Anda di halaman 1dari 57

PROPERTIES OF BUILDING

MATERIALS AT ELEVATED
TEMPERATURES – Section II
(SIFAT-SIFAT BAHAN BANGUNAN PADA
TEMPERATUR TINGGI – Bagian II)
HENY TRIASBUDI, IR., MSC.
FIRE SAFETY SPECIALIST
HENY TRIASBUDI
S1 TEKNIK SIPIL, UNIVERSITAS BRAWIJAYA
S2 FIRE SCIENCE, UNIVERSITY OF NEW HAVEN
FIRE SAFETY SPECIALIST
0811 917154
0251 8319633
henytb@yahoo.com

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 2


PENDAHULUAN
 Sesuai keperluan dan penggunaan secara umum, dari
berbagai jenis bahan/ material bangunan, yang akan
dibahas adalah material:
 Baja struktural, plat, tulangan.
 Beton tanpa tulang, bertulang, dengan penguat serat.
 Batu bata.
 Kayu.
 Polimer dengan penguat serat.
 Gipsum.
 Isolasi.
 Untuk baja dan beton telah dibahas pada Bagian I,
sedang untuk batu bata, kayu, polimer, gipsum dan
isolasi akan dibahas pada Bagian II pada sesi ini.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 3


PENDAHULUAN (lanjutan)
 Pengertian:
 Tegangan (σ) tekan: Perbandingan antara gaya tekan
yang bekerja dengan luas penampang.
 Tegangan (σ) tarik: Perbandingan antara gaya tarik
yang bekerja dengan luas penampang.
 Regangan (ε): Perbandingan antara pertambahan
panjang terhadap panjang mula-mula, regangan tidak
mempunyai satuan.
 Modulus elastisitas (E): Konstanta bahan yang
memiliki nilai tertentu untuk bahan tertentu, semakin
kecil modulus elastisitas, semakin mudah bagi bahan
untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan,
sebaliknya, semakin besar modulus elastisitas,
semakin sulit bagi bahan untuk mengalami
perpanjangan atau perpendekan.
 Ekspansi termal (β): Perubahan dimensi yang terjadi
akibat adanya perubahan temperatur.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 4
PENDAHULUAN (lanjutan)
 Konduktivitas termal (k): Besaran/ nilai bahan yang
menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan
panas.
 Panas spesifik (c): Konstanta yang menunjukkan
seberapa besar energi dibutuhkan untuk
memanaskan suatu jenis materi dengan massa
tertentu dengan selisih suhu tertentu.
 Dilatometer: Alat ukur perubahan volume karena
naiknya temperatur.
 Termogravimeter: Alat ukur perubahan jumlah dan laju
dalam berat dari material sesuai kenaikan temperatur
atau bertambahnya waktu.
 Rangkak (creep) (εt) adalah penambahan regangan
terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja.
Rangkak timbul dengan intensitas yang semakin
berkurang setelah selang waktu tertentu dan
kemudian berakhir setelah beberapa tahun.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 5
BATU BATA
 Densitas batu bata berkisar antara 1660 sampai 2270
kg/m3, tergantung pada bahan baku yang digunakan,
cara pencetakan dan cara pembakarannya.
 Modulus elastisitas batu bata umumnya berkisar antara
10 x 103 sampai 20 x 103 MPa. Kekuatan tekan
bervariasi antara 9 sampai 110 MPa, sehingga 50 MPa
dapat digunakan sebagai rata-rata. Nilai ini lebih besar
dari tegangan yang diijinkan pada adukan pengisi
pasangan batu bata.
 Karena batu bata jarang digunakan sebagai struktur
penerima beban pada bangunan, maka perhatian
terhadap sifat mekanikal pada temperatur tinggi tidak
banyak dilakukan.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 6


BATU BATA (lanjutan)
 Pada temperatur kamar, koefisien ekspansi termal (α)
untuk batu bata tanah liat sekitar 5,5 x 10-6 m.m-1.K-1.
Kurva dilatometrik dann termogravimetrik untuk batu
bata tanah liat dengan densitas 2180 kg/m3 seperti pada
Gambar 1 dan 2.
 Variasi hubungan temperatur dengan panas spesifik dan
konduktifitas termal batu bata seperti pada Gambar 3
dan 4.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 7


Gambar 1. Kurva dilatomerik untuk batu bata tanah liat.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 8
Gambar 2. Kurva termogravimetrik untuk batu bata tanah liat.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 9
Gambar 3. Kurva panas spesifik untuk batu bata tanah liat.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 10
Gambar 4. Konduktifitas termal untuk batu bata tanah liat. Simbol : bulat putih – pada saat
pembakaran, bulat hitam – pada saat setelah pendinginan.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 11
KAYU
 Sebagai struktur rangka bangunan, kayu banyak
digunakan secara luas untuk bangunan rumah tinggal
dan bangunan tingkat dengan beberapa lantai.
 Densitas kayu kering oven berkisar antara 300 kg/m3
sampai 700 kg/m3. Densitas kayu berkurang dengan
kenaikan temperatur, rasio densitas dari temperatur
ruang sampai temperatur tinggi turun sampai 0,9 pada
temperatur 200 °C dan naik tajam sampai 0,2 pada
temperatur 350 °C.
 Kayu adalah material ortotropik sehingga kekuatan dan
kekakuan ke arah memanjang dan melintang
dipengaruhi oleh arah serat.
 Sifat mekanikal kayu dipengaruhi oleh temperatur,
kelembaban, laju pengarangan (charring), dan arah
serat.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 12
KAYU (lanjutan)
 Modulus elastisitas kayu kering, bersih searah serat
bervariasi dari 5,5 x 103 sampai 15 x 103 MPa dan
tegangan batasnya (σu) bervariasi antara 13 sampai 70
MPa. Sifat ini relatif berbanding lurus dengan
densitasnya, dan tidak tergantung pada jenis kayunya.
 Gambar 5 menunjukkan variasi hubungan antara
modulus elastisitas, kekuatan tekan kayu kering oven,
bersih dengan temperatur. E0 dan (σu)0 adalah modulus
elastisitas dan kekuatan tekan batas pada temperatur
kamar.
 Modulus elastisitas berkurang secara lambat pada
temperatur sampai 200 °C, ketika tercapai 80 %,
penurunan akan cepat. Kekuatan tekan juga akan
menurun berbanding lurus sampai 80 % pada
temperatur 200 °C dan penurunan lebih cepat sampai 20
% pada temperatur sekitar 280 °C.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 13
Gambar 5. Pengaruh temperatur pada modulus elastisitas dan kekuatan tekan kayu.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 14
KAYU (lanjutan)
 Kekuatan tarik mempunyai sifat yang sama dengan
kekuatan tekan, tetapi penurunan kekuatan tarik karena
temperatur tinggi lebih lambat.
 Kelembaban mempunyai peran penting dalam
penentuan kekuatan dan kekakuan. Hanya sedikit
informasi yang ada mengenai hubungan antara
tegangan dan regangan untuk kayu.
 Koefisien ekspansi termal linier (β) berkisar antara 3,2 x
10-6 sampai 4,6 x 10-6 m.m-1 .K-1 sepanjang serat dan dari
21,6 x 10-6 sampai 39,4 x 10-6 m.m-1.K-1 melintang/ tegak
lurus arah serat.
 Kayu menyusut pada temperatur di atas 100 °C karena
berkurangnya kelembaban. Penyusutan diperkirakan 8
% pada arah radial, 12 % pada arah tangensial dan rata-
rata 0,1 sampai 0,2 % arah longitudinal.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 15
KAYU (lanjutan)
 Kurva dilatometrik dan termogravimetrik kayu pinus
dengan densitas 400 kg/m3, kering oven dapat dilihat
pada Gambar 6 dan 7.
 Konduktivitas termal (k) arah melintang serat kayu pinus
0,86 sampai 0,107 W.m-1.K-1 antara temperatur kamar
sampai 140 °C. Mual-mula konduktivitas termal
meningkat sampai kisaran 150 – 200 °C, kemudian
menurun secara linier sampai 350 °C dan akhirnya naik
lagi sampai di atas 350 °C.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 16


Gambar 6. Kurva dilatometrik kayu pinus densitas 400 kg/m3.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 17
Gambar 7. Kurva termogravimetrik kayu pinus densitas 400 kg/m3.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 18
KAYU (lanjutan)
 Pengarangan (charring) adalah salah satu sifat utama
kayu pada temperatur tinggi dan merupakan faktor yang
dipertimbangkan dalam memprediksi kinerja kayu dalam
kondisi kebakaran. Laju/ kecepatan pengarangan
dipengaruhi oleh fluks panas radian atau keparahan api.
 Umumnya, laju pengarangan arah melintang serat
sebesar 0,6 mm/menit dapat digunakan sebagai standar.
 Laju pengarangan sejajar dengan serat diperkirakan 2
kali arah melintang serat = 1,2 mm/menit. Laju
pengarangan ini digunakan hanya bila untuk percobaan
dalam dapur pembakaran.
 Pengarangan dipengaruhi oleh beberapa parameter, 3
terpenting adalah densitas, kelembaban dan kontraksi
kayu.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 19


KAYU (lanjutan)
 Untuk kayu lembab dan padat, laju pengarangan dapat
dimodifikasi menjadi 0,4 mm/menit, dan untuk kayu
kering dan ringan menjadi 0,8 mm/menit. Bahan
penghambat api (fire retardants) sering digunakan untuk
mengurangi penyebaran api pada kayu dan hanya
berfungsi untuk sedikit memperpanjang waktu sampai
kayu terbakar.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 20


POLIMER DENGAN PENGUATAN SERAT
 Beberapa tahun terakhir, banyak digunakan polimer
dengan penguatan serat (Fiber Reinforced Polymers –
FRP) untuk konstruksi bangunan karena kekuatan yang
tinggi dan tahan lama, tahan karat.
 Komposit FRP terdiri dari serat (kaca, karbon atau
aramid) dan polimer (epoxy, vinil ester, fenolik atau resin
poliester).
 Komposit FRP yang banyak digunakan adalah glass
fiber–reinforced plastic (GFRP), carbon fiber–reinforced
plastic (CFRP), dan aramid fiber–reinforced plastic
(AFRP). Aramid: serat polimer sintetis tahan api.
 Sifat FRP sama dengan kayu, akan terbakar bila terpapar
oleh api.
 Berikut adalah gambar contoh FRP.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 21


Gambar 8. FRP dan dan contoh pemasangannya.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 22
POLIMER DENGAN PENGUATAN SERAT (lanjutan)
 FRP digunakan sebagai penguat internal atau sebagai
tulangan sebagai ganti dari baja tulangan dan sebagai
penguat eksternal seperti pembungkusan atau pelapisan
untuk perbaikan dan penguatan rangka konstruksi
beton.
 Salah satu tantangan penggunaan FRP adalah
kurangnya pengetahuan tentang daya tahan api FRP.
 Perbedaan yang besar dengan penggunaan jenis FRP
adalah material dasarnya. Sifat FRP tergantung pada
jenis dan komposisinya. Sifat material ditentukan oleh
serat pada arah memanjang dan oleh material polimer
pada arah melintang.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 23


POLIMER DENGAN PENGUATAN SERAT (lanjutan)
 Kinerja FRP terhadap kebakaran di pengaruhi secara
siginifikan oleh: sifat termal, mekanikal, pengarangan,
evolusi asap dan peracunan.
 Pengaruh temperatur tinggi pada komposit FRP akan
sangat menurunkan kekuatan, kekakuan dan
meningkatkan deformabilitas, ekspansi termal dan
rangkak (creep). Di atas 100 °C, degradasi terjadi
dengan cepat bersamaan dengan dicapainya temperatur
transisi kaca.
 Temperatur transisi kaca berbeda-beda sesuai tipe resin
yang digunakan dengan temperatur terendah 100 °C dan
tertinggi 220 °C. Hampir 75 % kekuatan dan kekakuan
GFRP hilang setelah temperatur mencapai 250 °C.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 24


