Anda di halaman 1dari 25

PERBANDINGAN

STRUKTUR
LEMBAGA NEGARA
BERDASARKAN
OLEH :
UUD 1945
1.ANDI SRI RAMADHANI
2.ANNISA MARJIMA
3.RISKA WATI
4.MUH. ABUL RAEHAN
5.MUHAMMAD KAHFI FABULANGI
PERBANDINGAN
STRUKTUR
LEMBAGA NEGARA
BERDASARKAN
OLEH :
UUD 1945
1.ANDI SRI RAMADHANI
2.ANNISA MARJIMA
3.RISKA WATI
4.MUH. ABUL RAEHAN
5.MUHAMMAD KAHFI FABULANGI
A. Pengertian
Negara adalah suatu organisasi yang meliputi wilayah, sejumlah
rakyat, dan mempunyai kekuasaan berdaulat.Setiap negara memiliki
sistem politik (political system) yaitu pola mekanisme atau pelaksanaan
kekuasaan. Sedang kekuasaan adalah hak dan kewenangan serta
tanggung jawab untuk mengelola tugas tertentu. Pengelolaan suatu
negara inilah yang disebut dengan sistem ketatanegaraan.
Sistem ketatanegaraan dipelajari di dalam ilmu politik. Menurut Miriam
Budiardjo (1972), politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu
negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari negara
itu dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Untuk itu, di suatu
negara terdapat kebijakan-kebijakan umum (public polocies) yang
menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi kekuasaan dan
sumber-sumber yang ada.
Di Indonesia pengaturan sistem ketatanegaraan diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945, Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
dan Peraturan Daerah. Sedangkan kewenangan kekuasaan berada di
tingkat nasional sampai kelompok masyarakat terendah yang meliputi
MPR, DPR, Presiden dan Wakil Presiden, Menteri, MA, MK, BPK, DPA,
Gubernur, Bupati/ Walikota, sampai tingkat RT.
Lembaga-lembaga yang berkuasa ini berfungsi sebagai perwakilan dari
suara dan tangan rakyat, sebab Indonesia menganut sistem demokrasi.
Dalam sistem demokrasi, pemilik kekuasaan tertinggi dalam negara
adalah rakyat. Kekuasaan bahkan di idealkan penyelenggaraannya
bersama-sama dengan rakyat.
Pada kurun waktu tahun 1999–2002, Undang-Undang Dasar 1945 telah
mengalami empat kali perubahan (amandemen).Perubahan (amandemen)
Undang-Undang Dasar 1945 ini, telah membawa implikasi terhadap
sistem ketatanegaraan Indonesia. Dengan berubahnya sistem
ketatanegaraan Indonesia, maka berubah pula susunan lembaga-lembaga
negara yang ada.
B. Sebelum Amandenen UUD 1945
Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan
lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara, serta
hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. Undang-Undang
Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan
rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga
Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution
of power) kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar
kedudukannya, yaitu Mahkamah Agung (MA), Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Pertimbangan Agung
(DPA) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Adapun kedudukan dan hubungan antar lembaga tertinggi
dan lembaga-lembaga tinggi negara menurut UUD 1945
sebelum diamandemen, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pembukaan UUD 1945
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan
rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
Rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 tidak dapat dirubah karena di dalam Pembukaan
UUD 1945 terdapat tujuan negara dan pancasila yang menjadi dasar
negara Indonesia.Jika Pembukaan UUD 1945 ini dirubah, maka secara
otomatis tujuan dan dasar negara pun ikut berubah.
2. MPR
Sebelum perubahan UUD 1945, kedudukan MPR berdasarkan
UUD 1945 merupakan lembaga tertinggi negara dan sebagai
pemegang dan pelaksana sepenuhnya
kedaulatan rakyat.MPR diberi kekuasaan tak terbatas (Super
Power). karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah
“penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang
menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil
presiden.
3. MA
Mahkamah Agung (disingkat MA)
adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman bersama-
sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas
dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan
lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan
peradilan dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara.
4. BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK)
adalah lembaga tinggi negaradalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang
bebas dan mandiri.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah,
dan diresmikan oleh Presiden.
