Anda di halaman 1dari 26

STERILISASI

KELOMPOK 3

Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan suatu benda dari semua, baik bentuk
vegetatif maupun bentuk spora. Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang
mikrobiologi untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk
mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk
menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan di dalam
bidangbidang lain pun sterilisasi ini juga penting. Steralisasi juga dikatakan sebagai
tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman apatogen beserta spora yang
terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom,
menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia.
CARA STERILISASI
◉ Mekanik
◉ Kimiawi
◉ Fisika

Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang disterilisasi


JENIS STERILISASI

Panas Kering Panas Basah


Cara ini untuk membunuh Panas basah adalah pemansan
mikroba hanya memakai udara menggunakan air atau uap air. Uap air
panas kering yang tinggi adalah media penyalur panas yang
terbaik dan terkuat daya penetrasinya.

Chemical
Sterilisasi dengan
cara kimia antara
lain dengan
disenfektan

Filtrasi Radiasi
Penyaringan dilakukan dengan Sterilisasi menggunakan radiasi
mengalirka larutan melalui suatu digunakan karena radiasi seperti x-ray,
alat penyaringan yang memiliki sinar gamma atau radiasi UV dapat
pori – pori cukup kecil mempengaruhi struktur DNA
PANAS KERING
Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara panas kering yang tinggi.
Sterilisasi panas kering dibedakan atas:
a) Panas membara, dengan jalan menaruh benda yang akan di sterilkan dalam nyala
api bunsen sampai merah membara. Alat yang disterilkan yaitu sengkelit, jarum,
ujung pinset dan ujung gunting.
b) b) Melidah – apikan, dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun tidak
sampai menyala terbakar. Alat yang disterilkan yaitu scalpel, kaca benda, mulut
tabung dan mulut botol.
c) c) Udara kering, oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini terbuat dari
kotak logam, udara yang terddapat di dalamnya mendapat udara panas melalui
panas dari nyala listrik. Alat yang disterilkan yaitu tabung reaksi, cawan petri, pipet,
scalpel dari logam, gunting dan botol. Pemanasan satu jam dengann temperatur
160 oC dianggap cukup.
PANAS BASAH
Panas basah adalah pemansan menggunakan air atau uap air. Uap air adalah media
penyalur panas yang terbaik dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah mematikan
mikroba. Oleh karena koagulasi dan denaturasi enzim dan protein protoplasma
mikroba. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu
121°C. Sterilisasi panas basah dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu:
a) Panas basah < 100°C (Pasteurisasi); Pasteurisasi yaitu pemanasan pada suhu 60°C
selama 30 menit. Pasteurisasi tidak dapat membunuh spora atau dipanaskan 5
pada suhu 71,6 – 80°C selama 15 – 30 detik kemudian cepat – cepat didinginkan
b) Panas basah pada suhu 100°C; Di sini menggunakan air mendidih (suhu 100°C)
selama 10 menit. Untuk mematikan bentuk spora dilakukan pemansan 3 hari
berturut – turut selama 15 – 45 menit sehingga spora yang tidak mati pada
pemanasan pertama akan beruah menjadi bentuk vegetatif pada hari kedua steleh
inkubasi pada suhu 37°C begituu pula spora yang tidak mati pada hari kedua, akan
berubah menjadi bentuk vegetatif pada hari ketiga.
c) Panas basah > 100°C; Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril, sehingga
biasa dipergunakan di rumah sakit dan laboratorium besar. Cara ini menggunakan
tangki yang diisi dengan uap air yang disebut autoclave. Alat yang disterilkan
adalah alat dari kaca, kain kasa, media pembenihan, cairan injeksi, dan bahan
makanan.
FILTRASI
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan larutan melalui suatu alat
penyaringan yang memiliki pori – pori cukup kecil. Untuk menahan
mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan yang umum digunakan
tidak dapat menyaring virus. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan
cairan yang tidak tahan terhadap pemanasan dengan suhu tinggi seperti :
serum, larutan yang mengandung enzim, toksin kuman, ekstrak sel, antibiotik
dan asam amino.
RADIASI
Radiasi / Penyinaran Sterilisasi menggunakan radiasi digunakan karena
radiasi seperti X-ray, sinar gamma atau radiasi UV dapat mempengaruhi
struktur DNA. Sterilisasi Radiasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Non-
Ionizing Sterilization dan Ionizing Sterilization, yang dapat sedikit dijelaskan
seperti berikut:
a) Non-Ionizing sterilization adalah suatu proses sterilisasi radiasi yang tidak
mengubah struktur atom, molekul atau zat menjadi ion yang biasanya
akan menghilangkan satu atau lebih elektron dari struktur tersebut.
b) Ionizing Sterilization merupakan lawan dari Non-Ionizing, yaitu sterilisasi
radiasi yang mengubah struktur atom, molekul atau zat menjadi ion.
Penggunaan X-ray dan sinar Gamma merupakan termasuk dari jenis ini.
CHEMICAL
Sterilisasi dengan cara kimia antara lain dengan disenfektan. Daya kerja
antimikroba disenfektan ditentukan oleh konsenntrasi, waktu dan suhu.
Beberapa contoh desinfektan yang digunakan antara lain desinfektan
lingkungan misalnya:
a) Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alkohol.
b) Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa fenol lain
c) Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon yodium
dan etil alkohol 70%.
Faktor yang Mempengaruhi Resistensi
Mikroorganisme terhadap Panas
Resistensi mikroorganisme terhadap panas bervariasi tergantung dari
spesiesnya. Perbedaan ini dikenal dengan konsep thermal dead point (TDP),
yaitu temperatur terendah dimana seluruh mikroorganisme pada suspensi
cair akan mati dalam jangka waktu 10 menit. Faktor lain yang perlu
diperhatikan juga pada sterilisasi panas adalah thermal dead time (TDT), yaitu
waktu minimal yang diperlukan oleh seluruh bakteri pada kultur cair untuk
mati pada temperatur tertentu. Konsep lain yang berhubungan dengan
resistensi bakteri terhadap panas adalah decimal reduction time (DRT) atau
nilai D (D value), yaitu waktu (menit) dimana 90% populasi mikroorganisme
pada temperatur tertentu yang dicobakan akan terbunuh. DRT berguna pada
industri pengalengan makanan
Ketahanan Mikroorganisme terhadap Panas
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah
temperatur. Setiap organisme memiliki suhu optimum pertumbuhan, waktu
regenerasi akan meningkat pada setiap kenaikan atau penurunan suhu dari
suhu optimum. Kontrol suhu merupakan salah satu metode pengawetan
makanan yang paling utama dalam penghambatan mikroba. Berdasarkan
suhu optimum pertumbuhannya mikroorganisme dibedakan menjadi:
a) Psikrotropik: suhu optimum 14-20oC, tetapi dapat tumbuh lambat pada
suhu refrigerator (4oC). Kelompok mikroorganisme ini yang penting pada
ma-kanan kaleng adalah Clostridium botulinum tipe E dan strain non-
proteolitik tipe B dan F.
b) Mesofilik: suhu optimum 30-37oC. Suhu ini merupakan suhu normal
gudang. Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh
mikroorganisme kelompok ini.
c) Termofilik: suhu optimum kebanyakan termofilik pada suhu 45-60oC. Jika
spora bakteri tidak dapat bergerminasi dan tidak tumbuh di bawah suhu
50oC, bakteri tersebut disebut obligat termofil. Jika tumbuh pada kisaran
suhu 50-66oC atau pada suhu yang lebih rendah (38oC), bakteri ini disebut
fakultatif termofilik. Bakteri termofilik tidak memproduksi toksin selama
pertumbuhannya pada makanan. Contoh bakteri dari kelompok ini adalah
Bacillus stearother-mophilus.
d) Hyperthermofilik : Mikroba thermofil yang dapat tumbuh pada suhu diatas
80 oC.
Pada umumnya semakin tinggi suhu pertumbuhan bakteri, resistensi
terhadap pemanasan semakin tinggi. Dengan demikian bakteri thermofil
lebih resisten terhadap pemanasan daripada bakteri mesofil. Pemanasan
yang digunakan untuk membunuh spora mesofil mungkin saja tidak cukup
untuk mencegah terjadinya kebusukan oleh spora thermofil, kecuali jika
makanan tersebut disimpan pada suhu di bawah thermofil. Untuk produk-
produk makanan, seperti kacang polong, jagung, makanan bayi dan daging
yang beresiko busuk karena thermofil, para pengolah makanan harus ekstra
hati-hati dalam mencegah terjadinya kebusukan karena germinasi dan
pertumbuhan spora thermofil. Bahan-bahan yang digunakan seperti gula,
tepung dan rempah-rempah harus terbebas dari spora thermofil.
Mekanisme Ketahanan Mikroorganisme terhadap Panas
Terbentuknya Hapanoid Terbentuknya spora Terbentuknya Heat-
Hopanoid berfungsi Ketahanan beberapa jenis shock Protein (Hsp)
sebagai penstabil bakteri pada suhu tinggi Hsp merupakan jenis
membran sel bakteri yang karena mampu promotor yang tahan
memiliki ciri struktural membentuk spora terhadap perubahan suhu
yang mirip dengan sterol (endospora). lingkungan yang ekstrim).
yang terdapat pada Heat-shock protein,
membran sel eukariotik . termasuk chaperon dan
Hopanoid terlibat dalam enzim protease, dapat
mekanisme adaptasi mencegah denaturasi
membran akibat pengaruh protein.
lingkungan
KINETIKA STERILISASI

Kinetika Pertumbuhan Mikroba


Kinetika pertumbuhan mikroba digunakan untuk menggambarkan
sifat-sifat pertumbuhan mikroorganisme. Sifat pertumbuhan mikroba
dapat digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan populasi
mikroba yang ditumbuhkan dalam batch culture atau continuous
culture.
Kinetika Pertumbuhan Mikroba dalam Batch Culture

Penumbuhan mikroba dalam


sistem batch culture merupakan
sistem kultur tertutup
(menggunakan tabung reaksi
atau flask) tanpa adanya
penambahan medium baru ke
dalam kultur.

Pertumbuhan Mikroba dalam Bacth Culture


Fase Lag
Fase lag merupakan waktu yang dibutuhkan mikroba untuk tumbuh
beradaptasi di dalam medium baru. Adaptasi mikrobia dilakukan
untuk mensintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan lebih lanjut. Pada fase lag terjadi pertambahan massa
dan volume sel mikroba. Panjang atau pendeknya interval fase lag
tergantung pada jenis inokulum mikrobia, medium yang sedikit
nutrisi dan kondisi pertumbuhan mikrobia saat diinokulasikan
Fase Eksponensial
Pada fase eksponensial, populasi mikrobia mengalami pembelahan
paling tinggi dan konstan dalam waktu generasi yang pendek. Waktu
generasi mikrobia merupakan waktu yang dibutuhkan sel mikrobia
untuk membelah menjadi 2 sel. Setiap sel mikrobia akan membelah
2x lipat sehingga peningkatan jumlah populasi selalu 2n, n adalah
jumlah generasi. Pertambahan jumlah sel dalam populasi disebut
sebagai pertumbuhan mikrobia. Pada fase eksponensial, awalnya sel
mikrobia membelah secara pelan kemudian penambahannya
semakin meningkat cepat
Fase Stasioner
Mikrobia mengalami pertumbuhan yang terbatas dan konstan selama fase
stasioner. Pada fase stasioner, pembelahan sel yang terjadi sangat lambat.
Jumlah pembelahan sel dengan sel yang mati seimbang, sehingga jumlah sel
relatif konstan (pertumbuhan 0). Pertambahan jumlah sel yang sebanding
dengan kematian sel disebut dengan fenomena pertumbuhan kriptik. Pada
fase ini, sel mikroba tetap aktif melakukan metabolisme energi dan proses
biosintesis lainnya. Metabolit sekunder banyak dihasilkan mikrobia pada fase
ini. Fase stasioner terjadi karena beberapa alasan yaitu :
◉ Terbatasnya nutrisi essensial dalam kultur yang mulai berkurang,
◉ Bagi organisme aerobik, ketersediaan O2 dalam medium mulai berkurang,
◉ Banyaknya sisa metabolisme yang tertimbun dalam medium kultur
sehingga pertumbuhan mikroba terhambat
Fase Kematian

Fase kematian terjadi jika terjadi perubahan lingkungan menjadi


tidak menguntungkan, seperti berkurangnya nutrisi essensial dalam
medium dan meningkatnya akumulasi zat toksik dalam medium.
Grafik fase kematian seperti grafik fase eksponensial yaitu logaritmik
(kematian sel tiap jam adalah konstan). Sel mikrobia yang mati akan
mengalami lisis.
Kinetika Pertumbuhan Mikroba dalam Continuous Culture
Dalam kultivasi mikroba menggunakan teknik continuous culture,
mikroba ditumbuhkan secara terus menerus pada fase paling
optimum untuk fase pertumbuhan yaitu fase eksponensial dimana sel
membelah diri dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali
lipat mengikuti kurva logaritmik. Hal ini dilakukan dengan memberi
nutrisi secara terus menerus sehingga mikroba tidak pernah
kekurangan nutrisi. Penambahan nutrisi/media segar ke dalam
bioreaktor dilakukan secara kontinyu, dimana dalam waktu yang
sama larutan yang berisi sel dan hasil produk hasil metabolisme
dikeluarkan dari media dengan volume yang sama dengan substrat
yang diberikan.
Pertumbuhan Populasi Mikroba
Metode Langsung secara Mikroskopis (Total Count)
Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah
dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana
diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting
chamber). Enumerasi mikroba dapat dilakukan secara langsung yaitu
dengan menghitung jumlahnya tanpa ditumbuhkan terlebih dahulu
dalam suatu medium, dalam teknik ini semua sel mikroba baik yang
hidup maupun yang mati akan terhitung. Untuk melakukan
renumerasi mikroba dalam suatu bahan seringkali diperlukan
pengenceran bertingkat.
Metode Tidak Langsung (Viable Count)
Perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah
mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable
count). Metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan
pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang
menjadi satu koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah
organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel. Cara ini
adalah cara yang paling umum digunakan untuk menentukan jumlah
mikroba yang masih hidup, berdasarkan jumlah koloni yang tumbuh.
THANKS!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai