Anda di halaman 1dari 74

Anti Fungi &

Anti Elmintik

Maria Goreti 1161050


Daniel Sianipar 1261050
Fitriani Tri Rahayu 1261050263
ANTI ELMINTIK
Cacing Parasit adalah cacing yang hidup sebagai parasit pada
organisme lain ( hewan dan manusia ).
Menyerap nutrisi tubuh yang ditumpangi sehingga menyebabkan
kelemahan.

• Cacing yang menginfeksi manusia : Kelompok Nematoda dan


Plathyhelminthes

Anti Elmintik
Obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing
dalam lumen usus atau dalam jaringan tubuh
Golongan Anti Elmintik

1. Golongan 6. Piperazin
Benzimidazoles 7. Pirazikuantel
2. Diethylcarbamazin
8. Pirantel Pamoat
3. Ivermectin
4. Metrifonat 9. Levamisol
5. Oxaminiquine 10. Doksisiklin
11. Niklosamid
Faktor Infeksi masuk ke dalam tubuh dan
• Makan – makanan yang terinfeksi bermigrasi, dapat hidup
• Makan – makanan yang tidak matang selama bertahun – tahun di
• Kebiasaan defekasi sembarangan
dalam tubuh manusia
• Menembus ke dalam kulit
• Hygienitas diri
INFEKSI CACING

ANTI ELMINTIK
Menghambat sintesis protein • Menempel dan menembus kulit
Memparalisis otot cacing • Menimbulkan kerusakan jaringan
Menghambat fosforilasi oksidatif
Meningkatkan aktivitas enzim proteolitik
ANTI FUNGI
Tujuan utama pengobatan adalah menghilangkan atau membunuh
Organisme yang patogen dan memulihkan kembali flora normal kulit
dengan cara memperbaiki ekologi kulit atau membran mukosa tempat
berkembang koloni jamur
Faktor penyebab :
Imun
Hygiene kurang Infeksi
Jamur

Infeksi Infeksi Griseofulvin


Jamur Jamur Mikonazol
sistemik topikal Klotrimazol
Nistatin
Amfoterisin B
Flustosin
Golongan Azol
(Itrakonazol, Flukonazol) Dermatofit Mukokutan
Dermatofit

Sekelompok jamur yang tumbuh di


lapisan kulit mati (keratin)

ANTI • Menempel dan menembus kulit


FUNGI Menghambat • Menyesuaikan diri terhadap temperatur di dlm
lingkungan jaringan hospes
• Tumbuh dan berkembang biak dan mengatasi
Berikatan dengan protein mikrotubular sistem pertahanan tubuh
dan menghambat mitosis sel jamur • Menimbulkan kerusakan jaringan
Jenis – jenis anti jamur

1. Anti Jamur Untuk 2. Anti Jamur Untuk Infeksi


Infeksi Sitemik Dermatofit Dan Mukokutan

a. Amfoterisin B a. Griseofulvin
b. Flusitosin b. Imidazol dan Triazol
c. Imidazol dan Triazol c. Tolnoflat dan Triazol
d. Ekinokandin d. Nistatin
e. Terbinafin e. Antijamur topikal
lainnya
Anti jamur untuk infeksi sistemik
1. Amfoterisin B

• Mekanisme kerja :
– Amfoterisin B berikatan kuat dengan
elgosterol yang terdapat pada membran sel
jamur
– Ikatan ini akan menyebabkan membran sel
bocor sehingga terjadi kehilangan beberapa
bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan
yang tetap pada sel
Amfoterisin B

• Farmakokinetik :
– Amfoterisin B sedikit sekali diserap melalui saluran
cerna.
– Suntikan yang dimulai dengan dosis 1,5 mg/hari lalu
ditingkatkan secara bertahap sampai dosis 0,4 – 0,6
mg/kgBB/hari akan memberikan kadar puncak antara
0,5 - 2µg/mL pada kadar mantap.
– Waktu paruh obat ini kira – kira 24 – 48 jam pada
dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua
dengan waktu paru kira – kira 15 hari sehingga kadar
mantapnya baru akan tercapai setelah beberapa
bulan pemakaian.
Amfoterisin B

