Anda di halaman 1dari 191

KARAKTERISTIK PENGINDERAAN

JAUH DAN MODEL RADIASI OPTIK


Bahan Ajar Matakuliah Inderaja (S-1)
GD 3202 Inderaja 1

Oleh :
Ketut Wikantika

Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika


Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung

1
ATURAN/KEPATUHAN
• Kuliah 1 jam hari Kamis, digunakan untuk
Responsi dan QUIZ (tidak ada susulan QUIZ)
• Praktikum akan dipandu oleh asisten (jadwal
menyusul)
• Porsi nilai :
• UTS 25%
• UAS 25%
• Quiz 20%
• Praktikum 20% (yang mengulang wajib ikut)
• Partisipasi 10%
• Pelaku Pelanggaran Akademik: Wajib mengulang tahun
akademik berikutnya
2
ATURAN/KEPATUHAN
• Tidak boleh bicara ketika perkuliahan, kecuali ditanya
dan bertanya. Boleh ngantuk/tidur (tertib), tapi kalau
ditanya harus bisa menjawab.
• Kalau malas ikut kuliah, boleh absensi saja langsung
keluar (10 menit di awal)
• Tidak boleh diabsensikan teman
• Tidak boleh pake sandal (jepit)
• Quiz dan Ujian tidak boleh nyontek (berbicara dengan
kawan dianggap nyontek dan diberi nilai 0) kecuali ada
ijin tertentu
• Tugas tidak boleh terlambat, terlambat ditolak
• 90% kehadiran, dibawah ini, nilai akhir E
3
ATURAN/KEPATUHAN
• Maksimum keterlambatan masuk kelas: 15
menit
• Membuat keributan/kegaduhan di kelas
akan diberikan sanksi

4
JADWAL SEMENTARA
• KULIAH:
• Hari Selasa jam 15.00 – 17.00

• PRAKTIKUM:
• Hari Kamis jam 9.00 – 11.00

5
Semester terakhir
Kurikulum 2008 - 2013

Kurikulum 2013 - 2018


6
MATERI KULIAH:

1. KARAKTERISTIK PENGINDERAAN JAUH


Ujian Tengah Semester

2. MODEL RADIASI OPTIK


Ujian Akhir semester

7
1. KARAKTERISTIK PENGINDERAAN JAUH

Materi:
1. Pendahuluan (Teknologi Pemetaan)
2. Sejarah Penginderaan Jauh
3. Hubungan antara GIFOV dan spektral band
4. Contoh hiperspektral
5. Ekstraksi informasi
6. Faktor spektral
7. Profil/signature spektral
8. Sistem inderaja
7.1. Sensor optik
7.2. Karakteristik temporal
8. Sistem penyajian citra
9. Sistem data
8
Ujian Tengah Semester

9
1. MODEL RADIASI OPTIK

Materi:
1. Pendahuluan
2. Spektrum VIS ~ SWIR
2.1. Radiasi Solar
2.2. Komponen Radiasi
2.3. Contoh Citra Pada Spektrum VIS~SWIR
3. Spektrum Midwave ~ Thermal Infrared
3.1. Radiasi Thermal
3.2. Komponen Radiasi
3.3. Total Solar dan Thermal Upwelling Radiance
3.4. Contoh Citra Pada Spektrum Thermal

10
Ujian Akhir Semester

11
Referensi
• Floyd F. SABINS, Jr, Remote Sensing , Principles and
Interpretation.W. H.FREEMAN and Company, San
Francisco.
• Robert N. Colwell, Manual of Remote Sensing. American
Society of Photogrammetry & Remote Sensing
• John R. Jensen, Introductory to Digital Image Processing.
Prentice Hall Series in Geographic Information Science,
1996.
• Lillesand, T. M. and R. W. Kiefer, 2000. Remote Sensing
and Image Interpretation. 4thed., John Wiley and Sons,
Inc.: New York.

12
Referensi
• Rafael C. Gonzalez and Richard E. Woods, Digital Image
Processing, 3rd Edition, Prentice Hall, 2002. (atau yg
Matlab version)
• Schowengerd. A. Robert, Remote Sensing , Model and
Methods for Image Processing, Second Edition, Academic
Press, 1997

13
KARAKTERISTIK PENGINDERAAN
JAUH DAN MODEL RADIASI OPTIK
Bahan Ajar Matakuliah Inderaja (S-1)
GD 3202 Inderaja 1

Oleh :
Ketut Wikantika

Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika


Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung

14
KARAKTERISTIK
PENGINDERAAN JAUH
Bahan Ajar Matakuliah Inderaja S-1

Oleh :
Ketut Wikantika

Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika


Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung

15
Materi

1. Pendahuluan (Teknologi Pemetaan)


2. Sejarah Penginderaan Jauh
3. Hubungan antara GIFOV dan spektral band
4. Contoh hiperspektral
5. Ekstraksi informasi
6. Faktor spektral
7. Profil/signature spektral
8. Sistem inderaja
7.1. Sensor optik
7.2. Karakteristik temporal
8. Sistem penyajian citra
9. Sistem data
16
Teknologi Pemetaan

17
Proses Pengadaan Data (Data
Acquisition)
18
1. SEJARAH PENGINDERAAN JAUH

 Tahun 1860 pemotretan dengan sukses dilakukan dari CAPTIVE BALLOONS,


militer pertama kali menggunakan foto udara ketika perang Sipil Amerika. (
Thaddeus S. C. Lowe )
 Tahun 1900 teknologi fotografi berkembang dengan ditemukannya kamera lebih
kecil, lensa lebih cepat dan film. 1909 Wilbur Wright is credited with taking the first
photographs from an airplane.
 Tahun 1918 dapat diproduksi foto udara sebanyak 56,000 prints dalam waktu 4
hari.
 Tahun 1920 misi foto udara dengan “ amphibious bushplane” di Kanada.
 Tahun 1939 Jerman menunjukkan betapa pentingnya interpretasi foto.
 Sesudah perang dunia ke-2, teknik-teknik interpretasi foto udara dikembangkan
lebih luas lagi untuk keperluan sipil.
 Pemetaan topografi, geologi dan pemetaan untuk rekayasa secara terus menerus
dilakukan sampai saat kini menggunakan foto udara.
 Tahun 1970 teknologi radar mulai digunakan untuk keperluan sipil.
 Teknik infrared dikembangkan selama perang untuk mengidentifikasi kamuflase
fasilitas militer.
 Satelit non-militer pertama yang didisain untuk mengumpulkan informasi tentang
bumi diluncurkan, diberinama ERTS-1, kemudian berubah menjadi Landsat.
 Beberapa sensor berwahana satelit diluncurkan untuk keperluan komunitas
internasional seperti, SPOT, NOAA-AVHRR, ERS-1, JERS-1, IKONOS, Quickbird 19 dll.
CAPTIVE BALLOONS

Thaddeus S. C. Lowe

20
Wilbur Wright
(1909)

21
amphibious bushplane

22
Perang Dunia II

23
Perang Dunia II

Pentingnya Pemetaan Udara untuk tujuan Perang 24


Citra Infra merah

25
Citra Infra merah

26
Kini….

27
Kini….

28
Aplikasi Penginderaan Jauh
Definisi Inderaja : “Measurement of object properties on the earth’s surface
using data acquired from aircraft and satellites”

Data Inderaja terdiri dari data diskrit, pengukuran-pengukuran titik atau profil sepanjang
jalur terbang.
Atau dengan kata lain disebut dengan grid spatial dua dimensi (citra).
Beberapa aplikasi teknologi inderaja :
Monitoring dan penilaian lingkungan (pertumbuhan kota)
Monitoring dan deteksi perubahan global (penipisan lapisan ozon, deforesasi, pemanasan
global)
Pertanian (kondisi, prediksi panen, erosi tanah)
Eksplorasi sumber daya tidak bisa diperbaharui (mineral, minyak, gas alam)
Eksplorasi sumber daya bisa diperbaharui (lahan basah, tanah, hutan, laut)
Meteorologi (dinamika atmosfer, prediksi cuaca)
Pemetaan (topografi, tata guna lahan, rekayasa sipil)
Militer (kebijakan strategi, taktik)
Media informasi/berita (ilustrasi, analisis)

Spektral
Keperluan Spasial
Pemakai Temporal 29
Sistem Penginderaan Jauh
Apa itu Penginderaan Jauh ? : “ilmu dan teknologi pengumpulan informasi
tentang permukaan bumi tanpa melakukan kontak langsung dengan
objek bersangkutan” Ini dilakukan dengan penginderaan dan perekaman
energi elektromagnetik yang dipantulkan kemudian memroses,
menganalisa dan mengaplikasikan informasi tersebut.

D E
A
H

B B G
F
C
(A)Sumber energi (E)Transmisi, resepsi, pemrosesan
(B)Radiasi dan atmosfir (F)Stasiun bumi dan penyimpanan
Interaksi dengan obyek (G)Interpretasi dan analisis
(D)Perekaman energi oleh sensor (H)Aplikasi 30
Hubungan resolusi spasial, spektral dan temporal

single waktu multi


tinggi hiper

spasial spektral

rendah multi
lokal skala global
31
RADIASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Radiasi elektromagnetik terdiri dari medan listrik


(E) yang bervariasi dalam magnitud yang
arahnya tegak lurus dengan medan magnet (M).
Kedua medan menjalar pada kecepatan cahaya
(c).

