Anda di halaman 1dari 36

DK 3 KMB1

KELOMPOK 3
• Zulfa Nurmanita Luthfiyandani 11161040000003
• Annajmi Indillah 11161040000007
• Mutiara Martin 11161040000010
• Risa Lusiana 11161040000016
• Intan Fauziah Dwi L 11161040000022
• Namira Safitri 11161040000031
• Fitri Fadila 11161040000036
• Sofia Dwi Mardianti 11161040000080
• Dawda Kairaba Kijera 11161040000089
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat rnenyerang
berbagai organ, terutama paru-paru.Penyakit ini bila tidak diobati atau
pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasiberbahaya hingga
kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun
sebelumMasehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit
TB baru terjadi dalamdua abad terakhir.
PENGERTIAN
• Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis).
(Kemenkes RI, 2013).
• Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya termasuk meninges, ginjal,
tulang, dan nodus limfe
(Smeltzer & Bare, 2002).
• Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensifitas
yang diperantarai sel (cellmediated hypersensitivity)
(Wahid dan Suprapto, 2014).
Cara Penularan TB
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik
renik dahak yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa
pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif tidak
mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi
oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji ≤
dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit dideteksi melalui
pemeriksaan mikroskopis langsung.
b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif
adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif
adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan
foto Toraks positif adalah 17%.
c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang
mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut.
d. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik).
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Perjalanan Alamiah TB Pada Manusia.
LANJUTAN….
KLASIFIKASI
Klasifikasi Tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai
berdasarkan kelainan klinis. radiologist dan mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberculosis
3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
• TB paru tersangka yang diobati ( sputum BTA negatif, tapi tanda –
tanda lain positif )
• TB paru tersangka yang tidak dapat diobati (sputum BTA negatif dan
tanda – tanda lain meragukan )
( Depkes RI, 2006 )
Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV
1) Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV): adalah pasien TB
dengan:
- Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART,
atau
- Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.

2) Pasien TB dengan HIV negatif: adalah pasien TB dengan:


- Hasil tes HIV negatif sebelumnya,
atau
- Hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB.
Catatan:
Apabila pada pemenksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi positif, pasien
harus disesuaikan kembali klasifikasinya sebagai pasien TB dengan HIV positif.

3) Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: adalah pasien TB tanpa ada bukti
pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan.
Catatan:
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil tes HIV pasien, pasien
harus disesuaikan kembali klasifìkasinya berdasarkan hasil tes HIV terakhir.
ANATOMI SISTEM RESPIRASI
ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru
oleh micobacterium tuberculosis yang merupakan bakteri berbentuk batang
dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang
menunjukkan bakteri lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit
tuberculosis. bakteri ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat
bakteri lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet
nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi
(Depkes RI, 2002).
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
Gejala umum TBC adalah sebagai berikut:
• Berat badan turun selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
berat badan tidak naik dengan adekuat atau tidak naik dalam satu bulan setelah
diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
• Demam yang lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya
tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TBC pada
anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
• Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan.
• Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multipel,
paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha.
• Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure
to thrive).
• Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
• Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan
baku diare.
KOMPLIKASI
Komplikasi paru
1. Atelektasis
2. Hemoptisis
3. Fibrosis
4. Bronkiektasis
5. Pneumotoraks
6. Gagal napas

 Komplikasi ekstra paru


1. TBC ekstra paru ringan : tbc kelenjar limphe, pleuritis dengan eksudative
unilateral, efusi pleura, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal
2. TBC ekstra paru berat : meningitis, millier, perikarditis, peritionitis,
pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC
saluran kencing dan alat kelamin
PENCEGAHAN
• oleh penderita : dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan
membuang dahak tidak disembarangan tempat, memisahkan alat makan dan
minum penderita, berobat sampai tuntas dan senam pernapasan.
• Masyarakat : dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi
harus diberikan vaksinasi BCG, berikan bayi ASI eksklusif sampai 6 bulan,
makan dengan gizi seimbang, istirahat yang cukup dan olahraga, tidak
merokok dan menjemur kasur atau tikar serta membersihkan rumah secara
teratur.
• Petugas kesehatan : dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB
yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkan.
(Kemenkes, 2011)
PENGOBATAN
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi ( agen
antituberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis
depan (lini pertama) yang digunakan adalah Isonoazid (H), Etambutol (E),
Pirazinamid (Z), Streptosimin (S), Rifampisin (R).
Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): Kanamisin , Amikasin,
Etionamide, Sikloserin, Klofazimin, Kapreomisin, dll yg dipakaipadapasien
HIVyangterinfeksi dan mengalami Multi Drug Resistant (MDER). (Smeltzer &
Bare, 2001).
DOSIS OBAT ANTI TUBERKULOSIS PARU
Dosis yang direkomendasikan
Nama Obat Dosis pemberian setiap Dosis pemberian
hari intermitten
Mg/kgBB Maksimum Mg/kgBB Maksimum
(mg) (mg)
Isonoazid (H) 5 mg 300 mg 15 mg 750 mg
(1 minggu 2x)

