Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Reading

Comparison of short-term clinical and


electrophysiological outcomes of
local steroid injection and surgical
decompression in the treatment of
carpal tunnel syndrome

Pembimbing :
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S,M.Sc

Disusun Oleh :
Khansa Firhati
H2A013022P
FK UNIMUS
PENDAHULUAN

Carpal Tunnel penekanan (entrapment) nervus medianus


Syndrome (CTS) di terowongan karpal (carpal tunnel)

Nyeri, parestesia dan Perawatan CTS bertujuan untuk


kelemahan otot tangan meringankan tekanan pada saraf median

CTS ringan – sedang : Injeksi steroid lokal


CTS sedang - berat : dekompresi bedah
METODOLOGI
Penelitian ekperimental

Kriteria inklusi penelitian ini pasien rawat jalan , pasien rehabilitasi medik,
pasien bedah saraf yang secara elektrofisiologi di diagnosis CTS berat.

Penderita penyakit sistemik seperti inflamasi rheumatoid penyakit, diabetes


mellitus, hipotiroidisme dan riwayat operasi CTS atau lesi saraf perifer
lengan bawah dikeluarkan dari penelitian.

Pasien dibagi menjadi dua kelompok. Grup 1 diberikan injeksi steroid lokal
dan kelompok 2 menjalani operasi dekompresi.
Pemantauan semua pasien yang termasuk dalam penelitian ini
didasarkan pada pemeriksaan klinis dan elektrofisiologi. Pemantauan
menggunakan Boston Questionnaire sebelum dan satu bulan setelah
perawatan untuk evaluasi parameter. Pemeriksaan elektrofisiologi
bilateral dilakukan sebelum dan satu bulan setelah perawatan di
laboratorium elektromiografi (EMG).

Boston Questionaire Ini terdiri dari dua


bagian yaitu Boston Symptom Severity
Scale (BSS) dan item Fungsional Status
scale (FSS). BSS terdiri 11 dan FSS 8
bagian. Setiap bagian berisi lima
pertanyaan; setiap respon dinilai dari 1
sampai 5 poin. Skor rata-rata dihitung
secara terpisah untuk BSS dan FSS skor
ahir diperoleh dengan membagi total skor
dengan jumlah pertanyaan.
Analisi elektrofsiologi : Selama studi konduksi
saraf untuk diagnostik dan tindak lanjut parameter
CTS, distal latency motorik saraf medianus,
Kecepatan konduksi motorik saraf medianus ,
amplitudo potensial aksi otot
sarafmedianus(CMAP) di tingkat pergelangan
tangan, amplitudo kecepatan konduksi sensorik
saraf median diatas segmen pergelangan tangan
digit kedua, dan di ukur Potensi amplitudo sensoris
saraf median segmen pergelangan tangan.

Steroid Injection: pasien posisi duduk, lengan yang


terkena ditempatkan di atas meja dengan pergelangan
tangannya ekstensi. Gunakan jarum ukuran 22G,
lakukan aspirasi terebih dahulu jika tidak ada darah,
tusukan jarum dengan sudut 60 derajat ke permukaan
kulit pergelangan tangan tusukan antara tendon palmaris
longus dan fleksor karpi radialis, diarahkan dari proksimal
kearah distal garis pergelangan tangan dan kemudian
masukan 1 ml betametason fosfat (2 mg) / betametason
dipropionat (5 mg) (Diprospan®, Eczacibasi, Turki)
disuntikkan ke dalam terowongan karpal.
• Dekompresi Bedah: posisikan tangan pasien supinasi,
kemudian lakukan anastesi lokal secara infiltasi dengan
jetocain 6cc (lidocaine HCl, 20 mg / mL; epinefrin HCl,
0,0125 mg / mL)
• buat Insisi kulit +- 2,5 cm. Melalui sayatan ini, bebaskan
aponeurosis palmar dan jaringan lemak subkutan
dengan diseksi tajam dan ujung distal Ligamen
melintang dibebaskan. Lalu ligamen dipotong
longitudinal dari distal ke proksimal hingga saraf median
terlihat(Gambar 2). Setelah hemostasis, Lapisan
subkutan ditutup dengan benang 4/0 Vicryl (polyglactin
910) dan kulit dengan jahitan benang prolene 4/0.
Durasi rata-rata operasi adalah 18 menit dan
Kehilangan darah kurang dari 5 cc. ganti balut luka
dilakukan setiap hari dan setelah 10 hari jahitan baru
dibuka.
• Data dianalisis dengan menggunakan SPSS v.20 data kuantitatif
diperiksa menggunakan tes Shapiro-Wilk. Yates 'chi-kuadrat dan tes
Fisher Exact, Tes t-Mann-Whitney U dan t-test digunakan untuk
mengungkapkan apakah ada perbedaan yang signifikan dalam
variabel numerik dalam kelompok.
• Tes Sampel T dan Wilcoxon digunakan untuk mengungkapkan
apakah ada perbedaan signifikan secara statistik dalam perubahan
variabel numerik dalam kelompok. Hasilnya untuk semua item
dinyatakan sebagai mean ± SD, dinilai dalam ketergantungan 95%
dan pada tingkat signifikansi p <0,05.
HASIL
P < 0.05
P < 0.05
DISKUSI
Penelitian ini bertujuaan untuk membandingkan
keefektifan antara injeksi steroid lokal dengan dekompresi
bedah pada pengobatan CTS berat.

Penelitian Gelbermen dkk., Gurcay dkk. dan Yagcı


et al. menunjukan keefektifan pengobatan suntikan
kortikosteroid lokal pada pasien dengan CTS yang memiliki
gejala ringan sampai sedang.
Dammer et al menyatakan bahwa • Girlanda et al menyatakan
efektivitas suntikan steroid Terapkan dosis tunggal
menurun pada tahun pertama, suntikan steroid lokal pada 48
tetapi mereka merekomendasikan pasien dan melaporkan
agar terapi injeksi steroid perbaikan signifikan pada
seharusnya dilakukan sebagai 93,7% dari pasien. Namun, di
alternatif pengobatan sebelum antara mereka, gejala telah
operasi. kambuh lagi 8 pasien pada
tahun pertama, sedangkan
pada 79% pasien bergejala
Regresi berlanjut pada akhir
tahun pertama.
• Penulis menunjukkan suntikan steroid
lokal telah memberikan perbaikan gejala
yang lebih baik dalam jangka pendek,
sementara itu sama efektifnya dengan
dekompresi bedah pada tahun pertama
pengobatan.
KESIMPULAN
• Dalam pengobatan CTS berat, injeksi steroid
dan bedah dekompresi mencapai perbaikan
yang menguntungkan secara klinis dan
parameter elektrofisiologis dalam jangka pendek
tanpa keunggulan satu perlakuan dari yang lain.
Karena itu, pada pasien yang tidak dapat
dilakukan dekompresi bedah, dapat di
rekomendasiakn injeksi steroid lokal sebagai
pengobatan kurang invasif.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai