Anda di halaman 1dari 85

Dasar Hukum

 Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan


adalah Undang-Undang
 No. 6 tahun 1983
 No. 9 tahun 1994
 No.16 tahun 2000
 No. 28 tahun 2007
 No. 16 tahun 2009
UU KUP
 Asas dan sistem perpajakan,
 Ketentuan umum,
 Tata cara perpajakan,
 Sanksi perpajakan.
Ketentuan Umum Perpajakan
Segala ketentuan umum formal dari pajak-pajak negara,
meliputi peristilahan, hak mendahului tagihan pajak,
daluwarsa penagihan pajak, perwakilan dan kuasa,
tanggung jawab pihak ketiga, pidana, ketentuan peralihan
dan ketentuan penutup.
Tata Cara Perpajakan
Berkaitan dengan tata cara (prosedur) yang berlaku bagi
Wajib Pajak dan aparat pajak dalam melaksanakan
kewajiban administrasi perpajakan, meliputi pendaftaran,
pelaporan, pembayaran, penagihan, keberatan dan
banding, pembukuan, pemeriksaan, penyidikan dan
kerahasiaan.
Sanksi Perpajakan
Diatur dalam berbagai pasal dan dibedakan menjadi
sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Wajib Pajak
Orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai
hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Badan
Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha
milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Pengusaha
Orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan
barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang
tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah
pabean.
Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai
pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai 1984 dan perubahannya.
Pekerjaan Bebas
Pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu
hubungan kerja.
Masa Pajak
Jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan
takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan
Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan.
Tahun Pajak
 Jangka waktu satu tahun takwim kecuali bila wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
takwim.
 Bagian tahun pajak
bagian dari jangka waktu satu tahun pajak.
Pajak Yang Terutang
Pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa
pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Kredit Pajak(PPN)
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan setelah dikurangi
dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau
setelah dikurangi dengan pajak yang telah
dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang
terutang.
Kredit Pajak (PPh)
Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah
dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan
Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan
tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang
dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri,
dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
Skema Pelunasan Pajak Penghasilan
PPh Terutang

Pelunasan Perhitungan
Tahun Berjalan A Pajak Akhir Tahun B

Pemotongan/
Angsuran Kredit Pajak
Pemungutan
Sendiri Luar Negeri
Pihak Lain
B ≥ A?
Pemotongan Restitusi
Ya
Pemungutan
Pelunasan Akhir
Tahun
Skema Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Masukan (A)
Dikreditkan

Pajak Keluaran (B)

B ≥ A?
Ya Tidak

Pelunasan Akhir Diperhitungkan


Restitusi
Masa Masa Berikutnya
Skema Kewajiban Wajib Pajak
Subjek Pajak Objek Pajak

Wajib Pajak

Pendaftaran Pembayaran Pelaporan

Pendaftaran Pembayaran
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai suatu
sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Fungsi NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak )
 Tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.
 Sarana dalam administrasi perpajakan
 Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan
 Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.
Format NPWP
Nomor Pokok

Kode kelompok
WP

00.000.456.4.541.000

Angka Pengecekan Kode KPP Kantor Cabang/


Pusat
Yang wajib memperoleh NPWP
 Setiap WP pribadi yang mempunyai penghasilan neto dalam
satu tahun di atas Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP)
 Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah
berdasarkan perjanjian pemisahan harta yang didasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
 Setiap badan usaha termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang
menjadi subjek pajak walalupun menderita kerugian
 Wajib pajak pemotong atau pemungut pajak
Yang tidak wajib memperoleh NPWP
 Setiap WP pribadi yang mempunyai penghasilan neto
dalam satu tahun di bawah penghasilan tidak kena pajak
(PTKP)
 WP pribadi yang memperoleh penghasilan semata-mata
hanya dari satu pemberi kerja dan telah dipotong pajak
penghasilan oleh pemberi kerja
Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)
 Nomor yang diberikan kepada pengusaha yang
memenuhi syarat sebagai pengusaha kena pajak (PKP).
 Format nomor sama dengan NPWP
Yang diwajibkan untuk memiliki NPPKP
 Pengusaha yang telah melakukan penyerahan barang
kena pajak lebih dari Rp240.000.000 setahun atau
pengusaha yang melakukan penyerahan jasa kena pajak
dengan nilai lebih dari Rp120.000.000
 Pengusaha yang melakukan kegiatan impor barang kena
pajak (importir)
Yang diwajibkan untuk memiliki NPPKP
 Pengusaha yang melakukan kegiatan ekspor barang kena
pajak (eksportir)
 Pedagang eceran besar, yaitu pedagang eceran yang
mempunyai omzet penjualan lebih dari Rp1.000.000.000
setahun
Jenis dokumen/persyaratan yang harus
dilampirkan pada permohonan NPWP
 Wajib pajak perseorangan
Fotokopi identitas seperti KTP/Kartu Keluarga/PASPOR
pemohon
Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) bagi Wajib Pajak
perseorangan yang mempunyai usaha
Surat kuasa khusus bermeterai apabila permohonan
ditandatangani oleh orang lain
Jenis dokumen/persyaratan yang harus
dilampirkan pada permohonan NPWP
Wajib pajak badan

