1. Autekologi
2. Sinekologi
AUTEKOLOGI
Merupakan ekologi yang mempelajari suatu spesies
organisme atau organisme secara individu yang
berinteraksi dengan lingkungannya.
JUDUL JURNAL :
AUTEKOLOGI Dipterocarpus elongates Korth.
DI CAGAR BIOSFER PULAU SIBERUT,
SUMATERA BARAT.
Isi Latar Belakang
Pulau Siberut seluas 4.480 km merupakan bagian dari
gugus kepulauan Mentawai di Sumatera Barat yang telah
ditetapkan sebagai cagar biosfer dengan inti Taman
Nasional Siberut. Pulau Siberut terbagi dalam fungsi
hutan konservasi berupa Taman Nasional Siberut 190.500
ha, hutan produksi terbatas 42.050 ha, hutan produksi
tetap 95.900 ha, dan hutan produksi yang dapat
dikonversi, 74.450 ha (Direktorat Jenderal PHKA, 2003).
Hutan di kawasan Siberut umumnya didominasi
oleh jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae, salah
satu dari genera yang dominan di kawasan tersebut
adalah Dipterocarpus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek
ekologi jenis D. elongatus di daerah penyangga
taman nasional dan kemungkinan untuk restorasi
habitat primata endemik Siberut.
MATERI DAN METODE
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada dua lokasi di hutan
1. produksi eks PT. Koperasi Andalas Madani (PT. KAM) tahun
2007 yang terletak di tengah P. Siberut
2. PT. Salaki Suma Sejahtera (PT. S3) tahun 2009 yang terletak di
sebelah utara P. Siberut (pada koordinat 1°00' 25,20" LS, 98°45'
48,90" BT) pada tahun 2009,
3. hutan di Desa Madobag yang merupakan hutan adat daerah
penyangga Taman Nasional Siberut yang terletak di sebelah
selatan P. Siberut
Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 40-110 m
di atas permukaan laut dan termasuk hutan hujan
tropika dataran rendah. Kondisi topografinya
bergelombang dengan kelerengan antara 20-60%.
Jenis tanahnya didominasi oleh Oxisol dan
Inceptisol (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,
2011).
Metode Penelitian
1. Plot Contoh
• Plot contoh dibuat secara purposive di areal eks PT. KAM, PT. S3,
dan hutan di Desa Madobag masing-masing tiga plot contoh,
berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 50 m x 50 m (0,25 ha).
• Di dalam plot bujur sangkar semua jenis pohon diukur diameter, tinggi
total, sedangkan tingkat belta (ukuran plot 5 m x 5 m) dan semai
(ukuran plot 2 m x 2 m) dihitung jumlah dan nama jenisnya, dalam satu
plot pohon dibuat empat sub plot di setiap sudut untuk permudaan.
• Plot contoh dibuat di hutan primer, bekas tebangan satu tahun, bekas
tebangan lima tahun, dan hutan desa
2. Analisis Data
Pengukuran ketinggian tempat, kelerengan, kelembaban, dan suhu dilakukan secara
bersamaan.
Hubungan diameter dan tinggi pohon dianalisis dengan regresi linier dan regresi
logaritmik.
Untuk mengetahui asosiasi antara pohon D. elongatus dengan pohon lain digunakan
indeks Ochiai
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa tumbuhan Aporosa
microsperma memiliki hubungan paling kuat dengan D. elonganus
dibandingkan tumbuhan lainnya.
Asosiasi terjadi pada kondisi habitat yang seragam. Potensi D. elongatus
memiliki persebaran diameter yang beragam mulai dari < 20 cm, > 20
cm, > 50 cm, dan > 60 cm sesuai dengan yang ada pada tabel 4.4.
Gambar 4.5. Tegakan D. elongatus di kelerengan 43% di
hutan Desa Madobag
Tabel 4.1. Kesuburan tanah habitat D. elongatus di
Siberut
kerapatan tertinggi di hutan Cagar Biosfer Siberut. Terdapat sembilan jenis dominan lain
dari 36-90 jenis di habitat koka dengan INP > 5% sebagai asosiasi pohon terhadap
microsperma Pax & K. Hoffmann dengan INP hampir sama 13,37-16,7% dan dengan
terbaik pada kelerengan 40-50%, tanah lempung dengan komposisi liat 41,7-76%, debu 8-
46,2%.
Tinggi pohon dan diameter memiliki hubungan linier untuk pohon berdiameter ≤ 10 cm.
Regenerasi D. elongatus di hutan alam sangat tergantung pada populasi semai. Populasi
semai di hutan primer adalah 5.000 anakan/ha, namun rendah pada hutan bekas
TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat 8
stasiun pengamatan dengan proses pengolahan data, diperoleh 169
individu, yang tergolong kedalam 32 spesies pohon dari 20 Famili.
Pengamatan pada tinggi total pohon (HT), DBH dan dominansi
(kanopi) yang diamati di gunung sawang Ba’u kecamatan sawang
kabupaten aceh selatan, tumbuhan yang memiliki ukuran pohon paling
tinggi adalah 27,5 m pada Baccaurea macrocarpa, diameter (DBH) paling
besar terdapat pada Artocarpus heterophyllus, Swietenia macrophylla
yaitu berukuran 74,5 cm sedangkan dominansi tertinggi terdapat pada
pohon Myristica fragrans dengan jumlah dominansi 90 .
Gambar 1. Grafik jumlah spesies yang didapatkan pada semua stasiun pengamatan.
dari 20 famili tersebut yang paling banyak di seluruh stasiun yaitu, Arecaceae,
Meliaceae, Moraceae dan Malvaceae. Sedangkan famili yang paling sedikit yaitu:
adalah 0.043 sedangkan nilai kerapatan terendah adalah 0.014 terdapat pada stasiun 1.