Rifampisin (R) 10 mg 600 mg 15 mg 600 mg


(1 minggu 2x)

Pirazinamid (Z) 35 mg 2500 mg 50 mg


Streptosimin 15-20 mg 750-1000 15-20 mg 750-1000 mg
(S) mg
Etambutol (E) 15-25 mg 18000 mg
EFEK
Efek Samping
SAMPING
Penyebab
OAT Tatalaksana

MINOR OAT DITERUSKAN


Tidak nafsu makan, Rifampisin Obat diminum malam
mual, sakit perut sebelum tidur
Nyeri sendi Pirazinomid Beri aspirin/alloputinol
Kesemuran s/d rasa INH Beri vitamin b6 (piridoksin)
terbakar di kaki 1 x 100 mg/hari
Warna kemerahan pada Rifampisin Beri penjelasan, tidak perlu
air seni diberi apa-apa
MAYOR HENTIKAN OBAT
Gatal dan kemerahan Semua jenis Beri antihistamin dan
pada kulit dievaluasi
Tuli gangguan Sebagian besar OAT Streptosimin dihentikan
Keseimbangan (vertigo Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT
dan nistagums) sampaiikterik menghilang
dan boleh diberikan uji
fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Kelainan sistemik rifampisin Hentikan rifampisin
termasuk syok dan
PENGOBATAN TB PARU PADA ORANG
DEWASA
 Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol
setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan
rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada:
 Penderita baru TBC paru BTA positif.
 Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
 Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
 Penderita kambuh.
 Penderita gagal terapi.
 Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
 Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif(10).
 Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tb kronik .
PERAWATAN
1. Pada waktu kejang
 Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
 Hisap lender
 Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
 Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
2. Bila penderita tidak sadar lama.
 Beri makanan melalui sonda.
 Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering mungkin.
 Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika.
3. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi. Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.
4. Pemantauan ketat.
 Tekanan darah
 Respirasi
 Nadi
 Produksi air kemih
 Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
PENGKAJIAN UMUM
• Anamnesa
Pada anamnesa dapat diketahui adanya trias meningitis seperti
demam, nyeri kepala dan kaku kuduk. Gejala lain seperti mual muntah,
penurunan nafsu makan, mudah mengantuk, fotofobia, gelisah, kejang,
penurunan kesadaran adanya riwayat kontak dengan pasien
tuberkulosis. Pada neonatus, gejalanya mungkin minimalis dan dapat
menyerupai sepsis, berupa bayi malas minum, letargi, distress
pernafasan, ikterus, muntah, diare, hipotermia. Anamnesa dapat
dilakukan pada keluarga pasien yang dapat dipercaya jika tidak
memungkinkan untuk autoanamnesa (Gleadle, 2007).
PENGKAJIAN FOKUS
• Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 )
adalah sebagai berikut:
1) Pola aktivitas dan istirahat
2) Pola nutrisi
3) Respirasi
4) Rasa nyaman/nyeri
5) Integritas ego
6) Keamanan
7) Interaksi Sosial
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis TB pada ODHA
Penegakkan diagnosis TB paru pada ODHA tidak terlalu berbeda dengan orang dengan HIV
negatif. Penegakan diagnosis TB pada umumnya didasarkan pada pemeriksaan mikroskopis
dahak namun pada ODHA dengan TB seringkali diperoleh hasil dahak BTA negatif. Di
samping itu, pada ODHA sering dijumpai TB ekstraparu di mana diagnosisnya sulit