– Kira – kira 95% obat beredar dalam plasma,


terikat pada lipoprotein.
– Eksresi obat ini melalui ginjal berlangsung
lambat sekali, hanya 3% dari jumlah yang
diberikan selama 24 jam sebelumnya
ditemukan dalam urin.
Amfoterisin B

• Indikasi :
– Sebagai fungisidal yang dapat digunakan hampir semua
infeksi jamur yang mengancam kehidupan.
– Obat ini sebagai terapi awal infesi jamur seperti
koksidioidomikosis, parakoksidioidomikosis, aspergilosis,
kromoblastomikosis dan kandidiosis.
– Amfoterisin B sebagai obat terpilih untuk blastomikosis.
– Selain itu untuk infeksi jamur seperti histoplasmosis,
kriptokokosis sistemik dan leismaniasis juga responsif
terhadap obat ini.
– Pasien dengan pengobatan amfetamisin B harus dirawat
di rumah sakit karena diperlukan pengawasan yang ketat.
Amfetarisin B

• Efek samping :
– Infus amfetarisin B sering menimbulkan kulit
panas, keringatan, sakit kepala, demam,
menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis,
kejang dan penurunan fungsi ginjal.
– Penurunan fungsi ginjal terjadi pada 80% pasien
yang diobati dengan amfoterisin B.
– Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering
dijumpai.
– Anemia normositik normokrom hampir selalu
ditemukan.
• Kontraindikasi :
– Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif
– Gangguan fungsi ginjal
– Ibu menyusui
– Pada pasien yang mengonsumsi obat
antineoplastik
• Interaksi obat :
– Bila amfoterisin B digunakan bersamaan
dengan obat Flusitosin maka terjadi
peningkatan kadar flusitosin sehingga
mengakibatkan depresi sumsum tulang.
Amfoterisin B

• Dosis :
– Amfoterisin B untuk injeksi tersedia dalam vial berisi 50 mg
bubuk liofilik. Dilarutkan dengan 10 mL akuades steril
untuk kemudian diencerkan dengan larutan dekstrose 5%
dalam air sehingga didapatkan kadar 0,1 mg/mL larutan.
– Pemberiannya dimulai dengan dosis kecil yang dilarutkan
dalam dekstrosa 5% dan ditingkatkan bertahap hingga 0,5
– 0,7 mg/kgBB.
– Secara umum, dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB cukup efektif
untuk berbagai infeksi jamur, pemberian dilakukan selama
6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3 – 4
bulan.
2. Flusitosin

• Mekanisme kerja :
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur
dengan bantuan sitosin deaminase dan
dalam sitoplasma akan bergabung
dengan RNA setelah mengalami
deaminasi menjadi 5-fluorourasil dan
fosforilasi.
• Farmakokinetik :
– Flusitosin diserap dengan cepat dan baik melalui
saluran cerna.
– Pemberian bersama makanan dan suspensi
aluminium hidroksida/magnesium hidroksia
dengan neomisin akan memperlambat
penyerapan.
– Kadar puncak dalam darah setelah pemberian
oral berkisar antara 70-80 µg/mL, akan dicapai 1- 2
jam setelah pemberian dosis sebesar 37,5 mg/kgBB.
• 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi
glomerulus dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar
antara 200-500 µg/mL.
• Masa paruh eliminasi obat ini pada orang normal 3-6 jam
dan sedikit memanjang pada bayi prematur tapi akan
memanjang sampai 200 jam pada pasien dengan
insufisiensi ginjal.
• Pada orang normal klirens ginjal dari flusitosin adalah
75% dari klirens kreatinin.
• Indikasi :
– Pemakaian tunggal hanya untuk infeksi Cryptococcus
neoformans, beberapa spesies candida dan infeksi
oleh kromoblastomikosis.
– Untuk infeksi lain, dikombinasikan dengan amfoterisin
B misalnya meningitis oleh Cryptococcus 100 – 150
mg/kgBB/hari flusitosin dikombinasikan dengan 0,3
mg/kgBB/hari amfoterisin B.
– Kombinasi ini merupakan obat terpilih untuk infeksi
dengan kromoblastomikosis dapat juga
dikombinasikan dengan itrakonazol.
• Efek samping :
– Pada pasien dengan kelainan hemotologik yang
dalam pengobatan radiasi atau obat yang menekan
fungsi sumsum tulang dapat menimbulkan anemia,
leukopenia dan trombositopenia.
– Mual, muntah, diare, enterokolitis yang hebat
– Kira – kira 5% pasien mengalami peningkatan enzim
SGOT dan SGPT serta hepatomegali dapat terjadi.
– Sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan
halusinasi.
• Dosis :
– Dosis yang dianjurkan antara 50 -150
mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 4 dosis.
– Dosis ini harus dikurangi pada pasien dengan
insufisiensi ginjal.
• Interaksi obat :
– Bila amfoterisin B digunakan bersamaan
dengan obat Flusitosin maka terjadi
peningkatan kadar flusitosin sehingga
mengakibatkan depresi sumsum tulang.
3. Imidazol dan Triazol