1. Dua karakteristik radiasi elektromagnetik secara


khusus penting untuk dimengerti kaitannya
dengan penginderaan jauh yaitu panjang
gelombang dan frekuensi.
2. c = .
3. Lebih pendek panjang-gelombang maka
frekuensi semakin tinggi begitu sebaliknya.

Memahami karakteristik radiasi elektromagnetik dalam terminologi panjang


gelombang dan frekuensinya adalah sangat penting karena berkaitan erat
dengan informasi yang akan diekstrak dari data penginderaan jauh.
32
SPEKTRUM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Spektrum gelombang elektromagnetik mempunyai


rentang dari panjang-gelombang lebih pendek
(termasuk gamma dan sinar-X) sampai
panjang-gelombang lebih panjang (termasuk
gelombang mikro dan radio).
Panjang-gelombang cahaya tampak (visible)
mencakup rentang dari 0.4 to 0.7 mm. Cahaya
tampak yang paling panjang adalah merah
sedangkan terpendek adalah violet.
Spektrum selanjutnya adalah infra-red yang
mencakup panjang gelombang dari 0.7 mm
sampai 100 mm, yang mana dipakai untuk
aplikasi penginderaan jauh dan mempunyai
kemiripan proses radiasi dengan spektrum
• Violet: 0.4 - 0.446 mm
cahaya tampak.
• Blue: 0.446 - 0.500 mm
• Green: 0.500 - 0.578 mm Sedangkan spektrum gelombang elektromagnetik
• Yellow: 0.578 - 0.592 mm yang akhir-akhir ini banyak digunakan adalah
• Orange: 0.592 - 0.620 mm pada rentang gelombang mikro dari 1 mm
• Red: 0.620 - 0.7 mm sampai 1 m. 33
SPEKTRUM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

34
Introduction to the Physics and Techniques of Remote Sensing. Second Edition. Elachi C. 2006
SPEKTRUM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

35
SPEKTRUM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

36
37
Maxwell’ s Wave Equation

38
Introduction to the Physics and Techniques of Remote Sensing. Second Edition. Elachi C. 2006
39
Introduction to the Physics and Techniques of Remote Sensing. Second Edition. Elachi C. 2006
INTERAKSI DENGAN ATMOSFER

Sebelum radiasi mencapai permukaan bumi, di atmosfer


radiasi mengalami ‘gangguan’ atau berinteraksi dengan
keadaan atmosfer. Partikel dan gas-gas di atmosfer dapat
mempengaruhi proses radiasi. Efek ini disebabkan oleh
mekanisme scattering dan absorption.

Scattering terjadi ketika partikel atau gas molekul berukuran


besar terdapat pada atmosfer yang berinteraksi dengannya
dan menyebabkan radiasi elektromagnetik dihamburkan.

Absorption merupakan mekanisme lainnya yang terjadi saat


radiasi elektromagnetik berinteraksi dengan atmosfer. Tidak
seperti pada scattering, fenomena ini menyebabkan molekul-
molekul pada atmosfer menyerap energi pada panjang
gelombang yang bervariasi. Ozone, carbon dioxide, dan water
vapour adalah tiga jenis utama material yang menyerap
radiasi.

40
INTERAKSI RADIASI DAN TARGET (OBYEK)

D
A
E H

B B G
F
C

Absorption (A) terjadi ketika radiasi (energi)


diserap kedalam target dimana transmission
(T) terjadi ketika target meneruskan radiasi.
Sedangkan Reflection (R) terjadi ketika
radiasi dipantulkan oleh target.

41
JENIS REFLEKTANSI

SPECULAR REFLECTION DIFFUSE REFLECTION


Jika permukaan halus maka karakteristik permukaan tersebut adalah seperti cermin
dimana hampir semua energi dipantulkan dengan arah yang sama (specular
reflection). Sedangkan ‘diffuse reflection’ terjadi jika permukaan kasar dimana
energi dipantulkan secara merata ke semua arah.
Hampir semua permukaan bumi mempunyai karakteristik antara ‘perfectly specular’
atau ‘perfectly diffuse’ reflectors.
Apakah target tertentu memantulkan secara specular maupun diffuse tergantung
pada sifat permukaan itu sendiri (surface roughness) dan perbandingannya dengan
panjang gelombang radiasi datang. Jika panjang gelombang jauh lebih kecil/pendek
daripada variasi permukaan atau ukuran partikel pembentuk permukaan tersebut
maka pantulan diffuse yang akan dominan.
Sebagai contoh, ‘fine-grained sand’ akan tampak agak halus pada gelombang mikro,
tetapi agak kasar pada gelombang cahaya tampak.
42
POLA RESPON SPEKTRAL

Dengan pengukuran energi


yang dipantulkan atau dipancarkan oleh
target di permukaan bumi maka dapat dibuat
respon spektral target tersebut.
Dengan membandingkan pola respon dari
beberapa target berbeda maka dapat
diidentifikasi karakteristik masing-masing
target.
Sebagai contoh, air dan vegetasi (tumbuh-
tumbuhan) kemungkinan mempunyai sifat
pantulan yang mirip pada rentang cahaya
tampak tetapi akan sangat berbeda pada
rentang gelombang infra-red.

Respon spektral bisa bervariasi bahkan pada target yang sama, waktu dan lokasi.
Untuk itu perlu mengetahui dan memahami karakteristik spektral suatu target
sehingga dapat melakukan koreksi-koreksi terhadapnya.

43
Spectrometer

44
Introduction to the Physics and Techniques of Remote Sensing. Second Edition. Elachi C. 2006
KARAKTERISTIK CITRA (I)
1. Energi elektromagnetik dapat dideteksi secara fotografis maupun elektronis.
Proses fotografis menggunakan reaksi-reaksi kimia pada permukaan film
untuk mendeteksi dan merekam variasi energi.
2. Adalah hal penting untuk membedakan antara citra dan foto dalam
penginderaan jauh. Citra mengacu kepada representasi segala ‘pictorial’
tanpa memperhatikan alat atau gelombang elektromagnetik inderaja yang
dipakai untuk mendeteksi dan merekam energi elektromagnetik.
3. Sedangkan foto mengacu secara khusus kepada citra yang dideteksi dan
direkam pada film fotografi. Foto hitam-putih di bawah diambil pada spektrum
cahaya tampak (kiri) dan berwarna (kanan).
4. Berdasarkan definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa foto adalah citra
tetapi bukan berarti semua citra adalah foto.

45
KARAKTERISTIK CITRA (II)
Foto dapat dipresentasikan dan disajikan dalam
format dijital dengan cara membagi-baginya
menjadi bagian kecil yang disebut dengan
piksel (picture-element). Piksel ini
merepresentasikan nilai kecerahan
target/obyek dalam bentuk angka numerik atau
DN (digital number). Mata dapat melihat warna
karena mata dapat mendeteksi cahaya tampak
kemudian diproses lebih lanjut oleh otak. Bisa
dibayangkan jika mata hanya dapat mendeteksi
hanya sebagian kecil gelombang cahaya
tampak ?

Informasi dari rentang panjang gelombang


yang berdekatan disimpan dalam bentuk
channel/band/kanal. Kita dapat melakukan
kombinasi penyajian dengan menggunakan
panjang gelombang/band/kanal yang
berbeda secara dijital. Kombinasi warna
primer misal biru, hijau dan merah.

46
SENSOR

D
A
E H

B B G
F
C
Sensor:
 On the ground
 On an Aircraft or Balloon (some other platform within the Earth’s
atmosphere)
 On a Spacecraft or Satellite Outside of the Earth’s Atmosphere
QUESTION: What advantages do sensors carried on board satellites
have over those carried on aircraft? Are there any disadvantages that
you can think of?
47
SENSOR

D
A
E H

B B G
F
C

48
49
KARAKTERISTIK ORBIT SATELIT

36,000 km

Orbit geostasioner :
Satelit cuaca dan komunikasi Ascending-descending
Near-polar orbits

Garis edar yang diikuti oleh satelit disebut dengan orbit. Satelit mengorbit sesuai dengan
kemampuan dan tujuan sensor yang dibawa. Pemilihan orbit dapat bervariasi dalam
terminologi ketinggian, yaitu ketinggian di atas permukaan bumi, arah dan rotasi yang relatif
terhadap bumi.
Satelit dengan orbit yang sangat tinggi, yang mana dapat mencakup porsi yang sama untuk
permukaan bumi pada saat kapanpun, maka dikatakan satelit ini mempunyai orbit
geostasioner. Satelit geostasioner mempunyai ketinggian hampir 36.000 km dengan
kecepatan rotasi yang hampir sama dengan kecepatan rotasi bumi sehingga tampak satelit
seperti diam (stationary) terhadap permukaan bumi.
Banyak wahana satelit yang didisain mengikuti orbit utara-selatan bersamaan dengan rotasi
bumi (barat-timur) sehingga dapat mencakup hampir seluruh permukaan bumi dalam waktu
tertentu. Orbit ini dinamakan orbit polar. 50
KARAKTERISTIK ORBIT SATELIT

Geostationary Orbits:
• These satellites are at very high
altitudes, which view the same portion
of the Earth’s surface at all times. 36,000 km
• These satellites, at altitudes of
approximately 36,000 kilometers, Orbit geostasioner :
revolve at speeds which match the Satelit cuaca dan komunikasi
rotation of the Earth so they seem
stationary, relative to the Earth’s
atmosphere.

QUESTION: Can one satellite cover the


entire Earth’s surface?
51
KARAKTERISTIK ORBIT SATELIT

Near-Polar Orbits:
• These satellites are designed to follow an orbit
(basically north-south) which, in conjunction with the
Earth’s rotation (west-east), allows them to cover most
of the Earth’s surface over a certain period of time
• Two types of near-polar orbits:
 Sun-Synchronous:
o Cover each area of the world at a constant local time of day
o At any given latitude, the position of the sun in the sky as
Near-polar orbits
the satellite passes overhead will be the same within the
same season

 Non-Sun-Synchronous: Opposite of Sun-


Synchronous

52
KARAKTERISTIK ORBIT SATELIT

Near-Polar Orbits:
 The satellite travels northward on one side of the
Earth and then toward the southern pole on the
second half of its orbit. These are called ascending
and descending passes, respectively.
 If the orbit is also sun-synchronous, the ascending
pass is most likely on the shadowed side of the Earth
while the descending pass is most likely on the sunlit
side.
 Sensors recording reflected solar energy only image Near-polar orbits

the surface on a descending pass, when solar


illumination is available
 Active sensors which provide their own illumination
or passive sensors that record emitted (e.g. thermal)
radiation can also image the surface on ascending
passes.
53
KARAKTERISTIK ORBIT SATELIT

Orbit Length:
 Orbit Length: If we start with any randomly selected
pass in a satellite’s orbit, an orbit cycle will be
completed when the satellite traces its path, passing
over the same point on the Earth’s surface directly
below the satellite (called the nadir point) for a
second time

 QUESTION: Can one satellite cover the entire


Near-polar orbits
Earth’s surface?

• The revisit period is an important consideration for a


number of monitoring applications, especially when
frequent imaging is required (for example, to
monitor the extent of flooding).

54
LUAS SAPUAN (SWATH) DAN RESOLUSI
Satelit yang mengitari bumi akan dapat ‘melihat’ bagian tertentu
dari permukaan bumi. Daerah yang dapat direkam oleh sensor
tersebut didefinisikan sebagai luas sapuan (swath). Luas sapuan
untuk sensor berwahana satelit pada umumnya berkisar antara
puluhan sampai ratusan kilometer.

Detail/informasi yang terlihat pada citra tergantung pada resolusi


spasial sensor yang mengacu pada ukuran terkecil kemungkinan
obyek/target terdeteksi oleh sensor tersebut. Untuk sensor pasif,
resolusi spasial tergantung pada IFOV. Daerah ini pada permukaan
tanah disebut dengan sel resolusi dan menentukan resolusi spasial
maksimum dari sensor.

Citra dimana hanya target/obyek besar saja yang


tampak dikatakan mempunyai resolusi spasial
rendah. Dalam citra dengan resolusi spasial tinggi
maka obyek/target kecil-pun dapat dideteksi.
Sebagai contoh sensor untuk keperluan militer,
didisain untuk ‘memandang’ sebanyak mungkin
detail yang ada sehingga mempunyai resolusi yang
sangat tinggi. Satelit komersial memberikan resolusi
spasial dari sub-meter sampai kilometer. 55
SATELIT CUACA
Monitoring dan peramalan cuaca merupakan salah satu aplikasi
penginderaan jauh pertama untuk masyarakat sipil, yaitu TIROS-1
(Television and Infrared Observation Satellite - 1), yang
diluncurkan tahun 1960 oleh Amerika. Beberapa satelit cuaca
kemudian diluncurkan kembali pada orbit near polar agar bisa
memberikan cakupan dan repetisi untuk keperluan cuaca bersifat
global. Tahun 1966 NASA (the U.S. National Aeronautics and
Space Administration) meluncurkan satelit geostasioner yaitu
ATS-1 (Applications Technology Satellite (ATS-1) yang dapat
memberikan citra permukaan bumi dan cakupan awan setiap
setengah jam.

Seri lanjut dari satelit ATS adalah GOES (Geostationary


Operational Environmental Satellite) yang didisain oleh NASA
untuk NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration)
yang memberikan pelayanan cuaca skala nasional dengan sistem
pencitraan skala kecil untuk deteksi permukaan bumi dan
cakupan awan.

AVHRR merupakan sensor yang mempunyai resolusi spasial yang


lebih rendah dibanding sensor pengamat bumi lainnya tetapi
secara ekstensif digunakan untuk monitoring area dengan skala
kecil termasuk suhu permukaan laut, karakteristik vegetasi dan
56
kondisi area pertanian.
SATELIT OBSERVASI LAHAN
Didorong oleh keberhasilan satelit meteorologi pada era
1960-an termasuk perekaman citranya, maka kemudian
didisain satelit pertama yang secara khusus memonitor
keadaan permukaan bumi, yaitu ERTS-1 (Earth
Resources Technology Satellite). ERTS kemudian
berubah nama menjadi Landsat yang didisain untuk
pengumpulan data tentang permukaan bumi secara
multispektral. Landsat berhasil karena beberapa faktor
termasuk kombinasi sensor dengan band-band dan
mempunyai cakupan area yang cukup luas serta repetisi
perekaman yang relatif tidak terlalu lama.

SPOT (Systeme Pour l’Observation de la Terre)


merupakan seri satelit observasi bumi yang didisain
dan diluncurkan oleh CNES (Centre National d’Etudes
Spatiales), Perancis, dan didukung oleh Swedia dan
Belgia. SPOT-1 diluncurkan tahun 1986. Semua orbit
satelit SPOT adalah near polar dengan ketinggian 830
km di atas permukaan bumi yang berulang merekam
obyek yang sama pada setiap 26 hari.

57
SATELIT OBSERVASI LAUT

Satelit Nimbus-7 diluncurkan pada tahun 1978 membawa


sensor Coastal Zone Colour Scanner (CZCS), secara
khusus memonitor laut dan air permukaan. Tujuan utama
sensor ini adalah mengamati warna laut dan suhu,
khususnya di wilayah pesisir dengan resolusi spasial dan
spektral yang cukup bagus untuk mendeteksi polutan di
atas muka laut dan menentukan karakteristik materialnya.
Ketinggian orbit satelit Nimbus adalah 955 km di atas
permukaan bumi.

Satelit pengamat laut pertama, Marine Observation Satellite (MOS-1) diluncurkan oleh
Jepang pada February, 1987 kemudian diikuti oleh generasi selanjutnya yaitu MOS-1b,
pada February, 1990. Satelit ini membawa tiga jenis sensor berbeda yaitu : 4 band
Multispectral Electronic Self-Scanning Radiometer (MESSR), 4 band Visible and
Thermal Infrared Radiometer (VTIR), dan 2 band Microwave Scanning Radiometer
(MSR).
SeaWiFS (Sea-viewing Wide-Field-of View Sensor) ditempatkan pada pesawat ruang
angkasa SeaStar yang mempunyai sensor lanjut yang didisain untuk monitoring
keadaan laut. Sensor ini terdiri dari 8 band yang saling berdekatan yang secara
khusus mendeteksi dan memonitor fenomena laut termasuk produksi primer laut,
proses phytoplankton dan pengaruh laut terhadap proses iklim dan memonitor siklus
karbon, sulfur dan nitrogen. Ketinggian orbitnya adalah 705 km. 58
PENERIMAAN, TRANSMISI DAN PENGOLAHAN DATA

Data yang diperoleh dari satelit dikirim ke bumi


secara elektronis dan satelit akan melanjutkan
perekaman data selama operasinya. Pada
dasarnya apa yang dilakukan satelit dalam
merekam data kemudia mengirimkannya ke bumi
dapat diterapkan pada wahana pesawat terbang.

Ada tiga pilihan utama untuk mengirimkan data


yang dikumpulkan oleh satelit ke permukaan
bumi. Data dapat secara langsung dikirim ke
bumi jika stasiun bumi berada pada ‘garis
pandang’ satelit (A). Jika tidak, maka data dapat
direkam terlebih dahulu oleh satelit, dan
beberapa waktu kemudian dikirim ke stasiun
bumi. Atau data dapat direlay dengan Tracking
and Data Relay Satellite System (TDRSS) (C),
yang terdiri dari seri satelit komunikasi yang
selanjutnya dikirim ke stasiun bumi yang dapat
menerimanya.

59
PENGINDERAAN JAUH GELOMBANG MIKRO
Penginderaan jauh gelombang mikro bersifat aktif dan pasif. Seperti
dijelaskan sebelumnya bagian gelombang mikro dari rentang
spektrum gelombang elektromagnetik adalah berkisar dari 1cm
sampai 1m. Karena karakteristik panjang gelombangnya dan
dibandingkan dengan cahaya tampak dan infrared, maka gelombang
mikro mempunyai karakteristik spesifik yang bermanfaat bagi
penginderaan jauh. Radiasi gelombang mikro yang lebih panjang
dapat menembus awan, kabut, debu dan hujan lebat. Sifat ini
bermanfaat dalam mendeteksi fenomena pada kondisi cuaca buruk
dan pada saat kapanpun.

aktif Energi gelombang mikro yang direkam oleh sensor


pasif dapat dipancarkan/dihamburkan oleh atmosfer pasif
(1), dipantulkan dari permukaan (2), dipancarkan
dari permukaan (3), atau ditransmisi dari bawah
permukaan tanah (4). Karena gelombang ini
mempunyai panjang gelombang yang terlalu
panjang maka energi yang diterima kecil jika
dibandingkan dengan panjang gelombang optik.

