Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ILMA YULIANITA
PPOMN-BADAN POM
OUTLINE
PENDAHULUAN
TEORI DISOLUSI
DEFINISI Farmasi :
Disolusi adalah suatu uji yang
digunakan untuk mengevaluasi
kecepatan pelepasan zat aktif
dari suatu sediaan dalam
produksi farmasi
PENDAHULUAN
SEJARAH DISOLUSI
2006
Harmonization between
USP, Ph.Eur. and JP
1970 USP 29 - NF 24 <711>
Dissolution Dissolution
Test App 1–Basket
Official App 2–Paddle
1897 Noyes
and uji disolusi App 3–Reciprocating
Whitney diresmikan Cylinder (not JP)
dalam USP App 4–Flow-through Cell
Hubungan XVIII Apparatus (JP - App.3)
kecepatan Ph.Eur. 2.9.3 Dissolution
disolusi Test for Solid Dosage
terhadap Forms
konsentrasi JP General Tests -
larutan Processes and
Apparatus 6.10
jenuh Dissolution Test
PENDAHULUAN
Disolusi adalah salah satu dari tiga uji utama yang
digunakan untuk mengeluarkan produk obat jadi:
1. Assay (Penetapa kadar): menggambarkan keseluruhan
potensi dan memastikan akurasi dari batch produk
obat jadi
2. Dose Uniformity (Keseragaman Sediaan):
menggambarkan konsistensi antar tiap unit tunggal
sediaan dan memastikan presisi dari proses
pembuatan
3. Dissolution (Uji Disolusi): memastikan performance
dari produk obat jadi apakah release rate dari API (zat
aktif) produk tersebut masih konsisten , Hal ini
menggambarkan studi bioavailabiliti selama percobaan
klinis dilakukan.
PENDAHULUAN
Tujuan Uji Disolusi:
Perkiraan bioavailability- parameter pengganti
dari khasiat terapetik
indikasi ketahanan sediaan obat-produk obat
sehubungan dengan keamanan
Sensitif terhadap pengaruh kritis dalam aneka
proses pabrikasi pada kinerja sediaan obat
Untuk kontrol kualitas dalam pemastian
keseragaman produk dalam 1 bets atau dalam
aneka bets
TEORI DISOLUSI
DISOLUSI DALAM BIOAVAILABILITAS
TABLET (tablet)
GRANULES DISAGGREGATION
(granul)
DRUG PARTICLES IN
SUSPENSION (partikel
obat dalam suspensi)
DRUG IN SOLUTION
IN GI FLUIDS (obat dalam larutan cairan usus)
3. Disaggregation
dissolved drug
dissolution
• ••
• • •• excipient &
•• • • drug particles
••
de-aggregation
•••
••••• •
• aggregates
•• • • • ••
Kelarutan adalah prasyarat untuk disolusi
# Drug
molecules
release
• • •• ••• • • • • ••
• • • • •
KELARUTAN VS DISOLUSI
dM
k (Cs C )
dt
dM
Kecepatan disolusi
dt
k Konstanta disolusi
Cs Konsentrasi zat aktif pada stagnan
layer
C Konsentrasi zat aktif pada bulk
solvent
(Cs-Cu) Konsentrasi gradient
NERNST-BRUNNER EQUATION
Modified Noyes-Whitney Equation
dM D A k (Cs C )
dt V h
dM
Kecepatan disolusi
dt
k Konstanta disolusi
D Koefisien difusi zat aktif
A Luas area partikel zat aktif
h Ketebalan stagnant layer
V Volume media disolusi
Cs Konsentrasi zat aktif pada stagnan layer
C Konsentrasi zat aktif pada bulk solvent
(Cs-Cu) Konsentrasi gradient
KONDISI SINK
Jika volume medium disolusi lebih besar dibandingkan terhadap kelarutan
jenuh (sedikitnya 5 sampai 10 kali lebih besar), maka C << Cs, maka kondisi
ini disebut Kondisi Sink .
Kondisi Sink merupakan salah satu parameter percobaan yang harus
dikendalikan selama uji disolusi. Dalam uji disolusi diusahakan supaya
selalu tercapai sink condition (Abdou, 1989).
Dibawah Kondisi Sink , jika volume (V) dan Luas area partikel zat aktif (A)
dijaga tetap konstant, maka:
dM
k
dt
Hal ini menunjukkan kecepatan
disolusi adalah konstant
dibawah kondisi sink,
dan mengikuti orde kinetik 0.
KONDISI UJI DISOLUSI
Secara keseluruhan:
1. Kecepatan disolusi bertambah dengan bertambahnya luas permukaan
A
2. Dengan menjaga A tetap konstan kecepatan disolusi dapat ditentukan
dengan mudah(catatan: Cs dan k konstan pada suhu tertentu untuk tiap
pelarut) dM D A k
Cs
dt h
3. Konstanta laju disolusi intrinsik k (cm / s) bervariasi dari satu obat ke
obat lain dan merupakan fungsi dari koefisien difusi D (cm2 / det) obat
dan ketebalan film cair, l (cm) D
k
l
22
TAHAPAN UJI DISOLUSI
3. Timbang tablet sebelum dilakukan uji
4. Lakukan pengukuran dan dokumentasikan
suhu media tiap vesel sebelum pengujian
dan setelah pengujian
5. Lakukan pengecekan dan dokumentasikan
rpm tiap shaft
6. Lakukan Sampling sesuai ketentuan
Farmakope
7. Interpretasi hasil
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI
25
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI
Pooled Sample
26
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI
Lepas tunda (Tahap Asam)
27
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI
Lepas tunda (Tahap Basa)
28
DISSOLUTION-
MECHANICAL
CALIBRATION
AND PVT
Kualifikasi Instalasi dan Operasional
(IQ dan OQ)
• Penanganan yang khusus dilakukan untuk
memastikan alat sesuai dengan persyaratan fisik
yang tertera dalam bab <711> tentang disolusi
dalam USP.
• Bab <711> memberikan informasi dimensi
tentang DQ, IQ and OQ, misalnya dimensi vessel
dan elemen pengaduk.
• Kesesuaian dengan spesifikasi USP
• Posisi perakitan terhadap elemen pengaduk,
tangkai, basket atau dayung dan vessel
• Catatan: pertahankan vessel/pengaduk pada
posisi yang sama pada saat melakukan uji PVT
Langkah-langkah:
Visual Inspeksi Alat Disolusi
- Cek kebocoran: tubing dan sambungan pipa.
- Sirkulasi Pompa:cek kebocoran, udara yang terperangkap
- Lakukan penggantian air secara berkala
- Gunakan air bersih dan jernih
- Tambahkan anti jamur
Visual Inspeksi–dayung dan keranjang
1. Lakukan pengamatan terhadap Kondisi Fisik dari alat
2. Tangkai kedua alat harus lurus
3. Perhatikan adanya kerusakan salut (terkelupas)
• Basket:
- Klip basket yang terlepas akan menyebabkan goyangan
- Basket berbentuk silinder (tidak bengkok) Basket yang lama
dan sudah terdistorsi dapat memberikan hasil yang tidak
reprodusibel
- Basket disimpan ditempat yang tepat dan bersih
- Pastikan lubang–lubang pada basket dalam kondisi bersih
Visual Inspeksi–Vessel
Basket Wobble NMT 1.0 mm total runout NMT 1.0 mm total runout
Frequency of
At discretion of quality system Every 6 months
Requalification
USP VS ASTM
USP <711> ASTM
Currently practiced by large majority of The new emerging standard being
the pharmaceutical industry supported by the FDA