• Ketokonazol
• Itrakonazol
Ketokonazole

• Farmakokinetik :
– Absorbsi : cepat diserap dari
saluran pencernaan. – Metabolisme : sebagian
Konsentrasi plasma puncak dimetabolisme di hati menjadi
dicapai dalam waktu 1 – 2 beberapa metabolit tidak aktif
jam. Ketokonazole harus dengan oksidasi dan
dilarutkan dalam sekresi degradasi dari imidazol dan
lambung dan diubah menjadi cincin piperazine, oleh
bentuk garam hidroklorida oksidatif O- dealkylation, dan
untuk penyerapan (absorpsi) oleh hydroxylation aromatik.
pada lambung. – Eliminasi : eliminasi utama
– Distribusi : didistribusikan ke tampaknya eksreksi ke dalam
dalama urin, empedu, air liur, kotoran melalui empedu.
sebum, cerumen dan cairan
synovail.
• Indikasi : efektif untuk histoplasmosis paru, tulang,
sendi dan jaringan lemak. Ketokonazol tidak dianjurkan
untuk meningitis kriptokokus karena penetrasinya kurang
baik tapi obat ini efektif untuk kriptokokus nonmeningeal,
dan terbukti bermanfaat pula pada
parakoksidioidomikosis, beberapa bentuk
koksidiomikosis, dermatomikosis dan kandidiasis
(mukokutan, vaginal dan oral).
• Efek samping : • Kontraindikasi :
dispepsia, mual, nyeri Hipersensitivitas,
abdomen, diare, sakit penyakit hati akut /
kepala, peningkatan kronik. Pemberian
reversibeel enzim hati bersama dengan
pada serum, haid tidak terfenadin, astemizol,
teratur, pusing, sisaprid, triazolam.
parestesia, reaksi Hamil.
alergi,
trombositopenia,
peningkatan TIK;
ginekomastia.
• Interaksi obat : • Dosis :
• pemberian ketokonazol – Infeksi jamur pada kulit, GI
bersama dengan obat yang dan infeksi jamur sistemik :
menginduksi enzim Dewasa; 200 mg 1x/hari,
mikroosom hati (rifampisin, dapat ditingkatkan s/d
isoniazid, fenitoin) dapat 400mg/hari.
menurunkan kadar – Kandidiasis vaginal :
ketokonazol. Sebaliknya, 400mg/hari.
ketokonazol dapat – Anak >30kg = dosis
meningkatkan kadar obat dewasa, 15 – 30kg 100mg
yang dimetabolisme oleh 1x/hari, <15kg 20mg
3x/hari.
enzim CYP3A4 sitokrom
P450 (siklosporin, warfarin,
midazolam, indinavir)
ITRAKONAZOLE

• Aktivitas anti jamur nya lebih lebar sedangkan efek samping


yang ditimbulkan lebih kecil dibanding ketokonazol

• Itrakonazol diserap lebih sempurna melalui saluran cerna bila


diberikan bersama makanan.
• Obat ini berinteraksi dengan enzim-enzim mikrosom hati

INDIKASI
antara lain blastomikosis, histoplasmosis, koksidioidomikosis,
sariawan pada mulut dan tenggorokan serta tinea vesikolor
Sediaan

• Itrakonazol (Sporanox)
– Oral: kapsul 200 mg; Suspensi 10 mg/ml
– Parenteral: 10 mg/ml untuk infus IV
Kontraindikasi:
- Hipersensitiv terhadap itrakonazol atau golongan triazol lainya
- Pengobatan onchomycosis pada pasien yang memiliki disfungsi ventrikel
(spt : gagal jantung kongesti)
- Wanita hamil dan berencana hamil
- Menggunakan obat lain yang di metabolisme melalui enzim

Efek Samping : Interaksi Obat :


• Ruam kulit Rifampisin -> menurunkan kadar plasma
• Sakit kepala, pusing itrakonazol
• Sakit perut, mual, muntah
• Diare
• Peningkatan kerja enzim hati
4. Ekinokandin

• Mekanisme kerja :
– Obat ini menghambat enzim yang diperlukan
untuk sintesis dinding sel jamur yaitu
komponen 1,3-β-D-glukan.
– Hambatan tersebut menyebabkan kerusakan
integritas dinding sel jamur, instabilitas
osmotik dan kematian sel tersebut.
• Farmakokinetik :
– Ekinokandin tidak diserap secara oral, hanya tersedia
sebagai sediaan intravena.
– Ikatan protein > 97% tidak menembus sawar darah.
– Kaspofungin dimetabolisme secara lambat dengan cara
hidrolisis dan asetilasi.
– Mikafungin hanya dimetabolisme dalam jumlah kecil di
hati.
– Anidulafungin mengalami degradasi kimiawi lambat tetapi
tidak dimetabolisme di hati ataupun ginjal.
– Masa kerja kaspofungin, mikafungin dan anidulafungin
berturut – turut adalah 9-11 jam, 11-15 jam, dan 24-48 jam.
• Indikasi :
– Kaspofungin : infeksi kandida mukokutaneus
(esophagus dan orofaring), dan diseminata dan terapi
empiris febril neutropenia.
– Mikafungin : kandidiasis invasif dalam yaitu
kandidiasis esofagus, kandidiasis diseminata akut,
serta peritonitis dan abses karena kandida.
– Indikasi Anidulafungin sama dengan mikafungin
• Dosis :
– Dosis muat kaspofungin 70 mg sebagai dosis
tunggal disusul 50 mg sehari selama
diperlukan.
– Dosis untuk mikafungin 150mg/hari (rentang
100-200 mg/hari) selama 10 – 30 hari.
– Dosis anidulafungin untuk kandida
esophageal 100 mg hari pertama disusul 50
mg untuk 14 hari.
• Efek samping :
– Gangguan gastrointestinal, flebitis, reaksi
hipersensitivitas dan flushing
• Interaksi obat :
– Kombinasi kaspofungin dengan siklosporin
meningkatkan enzim hati, sebaiknya dihindari.
– Rifampisin dan induktor CYP 34A menurunkan sedikit
kadar kaspofungin.
– Peningkatan kadar nifedipin sebanyak 18% dan
sirolimus sebanyak 21% dilaporkan terjadi dalam
kombinasi dengan mikafungin yang merupakan
inhibitor lemah CYP 34A.
5. Terbinafin