Sensor aktif mempunyai sumber energi sendiri melalui radiasi gelombang mikro
untuk mengiluminasi target/obyek. Sensor gelombang mikro aktif biasanya dibagi
60
menjadi 2 yaitu : RADAR dan non-imaging.
SISTEM RADAR BERWAHANA PESAWAT DAN SATELIT

Convair-580 C/X SAR


(CANADA)

SEASAT(USA) ERS-1(EUROPE)

Sea Ice and Terrain Assessment (STAR)


(CANADA)

RADARSAT(CANADA)

AirSAR (USA)
JERS-1(JAPAN) 61
INTERPRETASI DAN ANALISIS CITRA
D
A Interpretasi dan analisis citra
inderaja meliputi identifikasi
E H
dan atau pengukuran
bermacam-macam obyek
B B agar dapat mengekstrak
G
informasi yang bermanfaat
tentang obyek tersebut.
F
C
Pada umumnya interpretasi dan identifikasi obyek pada citra inderaja dapat
dilakukan secara manual/visual (dengan indera mata). Dalam banyak kasus
ini dilakukan menggunakan citra yang disajikan dalam bentuk pictorial
maupun format foto yang tidak tergantung pada tipe sensor dan bagaimana
data dikumpulkan. Dalam kasus ini dikatakan bahwa data mempunyai format
analog analog. Citra inderaja dapat dipresentasikan dengan komputer sebagai
kumpulan piksel dimana setiap piksel berkorespondensi dengan angka dijital
(digital number) yang menyatakan tingkat kecerahan piksel tersebut pada
citra. Oleh sebab itu dikatakan data tersimpan dalam bentuk dijital.
Interpretasi visual mungkin dapat dilakukan dengan sajian dijital pada layar
komputer. Analog dan dijital dapat ditampilkan dalam hitam-putih (monokrom)
digital atau berwarna yang merupakan kombinasi beberapa spektral (band).
62
INTERPRETASI VISUAL
Pengenalan target/obyek merupakan kunci untuk melakukan interpretasi dan ekstraksi
informasi. Pengamatan perbedaan-perbedaan antara target/obyek dan latar
belakangnya meliputi perbandingan target berbeda berdasarkan beberapa atau semua
elemen-elemen visual seperti derajat keabuan (tone), bentuk (shape), ukuran (size), pola
(pattern), tekstur (texture), bayangan (shadow) dan asosiasi (association). Interpretasi
visual menggunakan elemen-elemen ini yang sering berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari secara sadar atau tidak.

TONE SHAPE SIZE PATTERN

63
TEXTURE SHADOW ASSOCIATION
PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
Sekarang dengan perkembangan teknologi komputer maka hampir semua data inderaja
disimpan dalam bentuk digital sehingga secara ‘virtual’ semua proses interpretasi dan
analisis citra melingkupi beberapa elemen pengolahan digital. Pengolahan citra digital
meliputi beberapa prosedur termasuk memformat dan mengkoreksi data, perbaikan
secara digital untuk memfasilitasi interpretasi visual lebih baik bahkan mengklasifikasi
seluruh obyek secara otomatis dengan komputer. Agar dapat mengolah citra inderaja
secara digital maka data harus disimpan dalam bentuk digital.
Video, tape

Floppy disk, Pengolahan citra digital :


CD-ROM 1. Preprocessing
Magnetic optical DVD
disk (MO) 2. Image Enhancement
3. Image Transformation
4. Image Classification and
Analysis
computer

Image Classification and Analysis


64
Image Enhancement Image Transformation
INTEGRASI DATA DAN ANALISIS
Integrasi data pada prinsipnya meliputi kombinasi
atau penggabungan data dari beberapa sumber
untuk dapat mengekstrak informasi lebih banyak
dan lebih baik. Hal ini terkait dengan data yang
Multi Multi Multi Multi bersifat multitemporal, multiresolusi, multisensor
temporal resolusi sensor data
dan multi-tipedata. Data yang direkam dengan
waktu perekaman yang berbeda dan selanjutnya
diintegrasi pada umumnya digunakan untuk
Data baru melakukan analisis perubahan yang terjadi pada
daerah yang diteliti.
Deteksi perubahan secara multitemporal dapat dilakukan misalnya dengan
perbandingan hasil klasifikasi. Penggabungan data yang mempunyai resolusi
spasial berbeda dapat memberikan citra dengan tampilan yang lebih baik dan dapat
membedakan obyek yang satu dengan lainnya lebih jelas dibanding hanya
menggunakan satu jenis citra saja (Image fusion).

SPOT OPTIK DAN RADAR 3-D

65
Meteorologi, Oseanografi dan Iklim (1)

Prediksi karakteristik gelombang pada operasi


rekayasa lepas pantai
KECEPATAN GELOMBANG TINGGI GELOMBANG

66
Meteorologi, Oseanografi dan Iklim (2)

Monitoring wilayah pesisir

67
Temperatur permukaan air laut
Meteorologi, Oseanografi dan Iklim (3)
Monitoring lingkungan delta

68
Meteorologi, Oseanografi dan Iklim (4)

KEBAKARAN HUTAN

69
GEOLOGI (1)
Pemetaan Geomorfologi dan Geologi

70
GEOLOGI (2)
Monitoring penurunan muka tanah akibat penambangan

71
MITIGASI BENCANA
Monitoring kebakaran hutan dan area terbakar SEBELUM

SESUDAH

KLASIFIKASI CITRA AREA TERBAKAR

WARNA KUNING: HOT SPOT

72
SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT
DIPERBAHARUI DAN LINGKUNGAN (1)
Inventarisasi Hutan Tropik

Penggundulan hutan

73
SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT
DIPERBAHARUI DAN LINGKUNGAN (2)
Prediksi daerah tangkapan ikan

74
SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT
DIPERBAHARUI DAN LINGKUNGAN (3)

Analisis Perubahan Tata Guna Lahan Wilayah Pesisir

1984 1989 Analisis Tata Guna Lahan

75
SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT
DIPERBAHARUI DAN LINGKUNGAN (4)
90

Pemetaan Lahan Sayur Mayur 80

70 potato
cabbage
60

Spectral reflectance (%)


tomato
long chili
50
tea
40 fallow land

30

20

10

-
400 425 450 475 500 525 550 575 600 625 650 675 700 750 850 950 1050

Wavelength (nm )

IKONOS satellite image

76
A B
PERENCANAAN DAN INFRASTRUKTUR (1)

IRIGASI

77
PERENCANAAN DAN INFRASTRUKTUR (2)
PETA PARIWISATA

78
PERENCANAAN DAN INFRASTRUKTUR (3)

TATA GUNA LAHAN

79
PERENCANAAN DAN INFRASTRUKTUR (4)
PEMETAAN KADASTER

80
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan
Tutupan Lahan

Sebelum tsunami Sesudah tsunami


[Wikantika, K. et al., 2005]
No Kecamatan Kabupaten/Kota Propinsi Luas (Ha)
1 Peukan Bada Aceh Besar Aceh 1271.4
2 Meuraxa Banda Aceh Aceh 873.5
3 Lhoknga Leupung Aceh Besar Aceh 3330.181
4 Darul Imarah Aceh Besar Aceh 340.4
Identifikasi & Menghitung Luas Penggunaan Lahan
dan Tutupan Lahan (sebelum tsunami)

Banyak unit Luas Wilayah


No Jenis Penggunaan Lahan
(unit) (Ha)
1 Rumah 4196 171.2
2 Tambak 225 237,7
3 Pertanian 94 1265.3
4 Perkebunan 72 1217.5
5 Hutan 5 2005.6
6 Vegetasi lainya 972.1
6 jalan,sungai,lahan lainnya 184.3

82
Identifikasi & Menghitung Luas Penggunaan Lahan
dan Tutupan Lahan (sesudah tsunami)

Banyak unit Luas Wilayah


No Jenis Penggunaan Lahan
(unit) (Ha)
1 Genangan 155 1132.3
2 Lahan terbuka (akibat tsunami) 5 2576.4
3 Rumah 563 11.7
4 Vegetasi 152 2095.6

83
Kondisi Penggunaan Lahan dan Tutupan
Lahan Pasca Tsunami
Sebelum Sesudah
No Jenis Penggunaan Lahan Banyak unit Luas Wilayah Banyak unit Luas Wilayah
(unit) (Ha) (unit) (Ha)
1 Rumah 4196 171.2 563 11.7
2 Tambak 225 237,7 - -
3 Vegetasi (pertanian,kebun,hutan) 171 5460.5 152 2095.6
4 Genangan - - 155 1132.3
5 Lahan terbuka (akibat tsunami) - - 5 2576.4

Keterangan

Rumah rusak mencapai 91.4 %


Tambak sudah tidak ada
Vegetasi berkurang hingga 61.6%
Terjadi genangan 1132.3 Ha
Lahan kosong akibat tsunami mencapai 2576 Ha