ditegakkan karena harus didasarkan pada hasil pemeriksaan klinis, bakteriologi dan atau
histologi yang didapat dari tempat lesi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada alur
diagnosis TB pada ODHA, antara lain:
• Pemeriksaan mikroskopis langsung
Pemeriksaan mikroskopik dahak dilakukan melalui pemeriksaan dahak Sewaktu Pagi
Sewaktu (SPS). Apabila minimal satu dari pemeriksaan contoh uji dahak SPS hasilnya
positif maka ditetapkan sebagai pasien TB.
• Pemeriksaan tes cepat Xpert MTB/Rif
Pemeriksaan mikroskopis dahak pada ODHA sering memberikan hasil negatif, sehingga
penegakkan diagnosis TB dengan menggunakan tes cepat dengan Xpert MTB/Rif perlu
dilakukan. Pemeriksaan tes cepat dengan Xpert MTB/Rif juga dapat mengetahui adanya
resistensi terhadap rifampisin, sehingga penatalaksanaan TB pada ODHA tersebut bisa lebih
tepat. Jika fasilitas memungkinkan, pemeriksaan tes cepat dilakukan dalam waktu yang
bersamaan (paralel) dengan pemeriksaan mikroskopis.
LANJUTAN…
• Pemeriksaan biakan dahak
Jika sarana pemeriksaan biakan dahak tersedia maka ODHA yang BTA negatif,
sangat dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan biakan dahak karena hal ini
dapat membantu untuk konfirmasi diagnosis TB.
• Pemberian antibiotik sebagai alat bantu diagnosis tidak direkomendasi lagi
Penggunaan antibiotik dengan maksud sebagai alat bantu diagnosis seperti
alur diagnosis TB pada orang dewasa dapat menyebabkan diagnosis dan
pengobatan TB terlambat sehingga dapat meningkatkan risiko kematian
ODHA. Oleh karena itu, pemberian antibiotik sebagai alat bantu diagnosis tidak
direkomendasi lagi. Namun antibiotik perlu diberikan pada ODHA dengan IO
yang mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri lain bersama atau tanpa
M.tuberculosis. Jadi, maksud pemberian antibiotik tersebut bukanlah sebagai
alat bantu diagnosis TB tetapi sebagai pengobatan infeksi bakteri lain. Jangan
menggunakan antibiotik golongan fluorokuinolon karena memberikan respons
terhadap M.tuberculosis dan dapat memicu terjadinya resistensi terhadap obat
tersebut.
• Pemeriksaan foto toraks
Pemeriksaan foto toraks memegang peranan penting dalam membantu
diagnosis TB pada ODHA dengan BTA negatif. Namun perlu diperhatikan
bahwa gambaran foto toraks pada ODHA umumnya tidak spesifik terutama
PEMERIKSAAN FISIK : MENINGITIS
Pemeriksaan fisik yang dapat mendukung diagnosis meningitis
biasanya adalah pemeriksaan rangsang meningeal (Sidharta, 2009).
1. Kaku Kuduk
2. Kernig`s sign
3. Brudzinski I (Brudzinski leher)
4. Brudzinski II (Brudzinski Kontralateral tungkai)
5. Brudzinski III (Brudzinski Pipi)
6. Brudzinski IV (Brudzinski Simfisis)
7. Lasegue`s Sign
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO. DATA MASALAH ETIOLOGI
1. Ds: Ketidakefektifan bersihan Proses Infeksi
- Batuk berdahak (+) jalan nafas
- Dispnea (+) Dx: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d
- Sesak nafas (+) saat Proses Infeksi
beraktivitas bertambah sesak
- Dada terasa nyeri
Do:
-RR 22x/menit
-Terdapat infiltrat
-Hasil pemeriksaan BTA (+)
SPS
2. Ds: Hipertermi Proses Penyakit
-kadang demam kadang tidak Dx: Hipertermi b/d Proses Penyakit
-Malaise
Do:
-Suhu 38,6˚C
3. Ds: Ketidakseimbangan Kurang asupan
- Stomatitis (+) nutrisi : kurang dari makanan
- Diare sehari > 10x kebutuhan tubuh
- Nafsu makan menurun
- Berat badan menurun Dx: Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
9kg dalam ± 2 bulan kebutuhan tubuh b/d kurang asupan
Do: makanan
-BB 40kg
-TB 170kg