Fc akte pendirian/akte perubahan dari notaris


Fc surat ijin usaha atau surat keterangan tempat usaha
Fc tanda bukti diri sebagai pengurus/KTP pengurus
Fc kartu NPWP pusat (bagi Wajib Pajak cabang)
Fc bukti adanya BUT, misalnya Surat Keterangan yang
dikeluarkan oleh Deperindag (Bagi WP BUT)
Surat kuasa khusus bermeterai apabila permohonan
ditandatangani oleh orang lain
Jenis dokumen/persyaratan yang harus
dilampirkan pada permohonan NPWP
 Wajib pajak bendaharawan
Fc tanda bukti diri KTP/SIM/PASPOR
Fc surat keputusan pengangkatan/ penunjukkan
bendaharawan
Penghapusan NPWP/NPPKP dan Tata Cara
Penghapusan NPWP/NPPKP
 WP pindah dari satu KPP ke KPP lain
 WP meninggal dunia
 WP wanita kawin dan tidak pisah harta
 Warisan telah selesai dibagi
 Badan dibubarkan
Pembayaran Pajak
 Membayar sendiri pajak yang terutang
PPh pasal 25 dan PPh pasal 29
 Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain
 Melalui pembayaran pajak di luar negeri
 Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau pihak
bendaharawan pemerintah
 Pembayaran pajak-pajak lainnya seperti PBB, BPHTB
dan Bea Meterai
 Pembayaran pajak menggunakan SSP atau SSP khusus
Skema Pelunasan Pajak Penghasilan
PPh Terutang

Pelunasan Perhitungan
Tahun Berjalan A Pajak Akhir Tahun B

Pemotongan/
Angsuran Kredit Pajak
Pemungutan
Sendiri Luar Negeri
Pihak Lain
B ≥ A?
Pemotongan Restitusi
Ya
Pemungutan
Pelunasan Akhir
Tahun
Skema Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Masukan (A)
Dikreditkan

Pajak Keluaran (B)

B ≥ A?
Ya Tidak

Pelunasan Akhir Diperhitungkan


Restitusi
Masa Masa Berikutnya
Pemotongan/Pemungutan
 PPh pasal 21
 PPh pasal 22
 PPh pasal 23
 PPh pasal 26
 PPh pasal 4 ayat (2)
 PPh pasal 15
 Pajak pertambahan nilai
 Pajak penjualan atas barang mewah
Pemotongan/Pemungutan Pajak
Pemotong Pihak Dipotong
Transaksi
/Pemungut /Dipungut
Kewajiban Keharusan
PPh Pasal
Memotong/ Dipotong/
21, 22, 23
Memungut Dipungut
Dan 26
Jumlah Jumlah
Dipotong/ Jumlahnya Sama Dipotong/
Dipungut Dipungut
Utang Pelunasan Tahun
Pajak Berjalan
Disetor ke Kas Dikreditkan pada
Negara/ Pajak terutang
Pelunasan Akhir tahun
Surat Pemberitahuan (SPT)
 Surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak
dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan
kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Fungsi SPT (PPh)
 Sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang
 Melaporkan pembayaran dan pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan atau
pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau
bagian tahun pajak
Fungsi SPT
 Melaporkan harta dan kewajiban
 Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut
tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang
pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak, yang
ditentukan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku
Fungsi SPT (PPN)
Sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas
barang mewah yang sebenarnya terutang