84
Rekonstruksi Batas Persil

Titik X Y
"1" 181087.0175 457749.4261
"2" 181395.7009 457748.3096
"3" 181704.3836 457747.1942
"4" 181085.9054 457441.9974
"5" 181394.5898 457440.8817
"6" 181703.2736 457439.767
"7" 181084.794 457134.5688
"8" 181393.48 457133.4537
"9" 181702.1644 457132.34

85
Rekonstruksi Batas Persil (2)

86
2. Hubungan antara GIFOV dan spektral

ASTER=Advanced
Spaceborne Thermal
Emission and Reflection
Radiometer;

AVHRR=Advanced Very
High Resolution Radiometer;

AVIRIS=Airborne
Visible/Infrared Imaging
Spectrometer;

HSI=HyperSpectral Imager;
HYDICE=Hyperspectral
Digital Imagery Collection
Experiment;

MODIS=Moderate
Resolution Imaging
Spectroradiometer;
LISS=Linear Self Scanning
IKONOSv,p Sensor;
Quickbirdv,p TIMS=Thermal Infrared
Multispectral Scanner;
WiFS=Wide Field Sensor;
MISR=Multi-angle Imaging
SpectroRadiometer
87
http://modis.gsfc.nasa.gov
3. Contoh sensor Hyperspectral

88
Jenis sensor hyperspectral (1)

89
Jenis sensor hyperspectral (2)

90
Jenis sensor hyperspectral (3)

91
Situs hyperspectral

92
http://www.rsinc.com/envi/index.asp
Newsletter hyperspectral
http://www.techexpo.com/WWW/opto-knowledge/hyperspectrum/

93
4. Ekstraksi informasi
Penggunaan data inderaja biasanya dilakukan dengan 2 cara yaitu :
-Pendekatan tradisional (image-centered)
-Pendekatan dimensi data (data-centered)

Tujuan utama pendekatan pertama adalah untuk membuat PETA.


Dalam sejarahnya foto udara dianalisa dengan photointerpretation. Cara
ini mencakup keahlian/ketrampilan dan pengalaman. Sebagai contoh :
sungai, struktur geologi dan vegetasi dipetakan untuk tujuan lingkungan.
Analisa dikerjakan berdasarkan sajian visual foto udara kadang-kadang
dengan pembesaran dan tampilan stereo. Sekarang, ekstraksi informasi
dengan komputer merupakan hal yang biasa dilakukan (standard
practice)

Pendekatan kedua lebih fokus pada dimensi data itu sendiri


dibandingkan dengan hubungan spasial dari obyek bersangkutan.
Contoh : (a) algoritma khusus data hiperspektral utk penyerapan
spektral dari obyek di permukaan bumi; (b) parameter geofisis
laut dan atmosfer; (c) kalibrasi radiometrik dll.
94
Contoh integrasi peta dan citra

95
5. Faktor spektral
Name Wavelength Radiation Surface property
range Source of interest
Visible (V) 0.4 – 0.7 mm Solar Reflectance

Near InfraRed 0.7 – 1.1 mm Solar Reflectance


(NIR)
Short Wave Infra 1.1 – 1.35 mm Solar Reflectance
Red (SWIR) 2.5 – 3 mm : absorpsi
1.4 – 1.8 mm karbondioksida dan uap
2 – 2.5 mm air

Mid Wave Infra 3 – 4 mm Solar, thermal Reflectance,


Red (MWIR) 5 – 8 mm : absorpsi Temperature
4.5 – 5 mm karbondioksida dan uap
air
Thermal InfraRed 8 – 9.5 mm Thermal Temperature
(TIR)
10 – 14 mm
1 mm – 1 m Thermal (passive) Temperature
Microwave, radar Artificial (active) (passive)
Roughness (active)
96
Panjang gelombang mikro
Band Frequency (GHz) Wavelength (cm) Examples (frequency in
GHz)
Ka 26.5 – 40 0.8 – 1.1 SSM/I (37.0)
K 18 – 26.5 1.1 – 1.7 SSM/I (19.35, 22.235)
Ku 12.5 – 18 1.7 – 2.4 Cassini (13.8)
X 8 – 12.5 2.4 – 3.8 X-SAR (9.6)
C 4–8 3.8 – 7.5 SIR-C (5.3), ERS-1 (5.25),
RADARSAT (5.3)
S 2–4 7.5 – 15 Magellan (2.385)
L 1–2 15 – 30 Seasat (1.275), SIR-A (1.278)
SIR-B (1.282), SIR-C (1.25),
JERS-1 (1.275)
P 0.3 – 1 30 – 100 NASA/JPL DC-8 (0.44)

97
Hubungan antara panjang gelombang mikro
dengan frekuensi

98
6. Profil/signature spektral

Definisi reflectance: rasio antara flux datang (incident flux) dengan


pantulan flux (reflected flux) suatu obyek di permukaan.
Definisi spectral reflectance: Reflektansi yang berkenaan dengan panjang
gelombang

99
Reflektansi Pada Daun Hijau
Cahaya tampak dpt dibagi menjadi beberapa komponen
warna dari yg berenergi lebih tinggi, panjang gelombang
lebih pendek ; violet, indigo dan blue, green, yellow, ke
energi lebih rendah yaitu orange dan merah.
Dalam kasus daun hijau, blue dan red diserap oleh
khroloplast, dan digunakan sbg sumber energi utk
fotosintesis, tetapi proporsi green yg lebih besar
dipantulkan (gambar 1).

Dalam kasus ini juga, mata kita mendeteksi reflektansi


sbg warna hijau. Kategori land cover yg berbeda
mempunyai variasidan karakteristik reflektansi yg
berbeda (gambar 2).

Gambar 1 Spongy mesophyll cell

100
Gambar 2
Contoh Pengukuran Reflektansi

PENGUKURAN SPEKTRAL REFLEKTANSI


CAKUPAN LAHAN DENGAN PORTABLE
PHOTOMETER TIPE 2703
101
Portable Photometer Tipe 2703

102
Data Pengukuran (1)
Spectral Reflectance Profile for Dry Grass
60

50
Reflectance (%)

40

30

20

10

0
400 425 450 475 500 525 550 575 600 625 650 675 700 750 850 950 1050

Wavelength (nm)

Spectral Reflectance Profile for Healthy Grass


60

50
Reflectance (%)

40

30

20

10

0
400 425 450 475 500 525 550 575 600 625 650 675 700 750 850 950 1050

Wavelength (nm) 103


Data Pengukuran (2)
Spectral Reflectance Profile for Asphalt

25

20
Reflectance (%)

15

10

0
400 425 450 475 500 525 550 575 600 625 650 675 700 750 850 950 1050

Wavelenght (nm)

Spectral Reflectance Profile for Dry Soil


40

35

30
Reflectance (%)

25

20

15

10

0
400 425 450 475 500 525 550 575 600 625 650 675 700 750 850 950 1050

Wavelength (nm) 104


Profil Reflektansi

Spectral Reflectance Profiles for Dry Grass, Asphalt, Healthy Grass


and Dry Soil
60

dry grass
50
asphalt
healthy grass
Reflectance (%)

40
soil

30

20

10

0
400 425 450 475 500 525 550 575 600 625 650 675 700 750 850 950 1050

Wavelength (nm)

105
7. Sistem Inderaja
Setiap pixel berdimensi 3 yaitu : keruangan (space), panjang gelombang
(wavelength), dan waktu (time). Jika dibayangkan citra berdimensi 3 ini
mempunyai koordinat spasial (x,y) dan rentang spektral () maka dapat
divisualisasikan setiap pixel pada citra tsb direpresentasikan oleh integrasi
elemen yang membentuk “volume-volume kecil”.

(y) (x, y, )

(x)
()
106
Visualisasi resolusi spektral
dan spasial Landsat-TM
dengan AVIRIS
Pixel grid yang merupakan citra dijital
didapat dari scanning arah ‘cross-track’
(tegak lurus dengan pergerakan platform)
dan arah platform atau ‘in-track’.

Jarak antara pixel di permukaan bumi


Disebut Ground Sample Interval (GSI).
GIS disebut juga GIFOV (Ground-projected
Instantaneous Field of View).