• Farmakokinetik :
– Terbinafin diserap baik melalui saluran cerna,
tetapi biovabilitasnya menurun hingga 40%
karena mengalami metabolisme lintas pertama di
hati.
– Obat ini terikat dengan protein plasma lebih dari
99% terakumulasi di kulit, kuku dan jaringan
lemak.
– Waktu paruh awalnya adalah sekitar 12 jam dan
berkisar antara 200 – 400 jam bila telah
mencapai kadar mantap.
• Obat ini masih dapat ditemukan dalam
plasma hingga 4 – 8 jam setelah
pengobatan yang lama.
• Terbinafin di metabolisme di hati menjadi
metabolit yang tidak aktif dan dieksresikan
di urin.
• Efek samping:
– Gangguan saluran cerna, sakit kepala atau
rash.
– Hepatotoksisitas, netropenia berat, sindroma
steven johnson atau nekrolisis epidermal
toksik dapat terjadi namun sangat jarang.
• Kontraindikasi :
– Gangguan fungsi hati
– Gangguan fungsi ginjal
– Kehamilan
– Menyusui
– Psoriasis (beresiko bertambah buruk)
– Penyakit gangguan kekebalan tubuh (resiko
efek serupa Lupus erithematosus).
• Dosis :
– 250 mg per hari biasanya selama 2-6 minggu
untuk tinea pedis, 2-4 minggu untuk tinea kruris,
4 minggu pada tinea korporis, 6 minggu - sampai
3 bulan untuk infeksi kuku (kadang-kadang lebih
lama pada infeksi toenail).
– ANAK (tidak dianjurkan) biasanya selama 2
minggu, tinea kapitis, pada anak berusia di atas 1
tahun, berat badan 10-20 kg, 62,5 mg sekali
sehari; berat badan 20-40 kg, 125 mg sekali
sehari; berat badan lebih dari 40 kg, 250 mg
sekali sehari.
ANTI JAMUR UNTUK INFEKSI
DERMATOFIT DAN MUKOKUTAN
GRISEOVULFIN

• Efektif terhadap berbagai jenis jamur dermatofit seperti Trichophyton,


Epidermophyton dan Microsporum

• Obat ini kurang baik penyerapan nya pada saluran cerna bagian atas karena tidak
larut dalam air. Untuk meningkatkan absorpsi diberikan bersamaan dengan
makanan berlemak.

Griseofulvin di metabolisme di hati dan metabolit utamanya 6-metilgriseofulvin dengan


waktu paruh 24 jam.

Obat ini dihimpun dalam sel pembentukan keratin , lalu muncul bersama sek yang baru
berdiferensiasi, terikat kuat dengan keratin sehingga sel baru akan resisten terhadap
serangan jamur
Sediaan

• Griseovulfin
Oral : tablet 125 mg dan 500 mg
Dosis anak : 5 – 15 mg/kgBB/hari
Dosis dewasa 500 – 1000 mg/hari dalam dosis tunggal.
Dibagi dalam beberapa dosis
Efek Samping ;
• Reaksi hipersensitivitas
• Sakit kepala
• Ruam kulit
• fotosensitivitas
Kontraindikasi :
• Hipersensitivitas
• Wanita hamil &
menyusui
• SLE
Nistatin

• Mekanisme kerja :
– Nistatin hanya dapat diikat oleh jamur atau ragi yang
sensitif. Aktivitas antijamur tergantung dari adanya
ikatan dengan sterol pada membran sel jamur atau
ragi terutama sekali ergosterol. Akibat terbentuknya
ikatan antara sterol dengan antibiotik ini akan terjadi
perubahan permeabilitas memberan sel sehingga sel
akan kehilangan berbbagai molekul kecil. Candida
albicans hampir tidak memperlihatkan resistensi
terhadap nistatin, tetapi C. Troppicalis, C. guillermondi
dan C. Stellatiodes mulai resisten bahkan sekaligus
menjadi tidak sensitif terhadap amfoterisin B. namun
resistensi ini biasanya tidak terjadi in vivo.
• Indikasi : Nistatin terutama digunakan untuk infeksi
kandida di kulit, selaput lendir dan saluran cerna.
Paronikia, vaginitis dan kandidiasis oral dan saluran
cerna cukup diobati secara topikal. Kandidiasis di
mulut, esofagus dan lambung biasanya merupakan
komplikasi dari penyakit darah yang ganas terutama
pada pasien yang mendapat pengobatan
imunosupresif. Sebagian besar infeksi ini memberikan
respon yang baik terhadap nistatin. Kandidiasis
saluran cerna jarang ditemukan tetapi keadaan ini
dapat merupakan penyebab timbulnya nyeri perut dan
diare.
• Efek samping : mual, muntah dan diare ringan
mungkin didapatkan setelah pemakaian peroral.
Iritasi kulit maupun selaput lendir pada pemakaian
topikal belum pernah dilaporkan. Nistatin tidak
mempengaruhi bakteri, protozoa dan virus maka
pemberian nistatin dengan dosis tinggi tidak akan
menimbulkan superinfeksi.
• Kontraindikasi : pasien yang hipersensitif
terhadap Nistatin
• Interaksi obat :
• Dosis :
– Candidiasis oral, peroral,dewasa dan anak > 1 bulan,100.000 IU
setelah makan 4 x sehari biasanya untuk 7 hari; dilanjutkan
selama 48 jam setelah lesi/gangguan menghilang.
– Candidosis usus, esophagus, peroral, dewasa 500.000 IU
4x/hari; anak > 1 bulan 100.000 IU 4x/hari; dilanjutkan selama
48 jam setelah penyembuhan klinis.
– Candidiosis vaginalis, per vaginal, dewasa masukkan 1 – 2
ovula saat malam untuk paling sedikit 2 minggu.
– Dosis oral lebih dari 5.000.000 IU sehari dapat menyebabkan
mual dan gangguan gastrointestinal.
Klotrimazole
INDIKASI :
Mengobati infeksi jamur seperti Tinea pedis, kruris dan korporis yang disebabkan
oleh T.rubrum, T.mentagrophytes, E. Floccosum, dan M. Canis, C. Albicans dan
untuk Tinea Versikolor.