POLIMER DENGAN PENGUATAN SERAT (lanjutan)
 Gambar 9 menunjukkan hubungan antara tegangan -
regangan pada berbagai temperatur sesuai dengan studi
Gates untuk komposit CFRP. Dapat dilihat bahwa
kekuatan tarik berkurang 50 % pada temperatur 125 °C
dan 75 % pada temperatur 200 °C. Tingkat regangan
dengan tegangan tertentu juga lebih tinggi sejalan
dengan kenaikan temperatur.
 Variasi kekuatan pada temperatur tinggi dan temperatur
kamar untuk FRP dan material lain dapat dilihat pada
Gambar 10. Laju kehilangan kekuatan lebih besar terjadi
pada FRP dibanding dengan beton atau baja, di mana
kehilangan kekuatan sampai 50 % pada temperatur 200
°C.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 25


Gambar 9. Kurva tegangan tarik – regangan CFRP pada berbagai temperatur.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 26
Gambar 10. Variasi kekuatan – temperatur berbagai jenis material.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 27
POLIMER DENGAN PENGUATAN SERAT (lanjutan)
 Temperatur kritis FRP jauh lebih rendah dari baja dan
tergantung pada komposisi dari serat dan campuran
polimernya. Temperatur kritis FRP diasumsikan 250 °C.
 Variasi modulus elastisitas FRP berbeda sesuai dengan
temperatur dan arahnya. Pada temperatur tinggi,
modulus elastisitas FRP menurun dengan kecepatan
yang lebih tinggi dibanding beton atau baja.
 Sejalan dengan sifat mekanikal, sifat termal FRP juga
tergantung pada arah material, jenis serat, arah serat,
volume serat dan konfigurasi pelapisan. Tabel 1
menunjukkan sifat termal berbagai tipe FRP pada
temperatur kamar. Pada arah memanjang, ekspansi
termal FRP lebih rendah bila dibanding dengan baja,
tetapi pada arah melintang, lebih tinggi dari baja.
 Pada temperatur kamar, secara umum konduktivitas
termal FRP rendah, kecuali FRP dengan serat karbon.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 28
Tabel 1. Sifat termal dari berbagai FRP dan material lain pada temperatur kamar (1).

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 29


Tabel 1. Sifat termal dari berbagai FRP dan material lain pada temperatur kamar (2).

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 30


GIPSUM
 Gipsum atau kalsium sulfat dihidrat dibuat dengan
mencampur kalsium sulfat hemihidrat (adukan paris)
atau kalsium sulfat anhidrit (semen Keene) dengan air.
 Produk gipsum digunakan secara luas di industri
bangunan dalam bentuk papan, lembaran dan
pembungkus/ pelindung. Adukan paris dicampur
dengan agregat (pasir, perlit, vermikulit atau serat kayu)
digunakan sebagai lapisan dasar dinding, sedang
semen Keene dicampur dengan dempul kapur (lime
putty) digunakan untuk pelapis akhir.
 Papan gipsum berdasar komposisi dan kinerjanya,
dibagi menjadi beberapa tipe seperti: papan gipsum
reguler, papan gipsum tipe X dan papan gipsum tipe X
yang diperbaiki.
 Berikut adalah gambar contoh gipsum.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 31
Gambar 11. Berbagai bentuk gipsum dan contoh pemasangannya.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 32
GIPSUM (lanjutan)
 Papan gipsum tipe X adalah papan gipsum reguler yang
dimodifikasi dengan cara di mana bagian intinya diberi
tambahan bahan khusus untuk meningkatkan daya
tahan api.
 Gipsum merupakan material perlindungan kebakaran
yang ideal, air yang terkandung dalam gipsum
memegang peranan penting dalam penentuan sifat
termal. Pada kondisi panas, gipsum akan melepas
molekul air pada temperatur antara 125 sampai 200 °C.
Panas dehidrasi secara tuntas diperlukan 0,61 x 106
J/kg. Sehubungan dengan banyaknya energi panas
yang diserap dalam proses dehidrasi, lapisan gipsum
pada permukaan elemen bangunan akan memperlambat
penetrasi panas ke elemen bangunan tersebut.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 33