107
Jenis Scanner
Line scanner :
Menggunakan detektor tunggal
Men-scan keseluruhan ‘scene’

Whiskbroom scanner (TM) :


Menggunakan beberapa detektor
Mendapatkan scanning paralel

Pushbroom scanner (SPOT) :


Menggunakan ribuan detektor
Arah ‘cross-track’

108
Karakteristik Temporal

36,000 km

Geostationary orbits :
weather and communications satellites
Ascending-descending
Near-polar orbits

Daylight equatorial
System Revisit interval (days) crossing time
Landsat 1,2,3 18 9.30 – 10.00 a.m.
Landsat 4,5 16 9.45 a.m.
AVHRR 1 7.30 a.m.
7 hours 2.30 p.m.
SPOT 26, 1, 4-5 10.30 a.m.
IRS-1 A,B 22 10.30 a.m.
MODIS 2 10.30 a.m. or 1.30 p.m.
GOES 30 minutes 109
8. Sistem penampilan citra
Pada umumnya data inderaja disimpan
Dalam 3 format : BSQ, BIL atau BIS/BIP.
Citra biasanya ditampilkan 8 bits/pixel
dalam grey-scale atau 24 bits/pixel dalam
warna aditive. Konversi dari digital number
ke grey level digunakan LUT (look up table).
GLrange = [0, 255]
RGB = [GLR, GLG, GLb]T

R
DN1 LUT GLR D/A

G
DN2 LUT GLG D/A RGB

B
DN3 LUT GLB D/A

110
Sistem warna RGB

111
9. Sistem data
Tujuan dari ‘preprocessing’ adalah untuk membuat basis data citra yang
konsisten dan dapat dipercaya. Beberapa cara/metode utk
mendapatkannya adalah :
-kalibrasi radiometrik
-koreksi geometrik
-menghilangkan/mengurangi gangguan dari sensor
Bagian khusus lainnya dari preprocessing juga tergantung pada jenis
karakteristik sensor.
Data inderaja/satelit disimpan dalam tingkat/level yang beragam. Biasanya
terdiri dari 4 level :
-reformatted raw data
-sesnsor-corrected data :
-geometric corrections
-radiometric corrections
-scene-corrected data
- geometric corrections
- radiometric corrections
-geophysical data
112
Contoh level citra (NASA-EOS)

113
Contoh level citra (SPOT)

114
Contoh level citra (TM)

115
116
MODEL RADIASI OPTIK
Bahan Ajar Matakuliah Inderaja (S-1)

Oleh :
Ketut Wikantika

Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

117
Materi Kuliah
1. Pendahuluan
2. Spektrum VIS ~ SWIR
2.1. Radiasi Solar
2.2. Komponen Radiasi
2.3. Contoh Citra Pada Spektrum VIS~SWIR
3. Spektrum Midwave ~ Thermal Infrared
3.1. Radiasi Thermal
3.2. Komponen Radiasi
3.3. Total Solar dan Thermal Upwelling Radiance
3.4. Contoh Citra Pada Spektrum Thermal

118
1. Pendahuluan (1)
Semua objek termasuk manusia, meja, buku, permukaan tanah, laut, gas
atmosfer mengeluarkan radiasi. Perbedaan mendasarnya adalah pada tipe
dan besarnya radiasi yang dikeluarkan.

Semua radiasi yang dikeluarkan oleh objek tersebut merambat dengan


kecepatan yang sama yaitu hampir 300.000 km/detik.
Sesuai dengan apa yang ditentukan oleh Albert Einstein (1905) bahwa
tidak ada objek yang dapat membawanya lebih daripada kecepatan cahaya.

.f = c = 300.000 km/detik


Contoh : panjang gelombang 1,55 cm yaitu yang dipakai pada satelit NIMBUS
(NOAA) maka frekuensi radiasinya adalah :
F = c/ = 300.000x103 m/detik /1,55x10-2m=19,35x109 /detik

Semua tipe radiasi dapat dibedakan berdasarkan karakteristik panjang


gelombangnya.

119
1. Pendahuluan (2)
Inderaja pasif pada spektrum optik (VIS~Thermal)
tergantung pada2 sumber radiasi.

Pada spektrum VIS~SWIR, radiasi dikumpulkan


lewat sistem inderaja dengan sumber energi
matahari.
Sebagian radiasi diterima sensor yang dipantulkan
oleh permukaan bumi dan sebagian lagi
dihamburkan oleh atmosfer.

Pada thermal infrared, radiasi thermal dipancarkan


langsung oleh material pada permukaan bumi dan
berkombinasi dengan radiasi thermalnya sendiri di
• Violet: 0.4 - 0.446 mm atmosfer.
• Blue: 0.446 - 0.500 mm
• Green: 0.500 - 0.578 mm Ilmu yang bertujuan untuk menjelaskan atau
• Yellow: 0.578 - 0.592 mm
mendefinisikan proses-proses yang tercakup pada
• Orange: 0.592 - 0.620 mm
• Red: 0.620 - 0.7 mm inderaja di spektrum VIS ~ Thermal infrared disebut
120
Radiometry.
2. Spektrum VIS – SWIR
Semua material yang ada di permukaan bumi secara pasif menyerap
dan memantulkan radiasi solar pada rentang spektral 0.4 ~ 3 mm.

Beberapa material juga meneruskan radiasi solar misal; permukaan


air dan canopy.

Untuk panjang gelombang yang lebih panjang, material pada suhu


normal secara aktif memancarkan radiasi thermal.

121
2.1. Radiasi Solar (1)
Sumber energi untuk inderaja pada rentang spektral VIS – SWIR adalah matahari.
Matahari adalah radiator yang hampir sempurna sehingga disebut dengan
‘balckbody’ karena dapat memancarkan radiasi hampir maksimum pada suhu
efektifnya.
Spektral radiance M dari matahari dapat dimodelkan dengan persamaan Planck
sbb :

M = C1/5[eC2/(T) – 1]

Dimana T = suhu blackbody dalam Kelvin,


C1= 3,74151 x 108 W.m-2 mm4
C2= 1,43879 x 104 mm K

Dengan menggunakan nilai dan panjang gelombang dalam mm dan suhu dalam K
akan menghasilkan spektral radiant W m-2 mm-1, yaitu power (flux) per area unit dari
permukaan matahari, per unit panjang gelombang.
122
2.1. Radiasi Solar (2)
Fungsi blackbody mencapai nilai maksimum pada panjang gelombang sesuai
dengan hukum Wien :

max = 2898/T

Jika suhu blackbody meningkat maka panjang gelombang akan menurun.


Untuk menghitung radiasi yang mencapai permukaan bumi dengan persamaan
Planck maka langkah pertama yang harus dilakukan terlebih dahulu
mengubahnya menjadi spekral radiant pada top-atmosfer. Baru kemudian
dikonversi menjadi spektral iradian, Eo :

Eo = [M/] x [area solar disk/(jarak ke bumi)2]

Unit spektral irradian = spekral radiant = spectral flux density.


Radiasi tidak berubah ketika melewati ruang angkasa, tetapi tingkat/ukuran solar
irradiance di bumi akan berubah dalam persentase kecil akibat perubahan jarak
matahari-bumi 123
Perbandingan Spektral Irradiance Pada Exo-atmospheric
(MODTRAN) dan Blackbody, T = 5900 K.

124
2.2. Komponen Radiasi

Gambar sebelah menunjukkan


perambatan radiasi pada spektrum VIS –
SWIR. Pada umumnya ada 3 komponen
penting :

(1). Unscattered, surface reflected


radiation, Lsu
(2). The down-scattered, surface
reflected skylight, Lsd
(3). The up-scattered, path radiance, Lsp

Total upwelling radiance ke sensor :

LS = Lsu + Lsd + Lsp


125
Surface-reflected, unscattered component, Lsu

Atmosfer adalah efek yang tidak dapat dihindari pada sistem inderaja
(space borne atau airborne systems), khususnya pada rentang spektral
VIS - SWIR.
Atmosfer menghamburkan dan menyerap radiasi antara matahari dan
bumi sepanjang ‘solar path’ dan antara bumi dan sensor sepanjang ‘the
view-path’. scattering absorption

Fraksi radiasi yang mencapai permukaan bumi disebut ‘solar path


transmittance’, s(), nilainya antara 0 – 1.
126
Model Transmittance Atmosphere Menggunakan MODTRAN

Dihitung menggunakan MODTRAN, transmittance sepanjang solar path, yaitu


antara matahari dan bumi dengan sudut elevasi 45o. Band penyerap dihubungkan
dengan uap air dan karbondioksida. 127
Rayleigh dan Mie Scattering
Transmittance pada umumnya menurun terhadap spektral biru, hal ini disebabkan
karena proses penghamburan (scattering) oleh molekul udara yang mempunyai
diameter kurang dari /. Tingkat hamburan didekati dengan Rayleigh scattering
yang tergantung pada panjang gelombang.
Cahaya biru akan dihamburkan lebih banyak dibandingkan cahaya merah sehingga
dapat menjelaskan mengenai ‘langit merah’ saat matahari terbit dan terbenam.

Jika dalam atmosfer terkandung partikel kecil seperti aerosol (smoke, smog, dust,
fog) maka Mie scattering akan berperan. Untuk partikel dengan diameter lebih
besar dari 2 / maka tingkat hamburan tidak tergantung pada panjang gelombang.

128
Solar irradiance pada Spektrum VIS - SWIR

Secara signifikan atmosfer mempengaruhi spectral irradiance sebelum mencapai


permukaan bumi. Matematisnya, irradiance E  pada bidang akan tegak lurus
dengan solar path transmittance dan permukaan bumi :
129
Incident irradiance = E = s() Eo
Incident Irradiance Akibat Pengaruh Terrain
Irradiance permukaan tergantung pada sudut datang (incident
angle), dan akan mencapai maksimum jika permukaan tegak
lurus dengan sudut datang dan minimum jika sudut menurun.
Penurunan bervariasi sebagai fungsi sudut cosinus yang dapat
dihitung dengan perkalian dua vektor. Maka incident irradiance
dihitung sbb : 

  n ( x, y ) ke sensor

E(x,y) = s() Eo n(x, y).s
s
= s() Eo cos[ ( x, y )] 

Vektor s mengarah ke matahari dan
vektor n adalah grs normal ke permukaan. 
Sudut elevasi matahari : , sudut
incidence: , sudut exitance dari
permukaan ke sensor : . Cosinus  Geometri irradiance pada
dihasilkan dari perkalian vektor s dan n. permukaan bumi
130
Reflektansi pada permukaan bumi
Irradiance diasumsikan terjadi pada
 
permukaan Lambertian, kemudian
E(x,y) = s() Eo n(x, y).s dikonversi menjadi radiance yang
meninggalkan permukaan bumi
= s() Eo cos[ ( x, y )] (reflektansi). Permukaan Lambertian
Incident irradiance akibat memberikan radiance yang sama
pengaruh terrain
pada kesemua arah.

Nilai reflektansi antara nol dan satu,


E ( x , y )
L ( x, y )   ( x, y,  ) bervariasi sesuai dengan panjang
 gelombang dan lokasi tetapi tidak
tergantung pada arah sensor utk
permukaan Lambertian.

 s (  ) E
o
L ( x, y )   ( x, y,  ) cos[ ( x, y )]

131
Atmospheric path transmittance (sensor)

132
Radiance yang diterima sensor, Lsu (dipengaruhi
oleh view path transmittance)

L su
   v ( ) L

 v ( ) s ( ) E o

L su
   ( x, y ,  ) cos[ ( x, y )]

Komponen yang membawa pengamatan sinyal
dinamakan distribusi spatial-spectral reflectance

133
Surface-reflected skylight,
the down scattered component, Lsd
Sensor juga mengamati radiance yang dihamburkan kebawah oleh
atmosfer kemudian dipantulkan oleh permukaan bumi keatas. L sd
berkaitan dengan fakta/fenomena yang teramati secara umum yaitu
bahwa bayangan tidak berwarna hitam. Sedangkan reflected-
skylight proporsional dengan diffuse-surface-reflectance  dan
irradiance pada permukaan sehubungan dengan skylight, Ed. Ada
kemungkinan langit tidak secara keseluruhan terlihat dari piksel
yang diamati sehubungan dengan intervensi faktor topografis,
F(x,y).

 v ( ) E d

L sd
  F ( x, y )  ( x, y ,  )

134
Path-scattered component, Lsp

Path radiance merupakan kombinasi scattering Rayleigh yang


bervariasi dengan panjang gelombang -4 dan scattering Mie
yang tergantung pada panjang gelombang. Efek dari kedua
kombinasi jenis scattering tersebut pada atmosfer yang cerah
tergantung pada panjang gelombang rentang -2 dan -0.7.

Path radiance dapat bervariasi pada satu scene citra misal


antara rural dan urban. Untuk scene dengan karakteristik
landscape yang homogen dan dengan sistem sensor nadir
serta FOV yang relatif kecil (TM dan SPOT) maka path
radiance diasumsikan konstan untuk seluruh scene.

135
Total solar radiance pada sensor, Ls

Ls  ( x, y )  Lsu  ( x, y )  Lsd  ( x, y )  Lsp 


 v ( ) s ( ) E
o
 v ( ) E d 
  ( x, y ,  ) cos[ ( x, y )]  F ( x, y )  ( x, y,  )  Lsp 
 
 v ( )
  ( x, y ,  )

 s ( ) E o  cos[ ( x, y )]  F ( x, y ) E d    Lsp 

Rumusan diatas tercakup :


Total spectral radiance yang diterima oleh sensor yang mana
secara linier proporsional dengan surface diffuse reflectance yang
dimodifikasi oleh :
-multiplicative, oleh faktor spectral-spatial yang tergantung pada
bentuk terrain
-additive, spatially invariant, spectral tergantung pada view path
scattering 136
Contoh komponen path-scattered dan ground-
reflected

137
Contoh respon spectral vegetasi menggunakan
MODTRAN dan citra AVIRIS

138
2.3. Contoh Citra Dalam Spektrum VIS – SWIR (1)
• Faktor cosinus yang muncul dari
relief terrain pada persamaan
sebelumnya akan menjadi
penting dan berkaitan dengan
karakteristik spasial citra
tersebut.
• Citra bayangan relief dibuat
dengan DEM dengan cara
menghitung cos[(x,y)] pada
setiap pikselnya
• Perbedaan antara citra bayangan
relief dengan citra kontras adalah
sehubungan dengan variasi
reflektansi pada citra relief tidak
dimodelkan
• Model reflektansi vegetasi dari
kanopi sangat kompleks
139
2.3. Contoh Citra Dalam Spektrum VIS – SWIR (2)

• Setiap band belum dikalibrasi dan


memberikan nilai kecerahan dan
kekontrasan yang asli
• Scatter atmosfer menurunkan
kekontrasan pada 1, tetapi band 2
dan band 3 menunjukkan warna
gelap sehubungan dengan
reflektansi vegetasi yang rendah.
• Band 4 menunjukkan nilai
kekontrasan tinggi antara
permukaan air dan obyek
sekitarnya.
• Dalam band 4, permukaan air
mempunyai nilai reflektansi kecil
karena karakteristik reflektansi air
pada spektrum Nearinfrared
140
141
3. Spektrum Midwave – Thermal infrared
Pada rentang spektrum SWIR – MWIR terjadi penurunan radiasi solar, dilain
pihak pancaran radiasi thermal meningkat untuk obyek yang berkarakteristik
Lambertian.

142
3.1. Radiasi Thermal

Setiap obyek pada suhu diatas nol derajat Kelvin


memancarkan radiasi thermal sehubungan dengan energi
kinetik molekul dalam obyek. Radiasi akan sesuai dengan
persamaan Planck jika obyek merupakan penyerap dan
pemancar sempurna (blackbody). Oleh sebab itu maka
persamaan Planck dimodifikasi dengan faktor efisiensi
emisi (emisivitas) yang pada umumnya merupakan fungsi
gelombang.

143
3.2. Komponen Radiasi
Ada 3 komponen pancaran thermal :
• Radiasi yang dipancarkan dari
permukaan (surface-emitted
radiation), Leu
• Pancaran kebawah (the down-
emitted surface reflected radiation)
dari atmosfer, Led
• Path-emitted radiance, Lep

• Total radiance pada sensor yang


merupakan kontribusi dari proses
emisi adalah :

Le = Leu + Led + Lep maka pada


MWIR total radiance :

LMWIR = Ls + Le LTIR = Le


Pada rentang 2.5 - 6mm, dipertimbangkannya faktor
144
reflektansi, scattering dan emision. Sedangkan pd rentang
8 – 15 mm, hanya komponen emision yang penting
Surface-emitted component, Leu

Sumber utama energi untuk pencitraan thermal adalah bumi


sendiri yang mempunyai suhu 300 K.

Obyek/material yang berbeda pada bumi akan memancarkan


energi thermal yang berbeda (bahkan dengan suhu yang sama)

Kebanyakan obyek/material bukan merupakan ‘blackbody’


yang mempunyai efisiensi radiatif sebesar 100%

Kemampuan efisiensi suatu obyek/thermal untuk memancarkan


radiasi thermal pada panjang gelombang berbeda disebut
emisivitas (). Didefinisikan sebagai rasio spectral radiant
exitance suatu ‘greybody’ dengan besarnya pancaran energi
suatu ‘blackbody’ (M) pd suhu sama bernilai antara 0 – 1.
145
Emitted-radiance bumi, L(x,y)
Emitted-radiance bumi dihitung dengan :
M  [T ( x, y )]
L ( x, y )   ( x, y,  )

Pada persamaan diatas dapat dilihat bhw obyek yang berbeda
mempunyai suhu, spectral radiant exitance, dan emisivitas yang
berbeda.

Dalam studi thermal misalnya scanning thermal udara utk bangunan,


bermacam-macam emisivitas material atap diasumsikan sama untuk
dapat mengestimasi suhu.

Tetapi dalam aplikasi geologi, suhu diasumsikan konstan untuk dapat


mengestimasi emisivitas.
146
Spectral radiance sebagai fungsi suhu
Hubungan antara emitted-radiance dengan sumber suhu, tidak jelas
pada persamaan sebelumnya.

Rentang suhu 250 – 320 K


mencakup suhu ‘daytime-
nighttime normal bumi.

Terlihat spectral radiance


hampir linier dengan suhu
pada rentang ini.

Untuk tujuan tersebut


maka persamaan
sebelumnya dihitung
dengan pendekatan linier.
147
Hitungan emitted-radiance dari bumi dengan
pendekatan linier

[a T ( x, y )  b ]
L ( x, y )   ( x, y,  )

Dimana a dan b secara praktis diberikan oleh karakteristik
sensor.

Persamaan diatas memberikan hubungan sederhana dan lebih


mudah divisualisasikan antara radiance dan suhu.

148
Hitungan radiasi yang dipancarkan dari permukaan
bumi sepanjang ‘view path’

Radiasi yang dipancarkan oleh bumi kemudian dijalarkan oleh


atmosfer sepanjang ‘view path’ yang diterima sensor dihitung
dengan :

eu
L ( x, y )   v ( ) L ( x, y )
 v ( )[ a T ( x, y )  b ]
  ( x, y ,  )

149
Atmospheric transmittance pada rentang spektrum
MWIR-TIR
Kurva ini mirip seperti pada rentang spektrum VIS dan SWIR yang
dihitung dengan MODTRAN. Solar elevasi = 45o

150
Surface-reflected, atmosphere-emitted component
Led
Atmosfer juga memancarkan radiasi thermal kebawah kemudian
dipantulkan oleh permukaan bumi dan dijalarkan lewat atmosfer
menuju sensor. Hal ini mirip dengan komponen skylight yang muncul
dari hamburan pada VIS.

 v ( ) M 
a
 F ( x, y ,  )  ( x, y ,  )
ed
L

Ma adalah atmospheric-emitted radiance. Faktor F adalah fraksi dari
‘hemisphere sky’ yang dapat dilihat dari permukaan (x,y).
Hubungan antara emisivitas dan reflektansi suatu obyek mengikuti
hukum Kirchoff (untuk setiap gelombang) :
 ( x, y ,  )  1   ( x, y ,  ) 151
Path-emitted component, Lep
Atmosfer juga memancarkan radiasi kearah atas (sesuai dengan hukum
Planck) sebagai fungsi dari suhu pada ketinggian yang berbeda.
Total energi yang diterima oleh sensor merupakan integrasi dari ‘view
path’ setiap kontribusi ketinggian. Distribusi spektral secara spesifik
tidak menyerupai ‘blackbody’ pada suhu tertentu, melainkan campuran
‘blackbody’ pada rentang suhu tertentu.
Radiasi dari ketinggian lebih rendah diserap dan dipancarkan kembali
pada ketinggian yang lebih tinggi, sehingga membuat situasi semakin
kompleks.
Oleh sebab itu, cukup beralasan jika mengasumsikan komponen ini
secara signifikan tidak bervariasi dalam satu scene, kecuali pada sudut
yang besar dari nadir (diatas 20o), dimana ‘path-emitted’ cendrung
meningkat, dan pada daerah dimana suhu permukaan mempunyai variasi
spasial tinggi kemungkinan akan mempengaruhi suhu atmosfer dekat
permukaan. 152
Total emitted-radiance pada sensor, Le

Total emitted-radiance merupakan jumlah ketiga komponen yang


telah dijelaskan yaitu :
e eu ed ep
L ( x, y )  L  L  L
 v ( )
  ( x, y ,  ) [a T ( x, y )  b ] 

 v ( ) M  a
F ( x, y ,  )  ( x, y ,  )
ep
 L

Dapat disimpulkan bahwa :
-total spectral thermal radiance yang diterima sensor secara
proporsional linier dengan suhu permukaan dimodifikasi oleh :
-multiplicative, secara spasial dan spektral dari faktor emisivitas
-additive, secara spasial tidak bervariasi, secara spektral tergantung,
sesuai dengan path emission. 153
Total Solar dan Thermal Upwelling Radiance

Total radiasi non-thermal dan thermal yang diterima sensor dihitung


dengan :

s e
L ( x, y )  L ( x, y )  L ( x, y )

Telah dijelaskan bahwa Le (x,y) dapat ditiadakan pada VIS dan
SWIR, sedangkan Ls (x,y) dapat ditiadakan pada spektrum TIR.
Pada MWIR keduanya secara signifikan berpengaruh tergantung
pada reflektansi permukaan, emisivitas dan suhu.

154
Radiance sensor pada spektrum MWIR dan TIR

Kontribusi komponen solar irradiance pada bumi kecil, tetapi memberikan kontribusi
yang besar pada rentang 2.5 – 5 mm. Diatas 5 mm, upwelling radiance sesuai dengan
ketiga komponen terkait.
155
Contoh Citra pada spektrum Thermal (1)

Walaupun atmosfer
memancarkan radiasi
thermal, hanya lapisan
yang dekat dengan
permukaan bumi yang
mempunyai suhu 300 K.

Ketinggian meningkat
maka suhu akan secara
drastis menurun.

Awan tampak lebih dingin


dibanding tanah (land)
pada siang hari pada citra
TIR.

156
Contoh Citra pada spektrum Thermal (2)

Citra thermal yang direkam pada malam hari


secara khusus bermanfaat karena pemanasan
solar tidak ada.

Jika emisivitas diasumsikan konstan pada


permukaan danau maka citra HCMM sangat
baik memberikan tampilan keadaan suhu
danau.

Semakin besar GIFOV HCMM maka


mencampuradukkan radiance yang datang dari
danau dan sekitarnya yang sebagian besar
vegetasi.

157
Contoh Citra pada
spektrum Thermal (3)

Daerah urban tampak lebih


‘hangat’ dibanding daerah
sekitarnya termasuk air pada
TM6.

Obyek persegiempat pada


bagian atas daerah urban
merupakan taman kota.

158
Contoh Citra
pada spektrum
Thermal (4)

159
SELESAI
Ganbatte Kudasai !
Selamat Berjuang
Semoga Sukses

160
Penilaian
• Peserta kuliah diberi nilai awal: B
• Nilai akhir peserta kuliah (>B atau <B)
bergantung pada: niat, partisipasi, usaha,
dan kepatuhan.

161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
RESOLUTION
• Sistem penginderaan jauh memiliki empat
jenis resolusi:
1. Resolusi Spasial: ukuran objek yang
terdeteksi
2. Resolusi Spektral: panjang gelombang yang
digunakan
3. Resolusi Radiometrik: derajat kedetilan
pengamatan
4. Resolusi Temporal: lama waktu perulangan
pengamatan pada daerah yang sama
172
173
174
175
176
177
178
Introduction to the Physics and Techniques of Remote Sensing. Second Edition. Elachi C. 2006
Spectrometer
• Spectrometers are used to detect, measure, and chart the
spectral content of the incident electromagnetic field
• This type of information plays a key role in identifying the
chemical composition of the object being sensed, be it a
planetary surface or atmosphere
• In the case of surface studies, both spatial and spectral
information are essential, leading to the need for imaging
spectrometers

179
Spectrometer

180
Introduction to the Physics and Techniques of Remote Sensing. Second Edition. Elachi C. 2006
Radiometer

• In a number of applications, both the spectral and


spatial aspects are less important,
• and the information needed is contained mainly in
the accurate measurement of the intensity of the
electromagnetic wave over a wide spectral region.
• are used in measuring atmospheric temperature
profiles and ocean surface temperature.

181
Radiometer
Scatterometer
• use to accurately measure the backscattered field when the
surface is illuminated by a signal with a narrow spectral
bandwidth
Polarimeter
• The polarization characteristic of reflected or scattered
sunlight provides information about the physical properties
of planetary atmospheres

182
Altimeter/Interferometer
• Use to measure three-
dimensional spatial
characteristics and location of
the object.
• altimeters and interferometric
radars are used to map the
surface topography

Shaded relief display of the


topography of California
measured by Shuttle Radar
Topography Mission using an
interferometric SAR
183
Introduction to the Physics and Techniques of Remote Sensing. Second Edition. Elachi C. 2006
Sounder
• Use to map subsurface structures or to map atmospheric
parameters (such as temperature, composition, or pressure)
as a function of altitude.

Figure 1-17. Subsurface layering in the ice cover and bedrock profile acquired with an airborne 184
electromagnetic sounder over a part of the Antarctic ice sheet.
Introduction to the Physics and Techniques of Remote Sensing. Second Edition. Elachi C. 2006
Atmospheric Correction

185
http://www.geosystems.de/atcor/examples/index.html
Atmospheric Correction

186
http://www.geosystems.de/atcor/examples/index.html
Atmospheric Correction

187
http://www.geosystems.de/atcor/examples/index.html
Learning Contract
• Instructor
• On time and prepared.
• Answers questions.
• Approachable and friendly.
• Fair with assignments and grades.
• Genuinely concerned about your learning and
intellectual development.

METR155 Remote Sensing - Lecture 1


Professor Menglin Susan Jin, San Jose State University, Department of Meteorology and Climate
Learning Contract
• Students
• Make every effort to arrive on time; and if late, enter class
quietly.
• Preserve a good classroom learning environment by
a) refraining from talking when other people are
talking
b) turning off cell phones.
• Be courteous to other students and the instructor.
• Aware that learning is primarily your responsibility.
• Aware of universities policy on academic integrity and
pledge to abide by them at all times.
• Have read and understand what plagiarism is and know
how to cite sources properly.

METR155 Remote Sensing - Lecture 1


Professor Menglin Susan Jin, San Jose State University, Department of Meteorology and Climate
Academic Integrity
• Integrity of university, its courses and degrees
relies on academic standards.
• Cheating:
• Copying from another’s test, cheatsheet etc.
• Sitting an exam by, or as, a surrogate.
• Submitting work for another
• Plagiarism:
• Representing the work of another as one’s own
(without giving appropriate credit)

METR155 Remote Sensing - Lecture 1


Professor Menglin Susan Jin, San Jose State University, Department of Meteorology and Climate
Plagiarism
• Judicial Affairs
http://sa.sjsu.edu/judicial_affairs/index.html
• Look at the Student Code of Conduct
• Read through SJSU library site on Plagiarism
http://www.sjlibrary.org/services/literacy/info_comp/plagiarism.htm

METR155 Remote Sensing - Lecture 1


Professor Menglin Susan Jin, San Jose State University, Department of Meteorology and Climate

Anda mungkin juga menyukai