Anda di halaman 1dari 28

1.

Anemia kekurangan besi


2. Anemia aplastik
3. Anemia hemolitik
Keadaan dimana terdapat penurunan jumlah
dari volume total sel darah merah yang
beredar dalam sirkulasi
Berdasarkan morfologis :
a. Makrositer
b. Normokrom normositer
c. Hipokrom mikrositer

Berdasarkan patofisiologis :
a. Kegagalan sumsum tulang
b. Perdarahan
c. Hemolitik
Kelainan Laboratoris

Pria normal Wanita normal Anemia

Kadar hemoglobin 14 gr% 12 gr% < 10 gr%

Hematokrit 42% 36% < 30%

Jumlah Sel darah merah 4 juta / mm3 3,3 juta /mm3 < 2,8 juta /mm3
Adalah anemia yang timbul akibat kekurangan zat besi
sebagai bahan pembentuk sel darah merah

Diagnosis
Berdasarkan atas :
- Gejala klinik anemia
- Kelainan laboratorium
Gejala klinik
Anemia

Anoksia

Reaksi kompensasi target organ

Kardiorespirasi Saraf GI UG Epitel


Sesak Pusing Anoreksia Gangguan haid Pucat
Palpitasi Kunang-kunang Mual Libido kurang
Dekompensasi Lekas capai Obstipasi
Iritabel Diare
Gejala klinik Anemia Kekurangan besi

1. Anemia (5L)
2. Koilonychia
3. Stomatitis angularis
4. Plummer vinson syndrome
5. Gastritis
6. Ozaena
Kelainan Laboratorium AKB
Darah tepi Sumsum Biokimia Rontgen
tulang
-Hipokrom -Hiperplasia -Serum iron < Osteoporosis
mikrositer eritrosit 30
-Anisositosis - Pengecatan - TIBC > 360
- Poikilositosis besi (-) - Saturasi besi <
10%
- Protoporfirin
100 – 600 mcgr
/ 100 cc
- Feritin ↓ < 15
mcgr / L
Kausa AKB

 Penyebab tersering adalah Perdarahan


kronis, baik perdarahan yang berasal dari
saluran pencernaan, saluran urogenital
ataupun saluran pernapasan
Pengobatan AKB
1. Memberikan diit yang kaya kalori, protein dan zat besi
2. Memberikan preparat besi
3. Mengatasi penyebab, misal : pengobatan terhadap cacing
tambang
Pencegahan AKB

1. Penyuluhan intensif higiene dan sanitasi lingkungan


2. Program pendidikan gizi
3. Peningkatan sosial ekonomi masyarakat dan penyediaan bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi
4. Menanamkan pengertian yang mendalam akan arti dan akibat dari
anemia gizi terhadap dokter dan para medis
5. Iron fortification
Pemberian besi pada AKB
Preparat besi per oral Preparat besi
parenteral
-Sulfas ferosus 4x1 tab Hanya diberikan
- Ferrous fumarat 4x1 tab atas indikasi adanya
- Ferrous glukonat 3x1 tab tanda-tanda
intoleransi dari
saluran pencernaan
Pemberian dilanjutkan 4-6 makanan
bulan setelah Hb normal
Indikasi transfusi darah pada AKB

1. Terdapat gejala anemia


2. Instabilitas kardiovaskuler
3. Kehilangan darah terus menerus dan
berlebih yang membutuhkan intervensi
segera
 Keadaan pansitopenia disertai hiposelularitas
sumsum tulang

Keluhan dan Gejala Klinik


- Keluhan anemia, perdarahan dan demam
- Pemeriksaan fisik terdapat anemia, ptekhie
dan purpura dan peningkatan suhu badan
Kelainan Laboratorium Anemia Aplastik
1. Darah tepi : pansitopenia (anemia, lekopenia, dan
trombopenia)
2. Aspirasi sumsum tulang hipoplasia
Kriteria Diagnostik

1. Darah tepi : terdapat minimal 2 dari :


• a. Anemia dengan retikulosit kurang dari 1%
• b. Granulosit kurang dari 500/cmm
• c. Trombosit kurang dari 20.000/cmm
2. Sumsum tulang terdapat :
• a. Hipoplastik berat (kurang dari 25% selularitas) atau
• b. Hipoplastik sedang (antara 25-50% selularitas dan sel
hematopoetik kurang dari 30%)
Normal Anemia aplastik

