Hello!
Let we introduce ourself
M. Farold Aryasatya
and
Nada Oktaviani Hestiawan
3
Dalam Basel II mencakup tiga konsep yang dikenal Tiga Pilar, yakni:
⊸ Pilar 1 – Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (Minimum Capital
Requirement).Dalam pilar ini, Bank diminta untuk mengkalkulasi modal
minimum untuk risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional.
⊸ Pilar 2 – Tinjauan Berdasar Regulasi (Regulatory Overview). Pilar 2 fokus
terhadap berbagai persyaratan modal diatas tingkat minimum yang
dihitung pada Pilar 1, dan tindakan awal yang perlu dilakukan untuk
menghadapi emerging risk.
9 Pengukuran Resiko Kredit Berdasarkan Banking for
International Settlement (BIS)
Studi Kasus
Kasus kredit macet yang dilakukan oleh salah satu nasabah Bank
Danamon unit cabang kalangbret, tulungagung, jawa timur. Nasabah atas
nama Titin setyani yang beralamatkan di desa Tambaksari, tulungagung.
Nasabah ini mengajukan kredit pada bank danamon sebesar 15 juta tanpa
jaminan dengan angsuran Rp 880.000/bulan dalam jangka waktu 24 bulan atau
2 tahun.
Pinjaman ini digunakan untuk modal usaha pengembangan usaha
konveksinya. Pada angsuran pertama sampai angsuran ke 8 lancar dan dapat
dipenuhi, tetapi pada angsuran berikutnya usahanya mengalami
kebangkrutan dengan alasan banyak pelanggan yang berhutang padanya dan
tidak membayar hutangnya pada bu Tintin ini. Disini ada kesalahan dalam
pengaturan menajemen keuangan dalam usaha yang dilakukan oleh bu Titin
ini.
Dikarenakan nasabah ini yang pada akhirnya menunggak ansuran
setelahnya, pada bulan ke 4 tunggakan, dari pihak Bank mendatangi nasabah
tersebut dan mencoba mencari jalan keluar yang bisa di tempuh kedua pihak.
13
Studi Kasus
Dari pihak Bank menawarkan pembayaran kekurangan tunggakan
tersebut dengan cara memperpanjang tenggang waktu pembaaran dengan
pengurangan nominal angsuran yang harus di bayar setiap bulannya, yakni
sebesar Rp 650.000/ bulan hingga kurangan tunggakan tersebut terpenuhi.
Tetapi kenyataannya karena si nasabah tersebut terbelit hutang
dimana- mana, sehingga angsuran tersebut tidak terpenuhi juga dan hingga
akhirnya nasabah ini pergi keluar kota dengan alasan kerja di loar kota guna
membayar hutang- hutang nya.
Yang disayangkan dari pihak bank tersebut tidak meminta jaminan
ketika memberikan kredit pada si nasabah ini. Sehingga, tidak ada barang
digunakan oleh pihak bank untuk pelunasan dari kredit yang diberikan pada
nasabah.
14
Analisis kasus
Dari kasus diatas dapat dikatakan sebagai kredit macet, karena
menurut pendapatSuparmono (1997), Kredit macet adalah suatu keadaan
dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat
pada waktunya.
Keadaan di atas dalam hukum perdata disebut ingkar janji atau wanprestasi.
Wanprestasi seorang debitur dapat berupa :
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
b. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang
dijanjikan.
c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Jika dihubungkan dengan kredit macet ada 3 poin yang berkenaan dengan
wanprestasi di atas:
a. Debitur sama sekali tidak bisa membayar angsuran kredit.
b. Debitur membayar sebagian saja angsuran kredit.
c. Debitur membayar lunas setelah jangka waktu diperjanjikan berakhir
(terlambat).
15
Analisis kasus
Kaitannya dengan mengambil resiko sekecil mungkin dalam hal
pemberian kredit tersebut sudah termaktub sebelumnya dalam keputusan
Bank Indonesia dalam surat Direksi Bank Indonesia Nomor 27/127/KEP/DIR
tanggal 31 Maret 1995 tentang kewajiban penyusunan dan Pelaksanaan
Perkreditan Bank bagi bank umum, yang kemudian disebarluaskan melalui
Surat Edaran Bnak Indonesia Nomor 27/7/UPPB tanggal 31 Maret 1995
perihal Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Bank
Umum. Dalam ketentuan ini disebutkan setiap Bank Umum harus dan wajib
memiliki Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) secara tertulis dan disetujui oleh
dewan komisaris bank, yang minimal harus mencakup beberapa aspek yang
telah ditentukan dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan
Bank (PPKPB). Yang meliputi:
⊸ 1) Prinsip kehati- hatian dalam perkreditan
⊸ 2) Organisasi dan manajemen perkreditan
⊸ 3) Kebijakan persetujuan kredit
⊸ 4) Dokumentasi dan administrasi kredit
⊸ 5) Pengawasan kredit
⊸ 6) Penyelesaian kredit bermasalah
16
Analisis kasus
Aspek yang hilang dari kasus diatas adalah kurangnya penerapan
aspek prinsip kehati- hatian dalam pemberian kredit pada nasabah. Tidak
adanya agunan atau jaminan yang disyaratkan dalam pengajuan kredit inilah
yang menjadi titik lemah dari bank dalam memberikan perkreditan.
Dalam pemenuhan dan penerapan KPB inilah yang kurang
dioptimalkan oleh pihak bank dalam kasus ini. Atau mungkin saja ada
aturannya namun dalam penerapannya yang kurang optimal, sehingga
menimbulkan resiko kredit macet oleh nasabah sebagai Debitur.
Adapun tujuan dari KPB ini adalah mengoptimalkan pendapatan
dan menngendalikan risiko bank dengan cara menerapkan asas- asas
perkreditan yang sehat. Selain itu, dengan penerapan dan pelaksanaan KPB
secara konsekuen dan konsisten, diharapkan bank dapat terhindar dari
kemungkinan penyalahgunaan wewenang oleh pihak- pihak yang tidak
bertanggung jawab dalam pemberian kredit.
17
Any
questions ?
18
Thanks!
You can find us at @nadaaswaja & @afrold007