Anda di halaman 1dari 10

Pembukuan dan

Pencatatan
Kewajiban Pembukuan
Pasal 28
 WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan WP
Badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan.
 Namun, WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan
norma penghitungan Penghasilan Neto dan WP OP yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, dikecualikan dari kewajiban
menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan.
 Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang
peredaran bruto dan/atau penerimaan penghasilan sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang
Pembukuan atau pencatatan harus:

 Diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan


keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
 Diselenggarakan di Indonesia
 Menggunakan huruf latin dan angka Arab
 Menggunakan satuan mata uang rupiah dan mata uang asing yang
diizinkan oleh Menteri Keuangan
 Disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh
Menteri Keuangan
 Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan dasar akrual
(accrual basis) atau dasar kas (cash basis). Perubahan atas metode
pembukuan atau pencatatan harus mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Pajak
Kewajiban Pencatatan
Pasal 28 ayat (12)
PMK Nomor 197/PMK.03/2007
1. WP OP yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan,
tetapi wajib menyelengarakan pencatatan:
a. WP OP yang melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
b. WP OP yang tidak melakukan usaha dan/atau melakukan usaha dan/atau
pekerjaan bebas
2. Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan
yang sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang
rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia
3. Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan secara kronologis
Kewajiban Pencatatan
Pasal 28 ayat (12)
PMK Nomor 197/PMK.03/2007
4. Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di
tempat tingal WP atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas selama
10 (sepuluh) tahun
5. Pencatatan harus daoat menggambarkan, antara lain:
a. peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruti
yang diterima dan/atau diperoleh
b. penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang
pajaknya bersifat final
6. WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha,
pencatatan harus dapat menggambarkan secara jelas untuk masing-masing
jenis usaha dan/atau tempat usaha yang bersangkutan
7. Selain kewajiban menyelenggarakan pencatatan WP OP, harus
menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban
Kerahasiaan Pembukuan dan Sanksi
Pasal 39
Setiap orang dengan sengaja:
 Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar atau tidak menggambarkan keadaan
yang sebenarnya
 Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatatn, atau dokumen
lain
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.
Penyelenggaraan Pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan satuan mata
uang selain rupiah (PMK Nomor 196/PMK.03/2007)
 WP dalam rangka penanaman modal asing yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan penanaman modal asing
 WP dalam rangka kontrak karya yang beroperasi berdasarkan kontrak
dengan Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan selain
pertambangan minyak dan gas bumi
 WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi
 Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (5) UU
PPh atau sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) terkait
 WP yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun
seluruhnya di bursa efek luar negeri
 Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksa dana dalam
denominasi satuan mata uang dolar Amerika Serikat dan telah
memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari
Bapepam LK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
pasar modal
 WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai
oleh perusahaan induk (parent company) di luar negeri mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf
a dan huruf b UU PPh
Penyelenggaraan Pembukuan
dengan menggunakan satuan mata uang dollar AS

 Awal Tahun Buku


Penyelenggaraan pembukuan untuk pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak pada
neraca akhir tahun buku sebelumnya (dalam satuan mata uang rupiah) yang dikonversikan
ke satuan mata uang dolar AS dengan menggunakan kurs:
a. Untuk harga perolehan harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun menggunakan kus yang sebenarnya berlaku pada
saat perolehan harta tersebut
b. Untuk akumulasi penyusutan dan/atau amortisasi harta sebagaimana dimaksud pada
huruf a menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut
c. Untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut, dilakukan
secara taat asas
d. Apabila terjaid revaluasi asset tetap, di samping menggunakan nilai hosoris, atas nilai
selisih lebih dikonversi ke dalam satuan mata uang dolar AS dengan menggunakan kurs
yang sebenarnya berlaku pada saat dilakukannya revaluasi
e. Untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalam satuan mata uang rupiah dari
tahun-tahun sebelumnya, dikonversi ke dalam satuan mata uang dolar AS
dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun
buku sebelumnya, yakni kurs tengah BI berdasarkan sistem pembukuan
yang dianut dan dilakukan secara taat asas
f. Untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada saat terjadinta transaksi
g. Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari
satuan mata uang rupiah ke satuan mata uang dolar AS sebagaimana
dimaksud pada huruf a, b, c, d, dan e, maka selisih laba atau rugi tersebut
dibebankan pada rekening laba ditahan

Anda mungkin juga menyukai