GIPSUM (lanjutan)
 Sifat termal papan gipsum bervariasi tergantung pada
komposisi gipsum. Konduktivitas termal gipsum agak
sulit untuk ditentukan karena banyak variasi pada
porositas dan agregatnya. Nilai konduktivitas termal
tipikal papan gipsum 0,25 W.m-1.K-1 pada densitas 700
kg/m3.
 Gambar 12 menunjukkan hubungan variasi tipikal
konduktivitas termal dengan temperatur.
 Koefisien ekspansi termal (β) gipsum bervariasi antara
11 x 10-6 dan 17 x 10-6 m.m-1.K-1 pada temperatur kamar,
tergantung sifat alamiah dan jumlah agregat yang
digunakan.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 34


Gambar 12. Konduktivitas termal papan gipsum tipe X sebagai fungsi temperatur.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 35
GIPSUM (lanjutan)
 Kurva dilatometrik dan termogravimetrik papan gipsum
tahan api densitas 678 kg/m3 dapat dilihat pada Gambar
13 dan 14.
 Hanya sedikit informasi mengenai sifat mekanikal papan
gipsum pada temperatur tinggi karena sifat ini sulit
untuk didapat melalui percobaan. Kekuatan papan
gipsum pada temperatur tinggi sangat rendah sehingga
dapat diabaikan.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 36


Gambar 13. Kurva dilatometrik untuk papan gipsum densitas 678 kg/m3.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 37
Gambar 14. Kurva termogravimetrik untuk papan gipsum densitas 678 kg/m3.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 38
ISOLASI
 Isolasi (insulation) sering digunakan untuk material
perlindungan terhadap kebakaran baik untuk struktur
bangunan yang berat seperti kolom dan balok tetapi
juga untuk struktur ringan seperti lantai dan dinding.
Isolasi menghambat kenaikan temperatur pada struktur
bangunan, karena bersifat tahan api.
 Banyak jenis material isolasi diperdagangkan. Wol
mineral (mineral/ rock wool) dan serat kaca (glass wool)
merupakan yang paling banyak digunakan untuk
dinding dan lantai.
 Sifat termal isolasi memegang peran penting dalam
penentuan tahan api, walaupun tidak banyak informasi
mengenai sifat termal dari berbagai jenis isolasi.
 Gambar 15 menunjukkan variasi konduktivitas termal
dengan temperatur untuk isolasi serat kaca dan serat
batu. Perbedaan konduktivitas termal pada temperatur
tinggi terutama karena komposisi kemikal serat.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 39
Gambar 15. Konduktivitas termal isolasi sebagai fungsi temperatur.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 40
ISOLASI (lanjutan)
 Test tahan api dengan skala penuh pada dinding dan
lantai menunjukkan bahwa isolasi dengan serat mineral
kinerjanya lebih baik bila dibanding dengan isolasi serat
kaca, hal ini terutama karena serat kaca meleleh pada
temperatur 700 sampai 800 °C dan tidak dapat bertahan
pada paparan api secara langsung.
 Densitas serat kaca sekitar 10 kg/m3, jauh lenih rendah
dari densitas serat batu, 33 kg/m3.
 Isolasi wol mineral, bila dipasang secara padat diantara
tiang, akan berfungsi sebagai pelindung kebakaran.
 Berikut gambar contoh rock wool dan glass wool.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 41


Gambar 16. Berbagai bentuk rock wool dan contoh pemasangannya.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 42
Gambar 17. Berbagai bentuk glass wool dan contoh pemasangannya.
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 43
CONTOH PERHITUNGAN

 Pada contoh perhitungan ini akan dibahas mengenai


perhitungan ketebalan bahan isolasi panas yang dipasang
pada kolom/ tiang atau balok baja.
 Pemasangan dapat dilakukan dengan cara:
 Ditempelkan sesuai permukaan profil baja (proteksi
kontur).
 Dibungkuskan mengelilingi profil baja (proteksi kotak).
 Lihat Gambar 18 berikut.
 Rumus-rumus empiris untuk perhitungan ketebalan bahan
isolasi seperti berikut:

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 44


Gambar 18. Pemasangan isolasi dengan cara :
(a) Ditempelkan (proteksi kontur)
(b) Dibungkuskan (proteksi kotak)
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 45
Rumus perhitungan ketebalan isolasi.
 Papan gipsum yang dibungkuskan.
Rumus: R= 130 [(hW’/D)/2]0,75
dimana : W’=W+ (50hD)/144
R = waktu ketahanan api (menit)
h = tebal bahan penahan kebakaran (in)
W = berat baja struktur per ft panjang (lb/ft)
W’= berat baja struktur dan papan gipsum per ft panjang
(lb/ft)
D = perimeter panas (in), lihat Gambar 19, 20.

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 46


Rumus perhitungan ketebalan isolasi (lanjutan).

 Serat mineral atau papan gipsum yang ditempelkan.


 Untuk profil baja berbentuk H, I, L, T, C atau U.
Rumus: R = [C1(W/D)+C2]h
 Untuk struktur baja berbentuk pipa.
Rumus: R = C1{t(d-t)/d}h+C2
 Untuk struktur baja berbentuk tabung/ hollow.
Rumus: R = C1 {t(a+b-2t)/(a+b)}h+C2

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 47


Rumus perhitungan ketebalan isolasi (lanjutan).
di mana:
R = waktu ketahanan api (menit)
h = tebal bahan penahan kebakaran (in)
W = berat baja struktur per ft panjang (lb/ft)
D = perimeter terkena panas (in)
C1 = 63, C2 = 42 (konstata serat mineral)
C1 = 63, C2 = 26 (konstanta kalsium silikat)
C1 = 44, C2 = 30 (konstanta vermikulit)
t = tebal pipa/tabung (in)
a = lebar sayap/profil (in)
b = tinggi profil (in)
c = tebal badan profil (in)
d = diameter luar pipa (in).
28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 48
wide flange
wide flange
(sayap lebar)
(sayap lebar)
(proteksi
(proteksi kontur)
kotak)

tabung/ hollow
(proteksi kotak pipa
& kontur) (proteksi kotak)

Gambar 19. Perimeter panas (1).


28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 49
c

pipa (proteksi kontur)


profil C (proteksi kontur)

Gambar 20. Perimeter panas (2).


28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 50
 Contoh Soal:

Pada suatu struktur baja dengan profil sayap lebar


(wide flange) ukuran W 12 x 106 dipasang bahan isolasi
penahan kebakaran serat mineral/ rock wool dengan
cara proteksi kontur. Tentukan tebal rock wool bila
waktu ketahanan terhadap api ditentukan 3 jam.

28/01/2017
01 November 2010 Heny Triasbudi/ Properties
Heny Triasbudi/ of Building
Fire Protection Materials II
Engineering 51
Contoh Soal (lanjutan)
Penyelesaian :
Rumus yang digunakan: R = [C1 (W/D) + C2]h,
Untuk bahan berupa serat mineral, C1 = 63, C2 = 42 dan
R = 3 jam = 180 menit, sehingga 180 = [63 (W/D) + 42]h atau
h = 180 / [63 (W/D) + 42 ]

Dari Tabel 2.3, untuk profil W 12 x 106, didapat W = 106


lb/ft, a = 12,22 in, b = 12,89 in, dan c = 0,61 in.
Untuk proteksi kontur, sesuai dengan Gambar 19, 21 dan
Tabel 2.2, maka D = 4 a + 2 b – 2 c = (4x12,22) + (2x12,89) –
(2x0,61) = 73,44 in.
h = 180 / [63 (106 / 73,44) + 42] = 1,41 in, atau tebal bahan
penahan kebakaran yang diperlukan 1,41 in (3,58 cm).

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 52


Tabel 2.1. W Shape Dimensions and Properties (AISC) (Profil I)(1)

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 53


bf = a
d = b
tw = c

Gambar 21. Penyesuaian notasi Profil I dengan notasi rumus D.


28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 54
Tabel 2.2. W Shape Dimensions and Properties (AISC)(2)

(b)
(b) (c)
(c) (a)
(a)

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 55


Tabel 2.3. W Shape Dimensions and Properties (AISC)(3).

28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 56


28/01/2017 Heny Triasbudi/ Properties of Building Materials II 57

Anda mungkin juga menyukai