KONTRAINDIKASI :
Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif
pada clotrimazole atau obat golongan imidazole lainnya.

CARA KERJA :
Clotrimazole mengikat fosfolipid dalam membran sel dan menghambat biosintesis
ergosterol dan sterol lain yang diperlukan untuk produksi membran sel. Hal ini
menyebabkan kematian sel melalui hilangnya unsur intraseluler.
• Efek Samping Clotrimazole :
• Sensasi terbakar atau perih pada kulit.
• Kulit berubah menjadi kemerahan, dan terasa sakit saat disentuh.
• Kulit mengelupas.
• Pembengkakan.
• Iritasi.

• DOSIS :
Topikal : oleskan secukupnya 2 kali sehari
Anogenital candidosis : oleskan krim 1% pada area terinfeksi 2-3 kali
sehari.
Kandidosis vagina :
Krim vagina (10%) : krim 5 gram sekali pakai malam hari, ulangi sekali lagi
jika perlu.
Tablet vagina : 100 mg saat malam hari, selama 6 malam atau 200 mg
selama 3 malam, atau 500 mg satu kali pemakaian.
TOLNAFAT DAN TOLSIKLAT

• TOLNAFAT : suatu tiokarbamat yang efektif untuk


pengobatan sebagian besar dermatofitosis tapi tidak
efektif untuk kandida. Tersedia dalam bentuk
krim,gel,bubuk,cairan aerosol dengan kadar 1 %.
Digunakan 2-3kali sehari. Lesi interdigital oleh jamur
yang rentan dapat sembuh antara 7-21 hari.

• TOLSIKLAT : Anti jamur topikal yang diturunkan dari


tiokarbamat.Namun karen spektrumnya yang
sempit,antijamur ini tidak digunakan lagi.
ASAM BENZOAT DAN ASAM
SALISILAT

• Kombinasi dalam perbandingan 2:1


• As. Benzoat memberikan efek fungistatik
sedangkan asam salisilat memberikan efek
keratolitik.
• Salep ini digunakan digunakan untuk pengobatan
tinea pedis dan kadang – kadang untuk tine
kapitis.
• Dapat terjadi iritasi ringan pada tempat
pemakaian,juga ada keluhan kurang
menyenangkan dari para pemakaianya karena
salep ini berlemak
• Flukonazole berguna untuk mencegah relaps meningitis yang disebabkan oleh
Cryptococcus pada pasien AIDS setelah pengobatan amfoterisin B
• Untuk kandidiasis mulut dan tenggorokan pada pasien AIDS

• Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya
makanan atau keasaman lambung juga tersebar rata ke dalam cairan tubuh juga
dalam sputum dan saliva

Interaksi Obat:
Kadar plasma fenitoin dan sulfonilurea akan meningkat
Kadar plasma warfarin dan siklosporin akan menurun

Efek samping : Kontraindikasi :


• Sakit kepala, pusing -Hipersensitivitas
• Sakit perut, mual, muntah -Wanita hamil dan menyusui
• Diare
• Kerusakan hati
Sediaan