Biopsi sumsum tulang

Aspirasi sumsum tulang


Penyebab anemia aplastik yang paling banyak dijumpai :

1. Obat-obatan misal kloramfenikol, fenilbutason, antikonvulsan,


sulfonamid, emas, bensen, insektisida dan solven

2. Radiasi

3. Terdapat beberapa penyakit yang tak jelas sebagai penyebab


tetapi sering menyertai anemia aplastik yaitu hemoglobinuria
nokturnal paroksismal, hepatitis virus, kehamilan dan penyakit
akibat mikobakterium
Pengobatan Anemia Aplastik
1. Cari kausa, bila diketahui hentikan
2. Pengobatan umum, meliputi :
- Gosok gigi dengan sikat halus
- Mandi pakai sabun antiseptik
- BAB tinja jangan terlalu keras
- Obat sedapat mungkin peroral
- Hindari pemberian aspirin
3. Transfusi darah merah yang diendapkan atau trombosit, bila ada
anemia dan perdarahan. Bila ada infeksi berikan antibiotik yang
memadai
4. Horse ATG (antitimosit globulin), 40 mg/kg per hari selama 4 hari
5. Hormon androgen, misalnya pemberian oxymetholon
2mg/KgBB/hari
6. Metilprednisolon 1 mg/kg per hari selama 2 minggu
7. Siklosporin, diberikan 12mg/kg per hari pada dosis awal
 Anemia akibat peningkatan
destruksi sel darah merah
Penyebab anemia hemolitik :
A. Penyebab intrakorpuskuler
1. Kelainan membran dari sel darah merah, misal sferositosis
herediter, eliptositosis herediter, paroksismal nokturnal
hemoglobinuria
2. Kekurangan enzim misalnya heksokinase, G6PD, piruvat kinase dan
porfiria eritropoetik kongenital
3. Kelainan hemoglobin misalnya thalassemia dan anemia sel sabit
A. Penyebab ekstrakorpuskuler :
1. Anemia hemolitik otoimun (AIHA) dengan warm antibody
(idiopatik, SLE, Leukemia kronik limfositik dan limfoma)
2. Anemia hemolitik otoimun dengan cold agglutinin (idiopatik,
mikoplasma pneumonia dan limfoma), paroksismal cold
hemoglobinuria (virus, sifilis)
3. Akibat penyakit sistemik
4. Akibat obat-obatan, bahan kimia, racun, dan tumbuh-tumbuhan
5. Anemia hemolitik pada bayi dan inkompatibilitas ABO
Diagnosa Anemia Hemolitik
A. Menentukan apakah benar penderita tersebut anemia hemolitik?
B. Menentukan apakah penyebab dari anemia hemolitik tersebut?

A. Menentukan Anemia hemolitik


1. Terdapat tanda dari pemecahan eritrosit yang berlebihan disertai
pembentukan eritrosit yang berlebihan pula dalam saat yang
bersamaan  ditandai adanya anemia, retikulostitosis, dan
hiperbilirubinemia indirek
2. Adanya anemia persisten disertai peningkatan eritropoesis dan
tidak terdapat tanda perdarahan  ditandai adanya anemia,
retikulositosis tanpa hiperbilirubinemia
3. Penurunan hemoglobin 1% seminggu atau lebih dengan
menyingkirkan adanya perdarahan dan hemodilusi
4. Adanaya hemoglobinuria atau tanda-tanda lain dari hemolisa
intravaskuler
B. Menentukan penyebab
Tahap pemeriksaan
1. Anamnesa tentang penyakit infeksi, obat-oabatan serta bahan-bahan fisika yang
diduga dapat menyebabkan hemolisa
2. Pemeriksaan tes antiglobulin (Coomb’s test). Bila positif berarti penderita
mengidap anemia hemolitik otoimun (AIHA)  tetapi tidak semua AIHA
menunjukkan tes positif
3. Pemeriksaan hapusan darah dengan memperhatikan bentuk eritrosit yang khas
untuk anemia hemolitik, mis sferosit
4. Apabila dari pemeriksaan tsb blm dapat mennetukan penyebab  perlu
dilakukan pemeriksaan lain satu persatu. Pemeriksaan yang harus dilakukan
adalah :
a. Elektroforesis Hb
b. Tes denaturasi panas untuk kelainan hemoglobin
c. Tes askorbat sianida
d. Tes untuk kekurangan piruvat kinase
e. Pemeriksaan G6PD
f. Succrose water tes dan Ham’s test untuk PNH
g. Tes fragilitas osmotik
Diagnosa banding dari keadaan hemolitik
A. Anemia dan retikulositosis :
1. Perdarahan
2. Penyembuhan dari kekurangan besi, asam folat
dan B12

B. Anemia dan ikterus


1. Eritropoesis yang tidak efektif
2. Perdarahan dalam jaringan

C. Ikterus hemolitik tanpa anemia

D. Metastasis ke sumsum tulang

E. Myoglobinuria
Pengobatan umum
1. Anemia hemolitik akut (mis pada reaksi transfusi)  pengobatan
ditujukan pada pencegahan syok, keseimbangan cairan dan
pencegahan gagal ginjal akut
2. Splenektomi  dapat bermanfaat pada beberapa kasus yang
kondisi eritrositnya masih baik oleh krn sebagian eritrosit dipecah
terutama di limpa mis pada sferositosis herediter
3. Hormon steroid  bermanfaat pada AIHA
4. Pada AIHA kronis perlu diberikan asam folat 0,15 – 3 mg sehari
untuk mencegah krisis hemolitik
5. Transfusi darah (harus lebih hati-hati pada penderita anemia
hemolitik)
6. Bila terdapat anamnesa infeksi, bahan kimia bahan fisika yang
diduga sebagai penyebab anemia hemolitik hendaknya segera
diatasi
I. AIHA terjadi akibat adanya antibodi terhadap sel eritrosit
sendiri. AIHA bisa berdiri sendiri sebagai manifestasi dari
reaksi otoimun tetapi dapat pula sekunder akibat penyakit
lain, misalnya limfoma maligna dan penyakit kolagen

II. Gejala klinik dari anemia hemolitik otoimun ialah anemia


dan gejala klinik dari penyakit dasarnya. Pada hemolisa yang
lebih berat bisa terjadi demam, menggigil, mual, muntah,
nyeri perut, dan ikterus. Anemia beratdapat menimbulkan
kelemahan, mengantuk dan gagal jantung, kadang-kadang
limpa teraba
Diagnosa AIHA

1. Pemeriksaan darah akan menunjukkan adanya anemia


yang normokrom normositer, polikromasi, eritrosit
berinti, sferosit dan kadang kadang ada eritrosit yang
mengalami fragmentasi
2. Pada pemeriksaan urine akan dijumpai urobilinuria
dan hemoglobinuria
3. Tes Coomb’s positif adalah merupakan diagnosa yang
paling penting. Tetapi walaupun demikian 2-4%
penderita menunjukkan tes Coomb’s negatif
Pengobatan AIHA
1. Bila mungkin mengobati penyebabnya
2. Kortikosteroid adalah obat pilihan. Begitu diagnosa AIHA ditegakkan
langsung berikan prednison 40-60 mg smapai timbul respon,
kemudian pelan-pelan diturunkan dalam waktu 6-8 minggu dan
dilanjutkan dengan dosis ketahanan antara 10-20 mg sehari atau dua
hari sekali
3. Bila kortikosteroid tidak memberi respon atau untuk dosis ketahanan
perlu dosis tinggi selanjutnya dipertimbangkan untuk spelenektomi
4. Bila splenektomi tidak dapat mengatasi hemolisa perlu ditambahkan
obat imunosupresif, misal azathioprin 2-2,5 mg/kgBB dengan tanpa
kombinasi kortikosteroid
5. Hati-hati memberikan transfusi eritrosit dan harus diberikan
bersama kortikosteroid. Pemberian transfusi harus dengan
pertimbangan yang tepat ialah pada penderita anemia yang berat
dan cepat

Anda mungkin juga menyukai