Melaporkan pengkreditan pajak keluaran

Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang


telah dilaksankan sendiri oleh PKP dan atau melalui
pihak lain dalam satu masal pajak, yang ditentukan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku
Macam SPT
 SPT Masa
- SPT Masa PPh
- SPT Masa PPN/PPnBM
 SPT Tahunan
SPT Masa PPh
 SPT masa PPh pasal 21 dan pasal 26
 SPT masa PPh pasal 22
 SPT masa PPh pasal 23 dan pasal 26
 SPT masa pajak penghasilan pasal 4 ayat (2)
 SPT masa pajak penghasilan pasal 15
 PPh pasal 25 (SSP)
SPT Masa PPN/PPnBM
 SPT masa PPN/PPnBM menggunakan form 1111 dan
1111DM
SPT Tahunan
 SPT tahunan WP perseorangan
form 1770 (WP orang pribadi)
form 1770 S (WP orang pribadi)
form 1770 SS (WP orang pribadi penghasilan <Rp60jt)
SPT Tahunan
 SPT tahunan WP badan
form 1771
form 1771$ (menggunakan mata uang dolar US)
Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan
No. Jenis SPT Batas Waktu Pembayaran Batas Waktu
Pelaporan
Masa
1. PPh Pasal 21/26 Tgl 10 bulan berikutnya 20 hari setelah
akhir masa pajak
2. PPh Pasal 23/26 Tgl 10 bulan berikutnya 20 hari setelah
akhir masa pajak
3. PPh Pasal 25 Tgl 15 bulan berikutnya 20 hari setelah
akhir masa pajak
4. PPh Pasal 22, PPN 1 hari setelah dipungut 7 hari setelah
& PPnBM oleh pembayaran
Bea Cukai
5. PPh Pasal 22 Pada hari yang sama saat Tgl 14 bulan
Bendaharawan penyerahan barang berikutnya
Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan
(Masa)
No. Jenis SPT Batas Waktu Pembayaran Batas Waktu
Pelaporan
6. PPh Pasal 22 Sebelum Delivery Order -
Pertamina dibayar
7. PPh Pasal 22 Tgl 10 bulan berikutnya 20 hari setelah
Pemungut tertentu akhir masa pajak
8. PPh Pasal 4 ayat (2) Tgl 10 bulan berikutnya 20 hari setelah
akhir masa pajak
9. PPN dan PPnBM Tgl 15 bulan berikutnya 20 hari setelah
PKP akhir masa pajak
10. PPN dan PPnBM Tgl 17 bulan berikutnya 20 hari setelah
Bendaharawan akhir masa pajak
11. PPN dan PPnBM Tgl 15 bulan berikutnya 20 hari setelah
Pemungut non akhir masa pajak
Bendaharawan
Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan
No. Jenis SPT Batas Waktu Pembayaran Batas Waktu Pelaporan
Tahunan
1. PPh WP Orang Tgl 25 bulan ketiga setelah Paling lama 3 bulan
Pribadi berakhirnya tahun atau setelah akhir tahun
bagian tahun pajak pajak atau bagian tahun
pajak
2. PPh WP Badan Tgl 25 bulan keempat Paling lama 4 bulan
setelah berakhirnya tahun setelah akhir tahun
atau bagian tahun pajak pajak atau bagian tahun
pajak
3. PBB Enam bulan sejak tanggal -
diterimanya SPPT
4. BPHTB Dilunasi pada saat
terjadingya perolehan hak
atas tanah dan bangunan
Pembetulan SPT
 Jika belum dilakukan tindakan pemeriksaan, yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar
 Jika sudah dilakukan tindakan pemeriksaan tapi belum
dilakukan tindakan penyidikan
 Jika jangka waktu pembetulan SPT sudah berakhir (lewat
5 tahun), Dirjen belum menerbitkan SKPKB
Surat Ketetapan Pajak
 SKPKB (surat ketetapan pajak kurang bayar)
 SKPKBT (surat ketetapan pajak kurang bayar
tambahan)
 SKPN (surat ketetapan pajak nihil)
 SKPLB (surat ketetapan pajak lebih bayar)
Batas waktu pembayaran ketetapan pajak
 Satu bulan sejak tanggal diterbitkan surat ketetapan
Kelebihan Pembayaran Pajak
 Jika setelah diadakan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak
menunjukkan jumlah selisih lebih (jumlah kredit pajak
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang) atau
telah dilakukan pembayaran yang tidak seharusnya
terutang.
 Wajib pajak berhak untuk meminta kembali kelebihan
pembayaran pajak, dengan catatan wajib pajak tersebut
tidak mempunyai utang pajak.
Pengembalian kelebihan pembayaran
pajak
 Wajib pajak harus mengajukan permohonan tertulis
kepada direktur jenderal pajak atau pejabat yang ditunjuk
 Setelah diperiksa oleh dirjen pajak, surat ketetapan harus
diterbitkan selambat-lambatnya 12 bulan sejak surat
permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu
ditetapkan lain oleh Dirjen Pajak
Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dilakukan setelah jangka waktu 1 (satu) bulan,
Pemerintah memberikan imbalan bunga 2% perbulan atas
keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak
Surat Tagihan Pajak (STP)
 Surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi
administrasi berupa bunga dan atau denda.
Penagihan seketika dan sekaligus
 Penagihan seketika artinya penagihan dilaksanakan
sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran dan tidak
mengikuti jadwal waktu penagihan
 Penagihan sekaligus artinya untuk seluruh jenis pajak
PPh, PPN dan PPnBM serta biaya penagihan
Surat Paksa
 Sarana penagihan pajak
 Diterbitkan karena jumlah pajak yang masih harus dibayar
berdasarkan STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan Putusan
Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah, yang tidak dibayar oleh penanggung pajak
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
Keberatan
 Apabila WP berpendapat bahwa jumlah pajak dan
pemotongan atau pemungutan tidak sebagaimana mestinya,
dapat mengajukan keberatan.
 Keberatan diajukan atas dasar:
SKPKB
SKPKBT
SKPLB
SKPN
Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Jadwal Waktu dan Tata Cara Pengajuan
 Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yang
terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut
atau jumlah rugi menurut perhitungan Wajib Pajak
dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
 Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau
pemungutan, kecuali apabila Wajib Pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat
dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
Jadwal Waktu dan Tata Cara Pengajuan
 Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan seperti
disebutkan di atas tidak dianggap sebagai Surat
Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
 Tanda Penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh
Dirjen Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda
pengiriman Surat Keberatan melalui pos tercatat menjadi
tanda bukti penerimaan Surat Keberatan tersebut bagi
kepentingan Wajib Pajak.
Jadwal Waktu dan Tata Cara Pengajuan
 Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan
pengajuan keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib
memberi keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi
dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, pemotongan
atau pemungutan pajak.
 Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban
membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
Banding
 Apabila WP masih belum puas dengan Surat Keputusan
Keberatan atas keberatan yang diajukannya, WP masih
dapat mengajukan banding kepada Badan Peradilan
Pajak.
Peninjauan Kembali (PK)
 Putusan peninjauan kembali adalah putusan Mahkamah
Agung atas permohonan peninjauan kembali yang
diajukan oleh WP atau oleh Dirjen Pajak terhadap
putusan banding atau putusan gugatan dari badan
peradilan pajak.
 Apabila WP masih belum puas dengan putusan banding,
WP masih memiliki hak mengajukan Peninjauan Kembali
kepada Mahkamah Agung. Permohonan ini hanya dapat
diajukan satu kali kepada MA melalui Pengadilan Pajak.
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Pembukuan adalah proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan
rugi-laba pada setiap Tahun Pajak berkahir.
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur
tentang peredaran bruto atau penjualan bruto dari
usahanya dan penerimaan penghasilan lainnya dari luar
usaha dengan tujuan untuk mempermudah pengisian Surat
Pemberitahuan, mempermudah penghitungan Penghasilan
Kena Pajak dan mempermudah penghitungan PPN/PPnBM.
Kewajiban Penyelenggaraan Pembukuan/
Pencatatan dan Pengecualiannya
 Yang diwajibkan menyelenggarakan pembukuan (Pasal 28
ayat(1)) adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan/usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak
badan di Indonesia
 Yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
Pembukuan atau Pencatatan adalah Wajib Pajak Orang
Pribadi yang tidak wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh,
seperti misalnya Wajib Pajak yang hanya menerima
penghasilan dari satu pemberi kerja.
PENELITIAN
 Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menilai kelengkapan pengisian Surat
Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk
penilaian tentang kebenaran penulisan dan
penghitungannya.
PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan
lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan peraturan perundang-undangan
perpajakan (Pasal 1 angka (24) UU No.16/2000).
Sasaran Pemeriksaan
 Interpretasi dari Undang-undang yang tidak benar
 Kesalahan hitung
 Penggelapan secara khusus dari penghasilan
 Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya
PENYIDIKAN
 Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik untuk mencari atau mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu dapat membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
Dasar Tindakan Penyidikan
 Jika ditemukan bukti setelah diadakannya pemeriksaan
adanya indikasi tindakan pidana dibidang perpajakan.
Penyidik Pajak
 Penyidik pajak adalah pegawai negeri sipil yang berada
dilingkungan Dirjen Pajak yang diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana perpajakan sebagaimana yang dimaksud dalam
UU No.8 tahun 1991 tentang Hukum Acara Pidana.
SANKSI PAJAK
 Sanksi Administrasi
Berupa bunga, denda administrasi , kenaikan 50% dan
100%.
 Sanksi Pidana