4. Do: Defisit Pengetahuan Kurang terpapar


-Keluarga dan pasien belu informasi
mengerti kondisinya,
Dx: Defisit pengetahuan b/d Kurang terpapar
proses pengobatan dan
infomasi
pencegahan penyakit
5. Ds: Kekurangan Volume Output berlebih
-Kadang demam kadang Cairan
tidak Dx: Kekurangan volume cairan b/d Output
-Diare sehari > 10x berlebih
-Keringat dingin pada
malam hari
Do:
-Suhu 38,6˚C
-TD 120/80 mmHg

6. Ds: Kerusakan Integritas Imunodefisiansi


-Sudah 3 bulan kulit Kulit
melepuh terasa gatal, Dx: Kerusakan Integritas Kulit b/d
kehitaman di bagian Imunodefisiansi
mukia, tangan, kaki dan
alat kelamin
Do:
-Dermatitis Fesikulata
7. Ds: Risiko Infeksi Ketidakadekuatan
-Nafsu makan menurun pertahanan tubuh
menurun sekunder : supresi
-HIV respon inflamasi
-TB Dx: Risiko Infeksi d/d Ketidakadekuatan
-Meningitis pertahanan tubuh sekunder : supresi
Do:
-Leukosit 20.000/mm³
-Dermatitis fesikulata
-BTA (+)
8. Ds: Nyeri Akut Agen cedera biologis
-Sakit kepala (Infeksi bakteri)
-Sakit dirasakan hilang timbul Dx: Nyeri akut b/d Agen cedera biologis ( Infeksi
-Sakit kepala terasa pada bakteri)
bagian tengkuk/ bagian
belakang
-Sakit kepala terasa tertusuk-
tusuk dan berat pada leher
9. Ds: Intoleransi Aktivitas Kelemahan
-Dispnea (+) Dx: Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan
-Sesak nafas (+)
ASUHAN KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA NOC NIC
1. Ketidakefektif  Respiratory Status : Airway  Airway Management
an bersihan patency -Membuka Jalan nafas dengan tekhnik chin lift/jaw
jalan nafas Setelah dilakukan Asuhan thrust
b/d Proses Keperawatan selama 2x24 jam -Posisikan pasien dengan nyaman/semi
Infeksi diharapkan pasien mampu fowler/fowler
bernafas secara efektif dengan -kaji pasien apakah perlu pemasangan alat jalan
KH: nafas buatan
-Dispnea (-), batuk berdahak (-) -Lakukan fisioterapi dada
-Sesak berkurang -Keluarkan sekret dengan batuk/ suction
-Frekuensi nafas normal (16- -Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara
20x/menit) tambahan.
-mampu battuk efektif agar Atur intake cairan untuk mengoptimalkan
sputum keluar keseimbangan
-Jalan nafas paten -Monitor respirasi dan oksigen.
2. Hipertermi  Thermoregulation  Fever Treatment
b/d Proses Setelah dilakukan Asuhan -Monitor IWL
Penyakit Keperawatan selama 2x24 jam -Monitor warna dan suhu kulit
diharapkan suhu pasien -Monitor penurunan tingkat kesadaran
menurun/ menghilang, dengan -Monitor WBC, HB dan HCT
kriteria hasil: -Kolaborasi dalam pemberian antipiretik dan cairan
-Suhu tubuh normal (36,5-37,5) melalui IV dan obat pencegah menggigil
-Nadi normal (60x/menit) -Instruksikan kepada keluarga dalam memberikan
-RR normal ( 16-20x/menit) kompres
3. Ketidakseimba  Nutritional Status : Food and  Nutrion Management
ngan nutrisi: Fluid Intake -Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kurang dari Setelah dilakukan Asuhan menentukan jumlah kalori dan
kebutuhan Keperawatan selama 2x24 jam nutrisi yang dibutuhkan
tubuh b/d diharapkan pasien mampu -Anjurkan pasien minum suplemen
kurang asupan meningkatkan asupan (Fe, protein, dan Vit C)
makanan makanannya, dengan Kriteria -Ajarkan pasien bagaimana
hasil: membuat catatan maknan harian
-Adanya peningkatan nafsu -Monitor jumlah nutrisi dan
makan dan Berat badan kandungan kalori
-Berat Badan ideal sesuai -Berikan informasi tentang
dengan Tinggi badan kebutuhan nutrisi
-Tidak ada tanda-tanda -Kaji kemampuan pasien untuk
malnutrisi mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
4. Defisit  Knowledge : Disease Process  Teaching: Disease process
