax)
• Masa inkubasi 2-5 hari
• Penularan melalui makanan yang tercemar kuman
atau spora misal daging, jerohan dari hewan, sayur-
sayuran dan sebagainya, yang tidak dimasak dengan
sempurna atau pekerja peternakan makan dengan
tengan yang kurang bersih yang tercemar kuman
atau spora anthrax.
• dapat berkembang menjadi tingkat yang berat dan
berakhir dengan kematian dalam waktu kurang dari
2 hari
• Angka kematian tipe ini berkisar 25-75%.15
• menyebabkan lesi ulceratif: dapat terjadi di mana
saja dan pada beberapa kasus menyebabkan
hemoragi, obstruksi, atau perforasi.
• dibagi menjadi dua sindrom:

a. abdominal
- Gejala awal dapat bersifat ringan, malaise, demam ringan
- gangguan gastrointestinal ringan seperti mual, muntah, diare, dan anoreksia
- diikuti dengan adanya onset akut beberapa gejala gastrointestinal :sakit perut
hebat, hematemesis, diare berdarah, dan ascites massive dari jernih hingga
purulen (bila dilakukan kultur sering ditemukan koloni B. Anthracis
- Dapat terjadi demam tinggi, dyspnea, cyanosis,disorientasi, dan gejala septicemia
lainnya
- Kematian terjadi akibat perdarahan, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
perforasi, syok, atau toksemia. Bila penderita dapat bertahan hidup maka sebagian
besar gejala akan hilang dalam 10-14 hari.
- Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal (lipat
paha), perut membesar dan keras, kemudian berkembang menjadi ascites dan oedem
scrotum serta sering dijumpai pendarahan gastrointestinal.16-18

b. orofaringeal anthrax:
- disfagia dengan ulkus nekrotik pada orofaring posterior
- edema leher unilateral
- limfadenopati coli
- faringitis, dan demam
3. Anthrax Inhalasi (Inhalation anthrax)
4. Anthrax Meningitis (Meningitis
Anthrax)
• Terjadi karena komplikasi bentuk anthrax yang
lain
• dimulai dengan adanya lesi primer yang
berkembang menjadi meningitis hemoragik dan
kematian dapat terjadi antara 1-6 hari.
• Klinis mirip dengan meningitis purulenta akut:
- Demam
- nyeri kepala hebat
- kejang-kejang umum
- penurunan kesadaran dan kaku kuduk
Gejala Penyakit Anthrak Pada Hewan
• Perakut (sangat cepat) terjadi sangat mendadak dan
segera mengikuti kematian, sesak napas, gemetar,
kemudian hewan rebah kadang terdapat gejala kejang.
Pada sapi kambing dan domba mungkin terjadi
kematian yang mendadak tanpa menimbulkan gejala
penyakit terlebih dahulu.
• Bersifat akut (cepat) pada sapi, kambing, domba dan
kuda : demam (suhu tubuh mencapai 41,50C), gelisa,
sesak napas, kejang, dan diikuti kematian, kadang
sesaat sebelum kematian kelaur darah kehitaman yang
tidak membeku dari lubang kumlo (lubang hidung,
mulut, telinga, anus dan alat kelamin). Pada kuda dapat
terjadi nyeri perut (kolik) diare berdarah, bengkak
daerah leher dada, perut bagian bawah dan alat
kelamin bagian luar.
6. Diagnosis
a. Anamnesis
b. P. fisik
Cutaneus antraks:
• Lokasi : pada leher, tangan, wajah dan kaki
• Effloresensi: Udema dengan ulkus nekrotik atau
eschar ditengahnya
c. P. penunjang
• Pemeriksaan laboratorium:
- Peningkatan sel darah putih terutama leukosit polimorfonuklear
- Jika terjadi meningitis: cairan serebrospinal menjadi hemoragik dan
ditemukan banyak basil Gram positif

• Pemeriksaan mikrobiologis :
• ditemukan kuman Bacillus anthracis pada pengecatan usapan lesi
kulit dengan Mc Fadyean atau tinta cina
• Pemeriksaan histopatologis
- edema hemoragik
- dilatasi pembuluh limfe
- nekrosis pada epidermis.

• Pemeriksaan biakan atau kultur (untuk konfirmasi diagnostic)

• dilakukan biakan kuman dengan agar nutrisi pada 5% CO2 atau


medium suplemen basal lain dengan 0,8% natrium bikarbonat.

