Anda di halaman 1dari 13

Carry Setiawan

Fitri Yuliani
Angeline Wijayanti

Magister Akuntansi
Universitas Tarumanegara
PAJAK UMKM
Pada dasarnya PPh Final merupakan istilah atau nama lain dari PPh
Pasal 4 ayat 2. Ada berbagai macam objek PPh Pasal 4 ayat 2, seperti
untuk sewa bangunan, jasa konstruksi, pajak atas obligasi, pajak atas
peredaran bruto (omzet) usaha. Pada pembahasan ini, kita akan
mendalami PPh Final khusus untuk pajak UMKM.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013


berkaitan dengan pajak UMKM, PPh Final adalah pajak atas penghasilan
dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki pered
aran bruto tertentu.
Dasar Hukum pajak
Pada pembahasan ini kami mengacu pada:

 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 tentang Penghasilan Atas


Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 tentang Penghasilan Atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (pengganti PP No. 46)
 UU Pajak No. 20 tahun 2008 tentang Pajak UMKM
 Undang-undang No. 36 Republik Indonesia tahun 2008
Kriteria Mikro Kecil Menengah
Bentuk Orang Perseorangan/ Perseorangan/
Usaha perorangan badan usaha badan usaha
bukan afiliasi bukan afiliasi
usaha usaha besar
menengah/besar
Kekayaan <Rp50juta Rp50Juta- Rp500juta-
bersih Rp500juta Rp10milyar
exclude
tanah dan
bangunan
Omzet <Rp300juta Rp300juta- Rp2,5milyar-
tahunan Rp2.5milyar Rp50milyar
Sumber : UU Nomor 20 tahun 2008
PERUBAHAN TARIF PAJAK UMKM
Dahulu Kini

PP No. 46 Tahun 2013 PP No. 23 Tahun 2018


Mulai Berlakunya Tarif Pajak 0,5%
WAJIB PAJAK UMKM YANG
DIKENAKAN TARIF PPH FINAL

Yang dikenakan tarif PPH Yang tidak dikenakan tarif


Final: PPH Final:

• Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib • Wajib Pajak orang pribadi yang
Pajak badan yang tidak termasuk melakukan kegiatan usaha
bentuk usaha tetap perdagangan dan/atau jasa yang
• Menerima penghasilan dari usaha, dalam usahanya
tetapi tidak termasuk penghasilan dari • Wajib pajak yang belum beroperasi
jasa yang berhubungan dengan secara komersial
pekerjaan bebas, dengan peredaran • Wajib Pajak badan yang dalam jangka
bruto (omzet) tidak melebihi Rp 4,8 waktu 1 (satu) tahun setelah
miliar dalam 1 (satu) tahun pajak. beroperasi secara komersial
memperoleh peredaran bruto (omzet)
melebihi Rp 4,8 miliar
Siapa Saja yang Dapat Menikmati
Tarif 0,5%??
• UMKM yang memiliki peredaran bruto (omzet) tidak melebihi Rp4,8 miliar
dalam satu tahun pajak. Antara lain usaha dagang, industri jasa seperti
toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung atau
rumah makan, salon, dan usaha lainnya

• Berlaku untuk UMKM konvensional atau offline maupun yang berjualan di


toko online (marketplace dan media sosial)
Batasan Waktu Penggunaan Tarif
(PP No. 23 Tahun 2018)

Wajib Pajak Badan berbentuk Wajib Pajak Badan berbentuk


Bagi Wajib Pajak Orang Koperasi, Persekutuan Perseroan Terbatas (PT)
Pribadi selama 7 tahun Komanditer atau Firma selama 3 tahun.
selama 4 tahun
Keuntungan PPh Final UMKM

UMKM dapat membayar pajak dengan mudah dan sederhana. Karena PPh Final,
maka perhitungan pajak buat UMKM offline maupun online tinggal
menjumlahkan peredaran bruto dalam sebulan, kemudikan dikalikan tarif.

Bisa mengurangi beban pajak para pelaku UMKM. Dengan tarif murah, sisa
omzet bersih setelah dipotong pajak bisa dipakai pengusaha untuk
mengembangkan usahanya

Tarif pajak yang rendah dapat merangsang orang untuk terjun sebagai
wirausaha. Jadi tidak perlu khawatir dibebankan pajak tinggi

Dengan tarif istimewa itu diharapkan mendorong kepatuhan UMKM dalam


membayar pajak serta meningkatkan basis wajib pajak

UMKM bisa naik kelas. Karena setelah mereka dapat menyusun laporan
keuangan secara rapi, patuh membayar pajak, dapat menjadi jalan bagi mereka
untuk memperoleh akses permodalan lewat bank
Kompensansi PPh Final/Pajak UKM

Wajib pajak yang dikenakan PPh Final/pajak UMKM


dapat melakukan kompensansi kerugian dengan
penghasilan yang tidak dikenai tarif PPh Final dengan
ketentuan berikut:
• Kompensasi kerugian dilakukan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun pajak
• Kerugian suatu tahun pajak dikenakannya PPh Final
tidak dapat dikompensasikan ke tahun pajak
berikutnya.
Contoh
Tuan Firdaus memiliki usaha kecil sebagai pedagang baju dengan omzet sebulan
Rp15.000.000. Dia memenuhi syarat untuk menggunakan PP 23 Tahun 2018. Jadi
perhitungan pajaknya:
• Untuk omzet Juli 2018 yang disetorkan Agustus = 0,5% x Rp15.000.000=
Rp75.000
• Jika Rp15.000.000 merupakan omzet Juni yang akan dibayar Juli ini, maka
perhitungannya masih menggunakan tarif 1% x Rp15.000.000 = Rp150.000.
• Firdaus bisa memanfaatkan tarif setengah persen itu sampai waktu 7 tahun.
Setelah itu, dia wajib membuat pembukuan dan menjadi wajib pajak normal.

Anda mungkin juga menyukai