• Flukonazol
Oral: kapsul 100 - 400 mg/hari
Parenteral: 2 mg/ml untuk IV
Anti Elmintik
Pirantel Pamoat
• Dosis, Frekuensi,
• Indikasi Cara Pemberian
• Infeksi askariasis, • Dosis tunggal 10 mg/kgBB tanpa
ankilostomiasis, dipengaruhi makanan/minuman
enterobiasis, dan Dosis Umur (th) Frekuensi
N.americanus 2-6 1-2 tab
125 mg
6-12 2-3 tab
>12 3-4 tab
2-6 ½ - 1 kapl
250 mg
6-12 1- 1 ½ kapl
>12 1 ½ - 2 kapl
• Interaksi Obat
• Efek Samping &
Kontraindikasi • Berlawanan
dengan cara kerja
• Mengakibatkan gg.sal.cerna, demam ,
piperazin
dan sakit kepala, meningkatkan SGOT
shg perlu diperhatikan pada pasien dgn
penyakit hati

• Tidak dianjurkan pada ibu hamil dan


anak dibwh 2 th
METRONIDAZOLE
• Indikasi :
- Amubiasis, trikominiasis, dan infeksi bakteri anaerob
- Abses hati
- Profilaksis pasca bedah abdomen, infeksi pelvik dan pengobatan
endokarditis yang disebabkan oleh B. Fragilis
- Kolitis pseudomembranosa yang disebabkan oleh Clostridum difficile
- Ulkus Peptikum yang terinfeksi H.pylori

• Cara Kerja :
- Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa
sintetik yang mempunyai aktifitas bakterisid, amubisid
dan trikomonosid.
Efek Samping:
Sakit kepala, Mual, Mulut Kering , Muntah, Diare, Ataksia, Parastesia pada
Ektrimitas, Urtikaria, Pruritus, Disuria.

Kontra Indikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap metronidazole atau derivat nitroimidazol
lainnya ,pasien yang punya riwayat penyakit darah atau gangguan SSP , dan
kehamilan trimester pertama.

Interaksi Obat :
Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis antikoagulan
kumarin lainnya harus dikurangi.

Pemberian alkohol selama terapi dengan metronidazole dapat menimbulkan


gejala seperti pada disulfiram yaitu mual, muntah, sakit perut dan sakit kepala.

Dengan obat-obat yang menekan aktivitas enzim mikrosomal hati seperti


simetidina, akan memperpanjang waktu paruh metronidazole.
• Dosis :
1. Untuk Amobiasis,dosis oral untuk orang dewasa
3x750mg/hari selama 5 – 10 hari. Sedangkan
pada anak 35-50 mg/KgBB/hari terbagi dalam 3
dosis.
2. Trikomoniasis 3 kali 250 mg/hari selama 7-10
hari.
3. Giardiasis 3 x 250 mg/hari selama 5 hari
Albendazole
Indikasi :
Kecacingan. Infeksi tunggal atau campuran yang disebabkan oleh A.Lumbricoides,
T. Trichiura, Enterobolus Vermicularis, A.Duodenale, Taenia, Strongyloides
stercoralis,Necator Americanus.

Kontra Indikasi :
Wanita Hamil atau yang diduga hamil atau menyusui. Penderita sensitiv terhadap
albendazole dan golongan benzidazol lain.

Efek Samping :
Diare, sakit kepala, mual, muntah, pruritus, mulut kering, nyeri perut. Gangguan
pada liver, leukopeni, reaksi – reaksi alergik.
Cara Kerja : Berikatan dengan B-tubulin parasit sehingga menghambat polimerisasi
mikrotubulus dan memblok pengambilan glukosa oleh larva maupun cacing
dewasa,sehingga persediaan glikogen menurun dan pembentukan ATP berkurang
,akibatnya cacing akan mati

Interaksi Obat : Simetidin, prazikuantel, dan deksametason dilaporkan dapat


meningkatkan kadar plasma metabolit aktif Albendazole.

Dosis : 1. Dewasa & Usia > 2 tahun : 1 Tablet (400mg) dosis tunggal
2. Kasus cacing pita dosis 400 mg selama 3 hari berturut – turut
3. Pada usia subur (15-40 tahun); dianjurkan 7 hari setelah hari pertama
menstruasi
Levamisol
• INDIKASI
Pengobatan terhadap semua infeksi jenis cacing nematoda dan cestoda baik stadium larva
maupun dewasa.Untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi Ascaris dan
Trichostrongylus.

• KONTRA INDIKASI
Penggunaan levamisol harus dihindari pada pasien arthritis rematik, pasien gangguan
darah dan pasien yang menggunakan fluorourasil.

• EFEK SAMPING
Mual, muntah,diare, sakit kepala, reaksi hipersensitif, arthralgia, sakit otot, ruam kulit,
insomnia, gangguan hematologi seperti agranulositosis, leukopenia, trombositopenia,
gangguan saluran pencernaan termasuk rasa tidak enak di mulut

• INTERAKSI OBAT
Penggunaan levamisol dengan warfarin menyebabkan inhibisi metabolisme warfarin.
Peningkatan konsentrasi fenitoin jika digunakan bersamaan levamisol dan fluorourasil.
• Dosis
 Dosis lazim dewasa untuk ascariasis adalah
150mg, secara oral dalam dosis tunggal;
 Dosis untuk anak: 3 mg/kg sebagai dosis
tunggal.
Klotrimazole
INDIKASI :
Mengobati infeksi jamur seperti Tinea pedis, kruris dan korporis yang disebabkan
oleh T.rubrum, T.mentagrophytes, E. Floccosum, dan M. Canis, C. Albicans dan
untuk Tinea Versikolor.

KONTRAINDIKASI :
Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif
pada clotrimazole atau obat golongan imidazole lainnya.

CARA KERJA :
Clotrimazole mengikat fosfolipid dalam membran sel dan menghambat biosintesis
ergosterol dan sterol lain yang diperlukan untuk produksi membran sel. Hal ini
menyebabkan kematian sel melalui hilangnya unsur intraseluler.
• Efek Samping Clotrimazole :
• Sensasi terbakar atau perih pada kulit.
• Kulit berubah menjadi kemerahan, dan terasa sakit saat disentuh.
• Kulit mengelupas.
• Pembengkakan.
• Iritasi.

• DOSIS :
Topikal : oleskan secukupnya 2 kali sehari
Anogenital candidosis : oleskan krim 1% pada area terinfeksi 2-3 kali
sehari.
Kandidosis vagina :
Krim vagina (10%) : krim 5 gram sekali pakai malam hari, ulangi sekali lagi
jika perlu.
Tablet vagina : 100 mg saat malam hari, selama 6 malam atau 200 mg
selama 3 malam, atau 500 mg satu kali pemakaian.
Piperazine

• Farmakokinetik :
• penyerapan piperazin melalui saluran cerna, baik.
Kadar puncak plasma dicapai dalam 2 – 4 jam.
Eksresi melalui urin sela 2 – 6 jam sebagian besar
obat dieksresi dalam bentuk utuh. Tidak ada
perbedaanyang berarti antara garam sitrat, fosfat,
dadn adipat dalam kecepatan eksresinya melalui urin.
Tetapi ditemukan variasi yang besar pada kecepatan
eksresi antar individu. Yang dieksresi lewat urin
sebanyak 20 % dalam bentuk utuh. Obat yang diesresi
lewat urin ini berlangsung selama 24 jam.
• Indikasi : pengobatan infeksi ascaris l dan
entrobius vermiularis.
• Efek samping : mual, muntah, diare, nyeri
perut, sakit kepala, pusing dan alergi. Pada
overdosis timbul gatal – gatal, kesemutan
dan gejala neurotksis.
• Kontraindikasi : pasien hipersensitif atau
dengan penyakit neurologi terutama pasien
epilepsi.
• Interaksi obat :
• Dosis :
– Dewasa : dosis tunggal 75mg/kg piperazin
hexahydrate (max 3,5gr)
– Anak – anak : 50 mg/kg piperazin hexahidrat
(max 2,5 gr)
Daftar Pustaka

• Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen


Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 2007
• Buku Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 50-Tahun
2016
• Farmakologi, Dr. Med. Abraham Simatupang, dr., Mkes.

Anda mungkin juga menyukai