pengetahuan Setelah dilakukan Asuhan -Berikan penilaian kepada pasien
b/d kurang Keperawatan selam 1x24 jam tentang tingkat pengetahuannya
terpapar diharapkan pasien dan keluarga -Jelaskan dan gambarkan
informasi memahami terkait penyakit yang patofisiologi, tanda dan gejala
diderita, dengan kriteria hasil: penyakit yang muncul dan
-Menyatakan pemahaman perihal pencegahannya
penyakit yang diderita -Menjelaskan kondisi pasien dengan
-Mampu menjelaskan kembali apa cara yang tepat dan jelas
5. Kekurangan  Hydration  Fluid Management
Volume Setelah dilakukan Asuha n -Jaga intake dan asupan cairan
Cairan b/d keperawatan selama 1x24 jam -monitor dehidrasi dan TTV
output diharapkan pasien mampu -berikan cairan dengan tepat
berlebih memenuhi kebutuhan -Tingfkatkan asupan cairan
cairannya, dengan kriteria hasil: dalam 24 jam
-Mukosa bibir normal ( lembab) -Konsultasikan dengan dokter
-TD normal (120-130/80-90 jika tanda dan gejala kelebihan
mmHg) cairan menetap / memburuk
-Nadi normal ( 60-100x/menit)
-Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
6. Kerusakan  Tissue Integrity : Skin and  Skin Survailance
Integritas Mucous membranes -Periksa kult terkait dengan adanya
kulit b/d Setelah dilakukan selama 2x24 kemerahan
Imunodefisie jam diharapkan pasien tidak -Amati warna, tekstur, bengkak,
nsi mengalami kerusakan integritas kehangatan dan ulserasi
kulit lebih lanjut, dengan kriteria -Gunakan alat pengkajian (skala
hasil: braden)
-Tidak mengalami lesi / lesi -Monitor warna, suhu, kulit dan
berkurang kelembapan
-Perfusi jaringan baik -Lakukan langkah untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.
d.d Setelah dilakukan Asuhan -Pertahankan tekhnik isolasi
Ketidakadeku keperawatan selama 2x24 jam -Tingkatkan intake nutrisi
atan diharapkan pasien terhindar dari -Kolaborasi dalam pemberian
pertahanan infeksi berkelanjutan, dengan antibiotik
tubuh kriteria hasil: -Monitor tanda dan gejala infeksi
sekunder : -Bebas dari tanda dan gejala sistemik
supresi infeksi -Pertahankan lingkungan
-Mendeskripsikan proses sistemik
penularan penyakit , faktor yang -Ajarkan pasien dan keluarga
mempengaruhi penularan serta cara menghindari infeksi
pelaksanaannya
-menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
-Leukosit normal ( 500-
10.000/mm³)
-Menunjukkan perilaku sehat
8. Nyeri akut b/d  Pain Level  Pain Management
agen cedera Setelah dilakukan Asuhan -Lakukan pengkajian nyeri
biologis ( Keperawatan selama 2x24 jam komperehensif meluputi lokasi,
infeksi bakteri diharapkan pasien dapat mengurangi karakteristik, durasi, frekuensi ,
TB-meningen) rasa nyeri yang diderita, dengan kualitas, intensitas / berat nyeri dari
Kriteria hasil: faktor pencetus
-Nyeri berkurang / menghilang -Tentukan akibat dari pengalaman
-TD normal (120/130/80-90 mmHg) nyeri terhadapa kualitas hidup
-Nadi normal (60-100x/menit) pasien
9. Intoleransi Aktivitas  Activity Tolerance  Activity Terapy
b/d Setelah dilakukan -Kolaborasi dengan
ketidakseimbangan Asuhan keperawatan tim medik dalam
antara suplai dan selama 2x24 jam perencanaan
kebutuhan oksigen diharapkan pasien program terapi yang
mampu beraktivitas tepat
secara normal, -Bantu klien
dengan kriteria hasil: mengidentifikasi
-Kemudahan dalam aktivitas yang
melakukan ADL mampu dilakukan
-Tidak merasa sesak -Bantu pasien
saat beraktivitas memilih aktivitas
TD normal (120- konsisten yang
130/80-90 mmHg) sesuai dengan
-Nadi normal (60- kemampuan fisik,
100x/menit) psikologi dan sosial
-RR normal ( 16- -Intruksikan klien/
20x/menit) keluarga dalam
perencanaan jadwal

Anda mungkin juga menyukai