• Konfirmasi adanya kuman anthrax juga dapat ditentukan dengan


pemeriksaan direct fluorescent antibody pada lesi anthrax kulit

• Pemeriksaan dengan metode PCR mendapatkan spesifik marker


pada anthrax ini yaitu vrrA and Ba813
7. Tatalaksana
1. Non-Medikamentosa
Bila dicurigai telah terjadi paparan maka yang
bersangkutan dianjurkan untuk melepaskan
semua pakaian dan dimasukkan ke dalam
kantong plastic yang kemudian diikat rapat-
rapat. Selanjutnya, penderita harus mandi
dengan sabun dan air yang cukup.
2. Medikamentosa
• Terapi pilihan untuk anthrax adalah kristalin
penisilin-G parenteral 2 juta unit setiap 6 jam,
yang diberikan selama ±7-14 hari (sampai edema
lokal menghilang atau lesi kulit mengering).
• Selanjutnya diberikan terapi ciprofloxacin
dosis 20-30 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis
(maksimum untuk dewasa 500mg, 2x/hari) atau
doksisiklin (100 mg 2x/hari) secara oral selama 60
hari.
• Untuk anak dan wanita menyusui diberikan
amoksisilin dengan dosis 40 mg/kgBB (BB<20 kg)
dibagi tiga dosis atau 500 mg 3x/hari untuk anak-
anak BB >20 kg/ dewasa.
• Peniciline masih merupakan antibiotika yang paling ampuh, dengan
cara pemberian tergantung tipe dan gejala klinisnya, yaitu:
1. Anthrax Kulit
• Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan pada antraks kulit.
• Antraks kulit dengan gejala sistemik, edema luas, atau lesi di kepala
dan leher juga membutuhkan antibiotic intravena
• Procain Penicilline 2 x 1,2 juta IU, secara IM, selama 5-7 hari
• Benzyl Penicilline 250.000 IU, secara IM, setiap 6 jam, sebelumnya
harus dilakukan skin test terlebih dahulu
• Apabila hipersensitif terhadap penicilline dapat diganti dengan
tetracycline, chloramphenicol atau erytromicine

2. Anthrax Saluran Pencernaan & Paru


• Oleh karena antraks inhalasi secara cepat dapat memburuk, maka
pemberiaan antibiotik sedini mungkin sangat perlu
• Penicilline G 18-24 juta IU perhari IVFD, ditambahkan dengan
Streptomycine 1-2 g untuk tipe pulmonal dan tetracycline 1 g
perhari untuk tipe gastrointestinal
• Vaksinasi
- Di AS pemberian vaksin anthrax(anthrax
vaccine adsorbed/AVA) terhadap kelompok
risiko tinggi terpajan spora sudah rutin
dilakukan.
- Sebanyak 0,5 ml AVA yang disuntikkan secara
subkutan diberikan pada minggu ke 0, 2, dan 4,
dan bulan ke 6, 12, dan 18, selanjutnya booster
dilakukan setiap tahun
Untuk hewan tersangka sakit dapat dipilih salah
satu dari perlakuan sebagai berikut :
• Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan
(hewan besar 20-30 ml, hewan kecil 10-1 ml)
• Penyuntikan antibiotika
• Penyuntikan kemoterapetika
• Penyuntikan antiserum dan antibiotika atau
antiserum dan kemoterapetika.
Cara penyuntikan antiserum homolog ialah IV
atau SC, sedangkan untuk antiserum heterolog
SC. Dua minggu kemudian bila tidak timbul
penyakit, disusul dengan vaksinasi.
8. Komplikasi
- Meningitis -> dapat berujung pada kematian
- Obstruksi saluran napas (pada antraks
inhalasi)
- Septikemia -> syok
9. Prognosis
• Pada dasarnya salah satu bentuk antraks bisa diobati
jika diagnosis ditegakkan sedini mungkin dan dengan
terapi suportif yang tepat
• Pada kasus bentuk non-kulit-> menegakkan diagnosis
secara dini sangat sulit, sehingga angka kematian
sangat tinggi
• Antraks kulit: pada lesi kulit kecil -> sembuh dengan
jaringan parut yang minimal. lesi yang lebih besar/lesi
pada daerah yang mobile (misalnya kelopak mata) -
>jaringan parut dan kontraktur mungkin memerlukan
koreksi bedah untuk kembali berfungsi normal
• Banyak kasus dari anthrax kutaneous dilaporkan
sembuh secara spontan, tetapi 5-10% berlanjut
menjadi komplikasi sistemik

Anda mungkin juga menyukai