Denda pidana, pidana kurungan, pidana penjara
Sanksi Administrasi
No. Pasal Masalah Saksi
Denda
1. 7 ayat 1 SPT tidak disampaikan:
a. SPT Masa PPN Rp500.000
b. SPT Masa lainnya Rp100.000
c. SPT Tahunan PPh WP Badan Rp1.000.000
d. SPT Tahunan PPh WP OP Rp100.000
2. 8 ayat 3 Pembetulan sendiri dan belum disidik 150% dari jumlah pajak
yang kurang dibayar
3. 14 ayat 4 a. Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, 2% dari Dasar Pengenaan
tidak membuat faktur pajak Pajak
b. Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP,
tidak mengisi faktur pajak secara
lengkap
c. PKP melaporkan faktur pajak tidak
sesuai masa penerbitan faktur pajak
Sanksi Administrasi
No. Pasal Masalah Saksi
Denda
4. 14 ayat 5 PKP gagal berproduksi telah 2% dari Dasar Pengenaan Pajak
diberikan pengembalian pajak
masukan
5. 25 ayat 9 Keberatan ditolak atau dikabulkan 50% dari jumlah berdasarkan
sebagian keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan
6. 27 ayat 5d Permohonan banding ditolak atau 100% dari jumlah berdasarkan
dikabulkan sebagian putusan banding dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan
Sanksi Administrasi
No. Pasal Masalah Saksi
Bunga
1. 8 ayat 2 Pembetulan SPT tahunan 2% dari jumlah pajak yang kurang
dalam 2 tahun dibayar, dihitung sejak jatuh tempo
pembayaran s/d tanggal pembayaran
2. 8 ayat 2a Pembetulan SPT tahunan 2% dari jumlah pajak yang kurang
dalam 2 tahun dibayar, dihitung sejak jatuh tempo
pembayaran s/d tanggal pembayaran
3. 9 ayat 2a Keterlambatan 2% dari jumlah pajak yang terutang,
pembayaran pajak masa dihitung mulai tanggal jatuh tempo
pembayaran s/d tanggal pembayaran
4. 9 ayat 2b Keterlambatan 2% dari jumlah pajak yang terutang,
pembayaran pajak tahunan dihitung mulai berakhirnya batas waktu
penyampaian SPT Tahunan s/d tanggal
pembayaran
Sanksi Administrasi
No. Pasal Masalah Saksi
Bunga
5. 13 ayat 2 SKPKB karena pajak yang 2% per bulan dari jumlah pajak
terutang kurang atau tidak yang kurang dibayar, maksimal 24
dibayar, dan penerbitan NPWP bulan
dan pengukuhan PKP secara
jabatan
6. 13 ayat 5 SKPKB diterbitkan setelah lewat 48% dari jumlah pajak yang tidak
waktu 5 tahun karena adanya atau kurang dibayar
tindak pidana
7. 14 ayat 3 a. PPh tahunan berjalan 2% per bulan dari jumlah pajak
tidak/kurang dibayar tidak/ kurang dibayar, maksimal 24
b. SPT kurang bayar bulan
8. 15 ayat 4 SKPKBT diterbitkan setelah 48% dari jumlah pajak yang tidak
lewat waktu 5 tahun karena atau kurang dibayar
adanya tindak pidana
Sanksi Administrasi
No. Pasal Masalah Saksi
Bunga
9. 19 ayat 1 SKPKB/T, SK Pembetulan, SK 2% per bulan dari jumlah pajak
Keberatan, Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar,
yang menyebabkan kurang dihitung dari tanggal jatuh tempo
bayar terlambat dibayar s/d tanggal pelunasan atau
diterbitkannya Surat Tagihan Pajak
10. 19 ayat 2 Mengangsur atau menunda 2% per bulan dari jumlah pajak
pembayaran yang masih harus dibayar, dihitung
dari tanggal jatuh tempo s/d
tanggal diterbitkannya STP
11. 19 ayat 3 Kekurangan pajak akibat 2% per bulan dari kekurangan
penundaan SPT pembayaran pajak, dihitung dari
batas akhir penyampaian SPT s/d
tanggal dibayarnya kekurangan
tersebut
Sanksi Administrasi
No. Pasal Masalah Saksi
Kenaikan
1. 8 ayat 5 Pengungkapan ketidakbenaran 50% dari pajak yang kurang dibayar
pengisian SPT setelah lewat 2
tahun sebelum terbitnya SKP
2. 13 ayat 3 a. SKPKB karena SPT tidak 50% dari PPh yang tidak/kurang
disampaikan sebagaimana dibayar dalam setahun
disebut dalam surat teguran
b. PPN/PPnBM tidak 100% dari PPh yang tidak/kurang
seharusnya dikompensasi dipotong, tidak/kurang dipungut,
atau tidak seharusnya tidak/kurang disetor, dan
dikenai tarif 0% dipotong/ dipungut tetapi tidak
c. Kewajiban pembukuan dan atau kurang disetor, atau 100% dari
pemeriksaan tidak dipenuhi PPN dan PPnBM yang tidak/kurang
sehingga tidak dapat dibayar
diketahui besarnya pajak
yang terutang
Sanksi Administrasi
No. Pasal Masalah Saksi
Kenaikan
3. 13 A Tidak menyampaikan SPT atau 200% dari pajak yang kurang
menyampaikan SPT tetapi isinya dibayar yang ditetapkan melalui
tidak benar atau tidak lengkap, penerbitan SKPKB
atau melampirkan keterangan
yang isinya tidak benar, yang
dilakukan karena kealpaan
pertama kali
4. 15 ayat 2 Kekurangan pajak pada SKPKBT 100% dari jumlah kekurangan
pajak
5. 17C ayat 5 SKPKB yang terbit dilakukan 100% dari jumlah kekurangan
pengembalian pendahuluan pembayaran pajak
kelebihan pajak bagi WP dengan
kriteria tertentu
Sanksi Administrasi
No. Pasal Masalah Saksi
Kenaikan
6. 17D ayat SKPKB yang terbit setelah 100% dari jumlah kekurangan
5 dilakukan pengembalian pembayaran pajak
pendahuluan kelebihan pajak
bagi WP dengan persyaratan
tertentu
Sanksi Pidana
 Meliputi pasal-pasal:

Pasal Pasal
38 ayat 1 41A
39 ayat 1 41B
39 ayat 2 41C ayat 1
39 ayat 3 41C ayat 2
39A 41C ayat 3
41 ayat 1 41C ayat 4
41 ayat 2
Contoh Penghitungan
 Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar.
Pajak penghasilan pasal 25 bulan Juni 2015 setiap bulan
Rp100.000.000. Pajak penghasilan pasal 25 bulan Juni
2015 dibayar tepat waktu sebesar Rp40.000.000.
Atas kekurangan pembayaran tersebut diterbitkan Surat
Hitunga tagihan pajak pada tanggal 18 September 2015?
Jawaban
Kurang bayar 60.000.000
Bunga: 3 x 2% x Rp60.000.000 3.600.000
Jumlah yang harus dibayar 63.600.000
Contoh Penghitungan
 Hasil penelitian surat pemberitahuan.
SPT Tahunan PPh WP OP tahun 2015 yang disampaikan
tanggal 31 Maret 2016 setelah dilakukan penelitian
ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan pajak
kurang bayar sebesar Rp1.000.000. Atas kekurangan PPh
tersebut diterbitkan STP pada tanggal 12 Juni 2016.
Hitung STP yang diterbitkan?
Jawaban
Kurang bayar 1.000.000
Bunga: 3 x 2% x Rp1.000.000 60.000
Jumlah yang harus dibayar 1.060.000

Anda mungkin juga menyukai