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk
memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang
peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil
pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
5. DPR
Tugas dan wewenang DPR sebelum
amandemen UUD 1945 adalah memberikan
persetujuan atas RUU [pasal 20 (1)],
mengajukan rancangan Undang-Undang [pasal
21 (1)], Memberikan persetujuan atas PERPU
[pasal 22 (2)], dan Memberikan persetujuan
atas Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara [pasal 23 (1)].
UUD 1945 tidak menyebutkan dengan jelas
bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran dan pengawasan.
6. Presiden
Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai
mandataris MPR, meskipun kedudukannya tidak “neben”
akan tetapi “untergeordnet”. Presiden menjalankan
kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration of
power and responsiblity upon the president). Presiden selain
memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga
memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan
kekuasaan yudikatif (judicative power). Presiden mempunyai
hak prerogatif yang sangat besar. Tidak ada aturan mengenai
batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai presiden
serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa
jabatannya.
C. Sesudah Amandemen UUD 1945
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan
UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi
di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang
terlalu “luwes” (sehingga dapat menimbulkan mulitafsir), serta
kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara
yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan
aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian
kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal
lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah
Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat
structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen
UUD 1945, dapat dijelaskan sebagai berikut : Undang-
Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan
sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian
kekuasaan (separation of power) kepada 6 lembaga negara
dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden,
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan
Mahkamah Konstitusi (MK).
1. MPR
– Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan
lembaga tinggi Negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD,
MA, MK, BPK.
– Menghilangkan supremasi kewenangannya.
– Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
– Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden
– Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
– Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari
anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan angota Dewan
Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui
pemilu.
2. DPR
– Posisi dan kewenangannya diperkuat.
– Mempunyai kekuasan membentuk UU
(sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR
hanya memberikan persetujuan saja) sementara
pemerintah berhak mengajukan RUU.
– Proses dan mekanisme membentuk UU
antara DPR dan Pemerintah.
– Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi
legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan
sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.
3. DPD
– Lembaga negara baru sebagai langkah
akomodasi bagi keterwakilan kepentingan daerah
dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah
ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan
yang diangkat sebagai anggota MPR.
– Keberadaanya dimaksudkan untuk
memperkuat kesatuan Negara Republik Indonesia.
– Dipilih secara langsung oleh masyarakat di
daerah melalui pemilu.
– Mempunyai kewenangan mengajukan dan
ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang
berkait dengan kepentingan daerah.
4. BPK
– Anggota BPK dipilih DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD.
– Berwenang mengawasi dan memeriksa
pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah
(APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat
penegak hukum.
– Berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi.
– Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi
pengawas internal departemen yang bersangkutan
ke dalam BPK.
5. Presiden
– Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan
memperbaiki tata cara pemilihan dan pemberhentian
presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem
pemerintahan presidensial.
– Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada
DPR.
– Membatasi masa jabatan presiden maksimum
menjadi dua periode saja.
– Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta
harus memperhatikan pertimbangan DPR.
– Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi
harus memperhatikan pertimbangan DPR.
– Syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden
dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh
rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan
presiden dalam masa jabatannya.
6. Mahkamah Agung
– Lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan
peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24
ayat (1)].
– Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peaturan perundang-undangan di bawah Undang-undang dan
wewenang lain yang diberikan Undang-undang.
– Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam
lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama,
lingkungan Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara (PTUN).
– Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan
dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-undang
seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-
lain.
7. Mahkamah Konstitusi
– Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga
kemurnian konstitusi (the guardian of the constitution).
– Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD,
Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara,
memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil
pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR
mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil
presiden menurut UUD.
– Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan
masing-masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah
dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan
perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif,
legislatif, dan eksekutif
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Setelah amandemen UUD 1945 banyak perubahan
terjadi, baik dalam struktur ketatanegaraan maupun
perundang-undangan di Indonesia.
2. Tata urutan perundang-undangan Indonesia adalah UUD
1945, UU/ Perpu, PP, Peraturan Presiden dan Perda.
3. Lembaga-lembaga Negara menurut sistem
ketatanegaraan Indonesia meliputi: MPR, Presiden, DPR,
DPD, MA, MK, BPK, dan Komisi Yudisial. Lembaga
pemerintahan yang bersifat khusus meliputi BI, Kejagung,
TNI, dan Polri.Lembaga khusus yang bersifat independen
misalnya KPU, KPK, Komnas HAM, dan lain-lain.
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai