YOLANDA, S.KED
71 2017 069
SUCI PURNAMAZA
71 2017 069
PEMBIMBING :
DR. MEILINA WARDHANI, SP. THT-KL.
Secara umum, otitis media dibagi menjadi otitis media supuratif dan
otitis media non supuratif .
Bab II
Tinjauan Pustaka
1. Anatomi telinga
Telinga merupakan organ pendengaran dan keseimbangan. Secara
anatomi telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
ANATOMI TELINGA
Abnormalitas Imunodefisiensi
Kraniofasial
Etiologi
Agen penyebab otitis media akut dapat berupa
virus maupun bakteri, namun lebih sering
disebabkan oleh bakteri.
• Stadium ini ditandai dengan adanya pembuluh darah yang melebar pada membran
timpani sehingga membran timpani tampak edema dan hiperemis. Sekret yang
terbentuk masih berupa sekret serosa yang susah untuk dievaluasi
Hiperemis
• Stadium ini ditandai dengan adanya edema yang hebat pada mukosa telinga tengah
dan rusaknya sel epitel superfisial, setta terbentuk juga eksudat yang purulen di kavum
timpani yang menyebabkan membra timpani tampak menonjol atau bulging ke arah
Supurasi liang telinga luar
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang maka dapat
terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler-kapilerdan timbulnya
thromboflebitis pada vena-vena kecil serta nekrosis pada mukosa dan
submukosa. Nekrosis pada membran timpani nampak sebagai daerah ang
lebih lembek dan berwarna kekuningan, yang mana di tempat ini dapat
terjadi ruptur
Gambaran Membran Timpani
(a. Normal, b. Bulging ringan, c. Bulging sedang, d. Bulging berat)
Stadium
• Stadium ini ditandai dengan adanya ruptur pada membran
timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang
telinga luar. Pada anak, anak yang tadinya gelisah akan menjadi
lebih tenang. Suhu tubuh akan mengalami penurunan dan nyeri
Perforasi akan berkurang
Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu
tubuh yang tinggi (bisa mencapai 39,5oC (pada stadium
supurasi), anak gelisah dan susah tidur, diare, kejang, dan
anak akan memegang telinga yang sakit (hanya 10 %).
Anamesis:
Didasarkan pada riwayat nyeri pada telinga
atau adanya nanah yang keluar dari dalam
telinga (selama periode < 2 minggu).
Pemeriksaan fisik:
Pada pemeriksaan, pastikan terjadi otitis media
akut dengan otoskopi. Warna membran timpani
(MT) merah, meradang, dapat sampai terdorong
ke luar dan menebal, atau terjadi perforasi
disertai nanah.
Tatalaksana
Pengobatan otitis media akut tergantung pada
stadium penyakitnya.
Nama : An. MS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 11 Januari 2006
Usia : 12 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Kemas Rindu
MRS : 4 Desember 2018
No. RM : 56-55-86
Anamnesis
Keluhan Utama :
Suhu : 36,9 C
Status Lokalis
Telinga
Next
Next
Next
Diagnosis
Diagnosis Banding
Otitis media akut
Diagnosis Kerja
Otitis media akut stadium perforasi auricular dextra
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Edukasi pasien agar menghindari faktor resiko
Clindamisin
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Bab III
Pada kasus ini, pasien adalah Lebih kurang 2 hari sebelum
seorang anak laki-laki berusia masuk rumah sakit, os mengeluh
12 tahun dengan keluhan keluar keluar cairan pada telinga
cairan pada telinga kanan. Lebih kanan. Cairan tersebut berwarna
kurang 1 minggu sebelum masuk putih kekuningan. Keluhan nyeri
rumah sakit os mengalami nyeri telinga kanan dan adanya
telinga kanan. Nyeri tersebut gangguan pendengaran
mengganggu aktivitas sehingga berkurang. Keluhan ini baru
os gelisah dan sulit tidur. Keluhan pertama kali dirasakan. Keluhan
disertai sedikit terganggunya demam disangkal. Tidak ada
pendengaran. Os juga keluhan pada telinga kiri.
mengalami demam dan batuk
pilek. Keluhan berupa telinga
berdenging ataupun rasa penuh
di telinga disangkal. Keluhan
tidak disertai keluarnya cairan
pada telinga. Keluhan pada
telinga kiri tidak ada.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis penyakit
mengarah pada adanya kecurigaan otitis media akut
(OMA). Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal berikut ini:
Penyakit ini onsetnya mendadak (akut)
Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di
suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan
dengan memperhatikan tanda berikut:
a. Mengembangnya gendang telinga
b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
c. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
d. Cairan yang keluar dari telinga
Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah
yang dibuktikan dengan adanya salah satu
diantara tanda berikut :
a.Kemerahan pada gendang telinga
b.Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan
aktivitas normal.
Hal ini sesuai dengan keluhan os berupa keluar cairan pada telinga kanan sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit yang disertai nyeri telinga bagian dalam dan
adanya sedikit penurunan fungsi pendengaran yang dirasakan sejak ± 1 minggu.
Hal ini menandakan bahwa proses perjalanan penyakit os bersifat akut. Dari
pemeriksaan didapatkan keluarnya cairan berwarna putih kekuningan pada
telinga kanan dan kemerahan pada gendang telinga. Keluhan-keluhan tersebut
mengarah pada diagnosis otitis media akut (OMA).
Pada kasus OMA dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran pernapasan atas
yang berulang disertai dengan gangguan pertahanan tubuh oleh silia dari
mukosa tuba eusthachii, enzim dan antibodi yang menimbulkan tekanan negative
sehingga terjadi invasi bakteri dari mukosa nasofaring ke dalam telinga tengah
melalui tuba eusthachii dan menetap di dalam telinga tengah menjadi otitis media
akut. Kemudian, os juga sering berenang di sungai, dimana bakteri juga dapat
masuk ke telinga saat berenang.
Pada awalnya, os mengalami nyeri pada telinga
kanan yang mengganggu aktivitas sehingga os
gelisah dan sulit tidur. Os juga mengalami sedikit
gangguan pendengaran dan demam. Hal ini
menandakan terjadinya otitis media akut stadium
supurasi.
Setelah itu, os mengeluh keluar cairan pada telinga
kanan. Keluhan demam tidak ada. Keluhan nyeri
telinga dan gangguan pendengaran pada telinga
kanan berkurang. Pada pemeriksaan telinga
terdapat membran timpani tampak perforasi. Hal
ini menunjukkan bahwa otitis media akut stadium
perforasi. Hal tersebut dapat terjadi karena
imunitas atau daya tahan tubuh rendah,
pengobatan tidak adekuat dan tingkat virulensi
kuman yang tinggi.
Tatalaksana pada kasus ini diberikan ofloxacin
pada telinga kanan dan klindamisin.
Ofloxacin adalah antibiotik golongan
fluorokuinolon generasi ke 2 yang mempunyai
spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif
maupun gram positif. Ofloxacin bekerja dengan
cara menghambat dua tipe enzim II topoisomerase
yaitu DNA Gyrase dan topoisomerase IV.
Topoisomerase IV memerlukan DNA terpisah yang
telah direplikasi sebelum pembelahan sel bakteri.
Dengan DNA yang tidak dipisahkan, proses terhenti dan bakteri tidak bisa
membagi. Sedangkan DNA gyrase bertanggungjawab untuk supercoil DNA
sehingga akan cocok di dalam sel yang baru terbentuk. Kombinasi dari dua
mekanisme di atas akan membunuh bakteri sehingga ofloxacin digolongkan
sebagai bakterisida. Klindamisin sebagai antibakterial bekerja menghambat
pertumbuhan atau reproduksi dari bakteri yaitu dengan menghambat sintesa
protein.
Bab V
Kesimpulan
Diagnosis pada kasus ini otitis media akut.