Anda di halaman 1dari 58

ELSYE GUNAWAN, S.Farm., M.Sc.

, Apt
 Kelenjar hipofisis→ada didasar otak, di dalam tulang
sela tursika di dekat kiasma optik dan sinus kavernus.
 Kontrol metabolisme, pertumbuhan, reproduksi → di
perantarai oleh kombinasi sistem saraf dan
endokrin→ yang terletak pada kelenjar hipotalamus
dan hipofisis.
Nomenclature of releasing
hormones:
 RH–releasing hormone;
 RIH—release inhibiting hormone.
 GnRH: gonadotropin-
 RH = gonadorelin stimulates the release of FSH (follicle-stimulating hormone)
and LH (luteinizing hormone).
 TRH: thyrotropin-RH (protirelin) stimulates the release of TSH (thyroid
stimulating hormone = thyrotropin).
 CRH: corticotropin-RH stimulates the release of ACTH (adrenocorticotropi
hormone = corticotropin).
 GRH: growth hormone-RH (somatocrinin) stimulates the release of GH
(growth hormone = STH, somatotropic hormone).
 GRIH somatostatin inhibits release of STH (and also other peptide hormones
including insulin, glucagon,
 and gastrin).
 PRH: prolactin-RH remains to be characterized or established. Both TRH and
vasoactive intestinal peptide (VIP) are implicated.
 PRIH inhibits the release of prolactin and could be identical with dopamine.
 Seluruh hormon dihasilkan oleh hipofisis anterior
KECUALI prolaktin (PRL)
 GH dan PROLAKTIN merupakan hormon protein
rantai tunggal yang homologi
signifikan→mengaktifkan reseptor JAK (reseptor
sitokin janukinase)/ STAT (signal transducers and
activator of transcription)
 TSH (Tiroid Stimulating Hormon)/ tirotropin, FSH
dan LH merupakan protein dimerik yang akan
mengaktifkan reseptor protein G terkopel.
 ACTH (Adreno Kortikotropin Hormon) merupakan
peptida tunggal mengandung endorfin β, bekerja
melalui reseptor protein G terkopel.
 Pelepasan hormon perangsang tiroid (TSH)→ di atur
oleh TRH (Thyrotropin Releasing Hormone)
 Pelepasan LH dan FSH (Gonadotropin)→ di rangsang
oleh GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon)
 Pelepasan ACTH → dirangsang oleh CRH
(Corticotropin Releasing Hormon)
 Produksi TSH dan TRH dihambat oleh Tiroksin dan
Triiodotironin.
 Produksi LH, FSH dan GnRH dihambat oleh Estrogen
dan Progesteron (pada wanita) dan Androgen seperti
testosteron (pada pria).
 Produksi ACTH dihambat oleh Kortisol.
 Pengaturan umpan balik/ negative feedback →
penting untuk kontrol fungsi tiroid, kortex adrenal
dan gonad
 Kontrol hormon hipotalamus GH dan PRL (Prolaktin)
beda dengan TSH, FSH, LH, ACTH
 Hipotalamus menghasilkan 2 hormon yang mengatur
GH dan PRL
 GH→GHRH (hormon pelepas GH), merangsang
produksi hormon pertumbuhan.
 GH→ SST (Somatostatin), menghambat produksi
hormon pertumbuhan.
 Produksi PRL→ dihambat oleh katekolamin
(Dopamin) yang bekerja melalui reseptor dopamin
subtipe D2.
 Hipotalamus Tidak menghasilkan Hormon yang
merangsang produksi prolaktin (PRL)
GH (GROWTH HORMONE)/
SOMATOTROPIN
 Dihasilkan oleh Hipofisis anterior
 Perlu selama masa kanak-kanak, remaja→ untuk
mencapai ukuran tubuh dewasa normal.
 Efeknya diperantarai oleh Faktor Pertumbuhan-1
seperti insulin(IGF-1; Somatomedin C), dan faktor
pertumbuhan-2 seperti insulin (IGF-2)
 Defisiensi GH kongenital/ didapat selama masa
kanak-kanak / remaja → gagal mencapai tinggi
dewasa dan mengalami peningkatan lemak tubuh
yang tidak sebanding, penurunan masa otot
STRUKTUR KIMIA DAN
FARMAKOKINETIK GH
 Terdiri dari 191 AA dengan 2 jembatan sulfhidril
 Struktur mirip prolaktin
 2 jenis hormon pertumbuhan manusia rekombinan
(rhGH) untuk penggunaan klinis: Somatotropin dan
Somatrem
 GH endogen dalam sirkulasi t ½ 20-25 menit,
dibersihkan oleh hati
FARMAKODINAMIK GH
 GH→Efeknya diperantarai oleh reseptor Sitokin JAK/
STAT
 Efek pemacu pertumbuhan melalui peningkatan
produksi IGF-1 (diproduksi di dalam hati)
 GH→merangsang produksi IGF-1 didalam tulang,
tulang rawan, otot, ginjal tempat autokrin/ parakrin
memegang peran
 GH (pada anak dan dewasa) → efek anabolik pada otot
dan katabolik pada lemak yang mengubah
keseimbangan masa tubuh berupa peningkatan masa
otot dan penurunan lemak pusat
FARMAKOLOGI KLINIS GH
 DEFISIENSI HORMON PERTUMBUHAN (GH↓)→
Dapat disebabkan oleh genetik, kerusakan hipofisis/
hipotalamus oleh tumor, infeksi, pembedahan dan
terapi radiasi.
 Pengobatan dengan rhGH→dapat membuat anak
yang pendek mencapai tinggi dewasa normal.
 Terapi hormon pertumbuhan pada anak yang
memiliki perawakan pendek dengan hormon
pertumbuhan manusia rekombinan (rhGH)
 Sindrom Prader-Willi→penyakit genetik dominan
autosomal yang mengakibatkan gagal tumbuh,
obesitas, intoleransi karbohidrat.
 Terapi GH→ bisa juga pada wanita Sindrom Turner
(disebabkan oleh kariotipe 45, XO) dan tidak memiliki
ovarium→GH digabung dengan steroid gonad untuk
mencapai efek tinggi tubuh maksimal
 Terapi GH bisa juga pada Gagal Ginjal Kronik, pada
anak dan bayi kondisi kecil, untuk masa kehamilan
pada saat lahir, pada anak yang gagal untuk mengejar
pertumbuhannya pada umur 2 tahun.
 Terapi GH→dimulai pada dosis 0,0025 mg/kg/hari
dan ditingkatkan menjadi dosis maksimum 0,045
mg/kg/hari. Suspensi somatostatin adalah sediaan
rhGH yang diberikan subkutan pada dosis
1,5mg/kg/bulan.
 Somatostatin menghambat pelepasan GH, glukagon,
insulin dan gastrin. T ½ awal 1-3menit, metabolisme
dan eksresi di ginjal.
 Efek samping: HT intrakranial, pada pasien sindrom
turner resiko otitis media, hipotiroidisme, edema
perifer, mialgia , atralgia
MECASERMIN
 Diberikan pada sejumlah anak gagal tumbuh mengalami
defisiensi IGF-1 berat, yang tidak responsif terhadap GH
eksogen
 Merupakan suatu kompleks terdiri dari IGF-1, manusia
rekombinan (rhIGF-1) dan protein pengikat-3 faktor
pertumbuhan seperti insulin manusia rekombinan (rhIGF
BP-3)
 Pemberian subkutan 2xsehari pada dosis awal 0,04-0,08
mg/kg BB dan di tingkatkan setiap minggu sampai dosis
maks 0,12 mg/kg 2xsehari.
 Efek samping:Hipoglikemik (dapat dicegah dengan
konsumsi makanan lengkap/ kudapan 20 menit sebelum/
setelah pemberian mecasermin).
ANTAGONIS HORMON
PERTUMBUHAN
 Perlu dikarenakan kecenderungan sel penghasil GH
didalam Hipofisis Anterior untuk membentuk tumor
yang bersekresi
 Adenoma hipofisis→pada orang dewasa, adenoma
yang menghasilkan GH menyebabkan akromegali
(ditandai pertumbuhan abnormal jaringan kartilago
dan tulang, sebagian besar organ, termasuk kulit, otot,
jantung, hati, saluran cerna.
 Bila adenoma yang menghasilkan GH terjadi sebelum
epifisis tulang panjang menutup→tumor ini di sebut
dengan GIGANTISME
• Adenoma Hipofisis besar→pembedahan trans-sfenoid
atau radiasi.
 Adenoma kecil diatasi dengan antagonis GH:
 Mengurangi produksi GH
 OCTREOTIDE (Analog somatostatin)
 Bromocriptine (Agonis reseptor dopamin)
 Mencegah GH untuk mengaktifkan reseptornya
 Pegvisomant (antagonis reseptor GH untuk terapi
akromegali)
OCTREOTIDE
 Analog Somatostatin
 45x lebih poten menghambat pelepasan GH
 T ½ eliminasi plasma 80 menit
 Diberi 50-200mcg secara subkutan setiap 8 jam
 Sangat mahal
 ES: mual, muntah, kram perut, perut kembung
GONADOTROPIN
 FSH
 LH
 GONADOTROPIN KORION MANUSIA (HCG=
HUMAN CHORIONIC GONADOTHROPINE)
 GONADOTROPIN di produksi oleh gonadotrof.
 GONADOTROPIN berfungsi sebagai pelengkap proses
reproduktif
 FSH pada wanita untuk perkembangan folikel ovarium
 FSH dan LH perlu untuk steroidogenesis ovarium
 Didalam ovarium → LH → merangsang produksi
androgen oleh sel teka pada stadium folikular siklus
menstruasi
 FSH→merangsang konversi androgen menjadi
estrogen oleh sel granulosa
 Pada fase luteal siklus mens, produksi estrogen dan
progesteron terutama dikendalikan oleh LH pada
awalnya
 Bila terjadi kehamilan→dikendalikan oleh
gonadotropin korion manusia (HCG)
 HCG → protein plasenta yang hampir serupa LH,
kerjanya di perantarai melalui reseptor LH
 LH pada pria→perangsang utama produksi
testosteron oleh sel leydig.
 FSH pada pria
 Pengatur utama spermatogenesis
 Membantu mempertahankan konsentrasi androgen
lokal yang tinggi disekitar sperma dengan cara
merangsang produksi protein pengikat androgen oleh
sel sertoli
PREPARAT
 MENOTROPIN (ekstrak murni FSH dan LH) atau
Gonadotropin Menopause Manusia (HMG)
 Menotropin→ diekstraksi dari urin wanita pasca
menopause yang mengandung FSH dan LH
PREPARAT
 FSH
a) Urofolitropin (uFSH)→sediaan murni urin wanita
pasca menopause
b) Folitropin alfa dan beta→rekombinan FSH (rFSH)
Beda a) dan b) pada:
- Komposisi rantai samping karbohidrat
- b) memiliki t ½ lebih pendek
- b) merangsang sekresi estrogen lebih efisien
- b) lebih mahal
PREPARAT
 LH
 Lutropin → LH manusia rekombinan (rLH),
pemberian melalui suntikan subkutan, t ½ 10 jam,
biasanya di kombinasi dengan folitropin alfa.
PREPARAT
 HCG
 Diproduksi oleh plasenta manusia dan dieksresikan ke
dalam urin
 Koriogonadotropin alfa (rhCG)→bentuk rekombinan
hCG
GONADOTROPIN
 Gonadotropin dan HCG→efeknya melalui reseptor
protein G terkopel
 Selama 8 weeks pertama kehamilan → progesteron
dan estrogen diperlukan untuk mempertahankan
kehamilan, diproduksi oleh korpus luteum ovarium
 Selama beberapa hari ovulasi→ korpus luteum
dipertahankan oleh LH maternal. Namun, saat
konsentrasi LH maternal turun (karena peningkatan
konsentrasi progesteron dan estrogen), pemeliharaan
korpus luteum diambil alih oleh hCG yang diproduksi
oleh plasenta.
INDUKSI OVULASI
 GONADOTROPIN (GN)→untuk menginduksi ovulasi
pada pasien wanita anovulasi karena hipogonadisme
hipogonadotropik, sindrom ovarium polikistik,
obesitas, dll.
 Biaya GN tinggi dan perlu pemantauan ketat maka
hanya untuk wanita anovulatory yang gagal merespon
bentuk pengobatan lain (klomifen, penghambat
aromatase, metformin)
 GN digunakan untuk hiperstimulasi ovarium
terkendali
INDUKSI OVULASI
 Suntikan harian yang berisi salah satu sediaan FSH
(urofolitropin, hMG), diberikan pada hari ketiga
menstruasi dan dilanjutkan selama ± 7-12 hari.
 GN selalu diberikan bersama obat yang memblok efek
GnRH endogen baik agonis GnRH secara kontinyu
untuk mengatur penekanan reseptor GnRH maupun
antagonis GnRh selama beberapa hari.
INFERTILITAS PRIA
 Pada pria yang mengalami infertilitas
hipogonadal→memerlukan aktivitas LH maupun FSH
 hCG→pengobatan awal 8-12 minggu 1000-2500 IU,
beberapa kali per minggu, kemudian hMG dosis 75-150
unit 3xperminggu
 Pria hipogonadisme hipogonadal→ perlu 4-6 bulan
terapi
 Toksisitas dan KontraIndikasi: sindrom hiperstimulasi
ovarium, kehamilan multipel
 ES: nyeri kepala, depresi, edema, pubertas prekoks
GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormone) dan Analognya
 GnRH di sekresi oleh neuron didalam
Hipotalamus→melalui vena porta Hipotalamik-
hipofisis→Hipofisis Anterior→ tempat GnRh
berikatan dengan reseptor protein G terkopel pada
membran plasma sel gonadotropin.
 Sekresi GnRh berkala diperlukan untuk merangsang
sel gonadotrof memproduksi LH dan FSH
 tetapi bila terus menerus dan tidak berkala→
menghambat pelepasan FSH dan LH oleh hipofisis
pada wanita dan pria→menyebabkan Hipogonadisme
FARMAKOKINETIK GnRH
 PREPARAT:
- Gonadorelin (IV/ subkutan), t ½ 4 menit.
Analog sintetiknya: (subkutan, IM, implan subkutan), t ½ 3
jam:
- Goserelin
- Histrelin
- Leuprolide
- Nafarelin (semprot hidung)
- Triptorelin
FARMAKODINAMIK GnRH
 Pelepasan GnRH secara berkala merangsang produksi LH
dan FSH selama masa janin dan neonatus
 Mulai usia 2 tahun hingga onset pubertas→sekresi GnRH
menurun dan sensitifitas rendah terhadap GnRH.
 Tepat sebelum pubertas→ terjadi peningkatan frekuensi
dan amplitudo →pelepasan GnRH
 Pada awal puber→sensitifitas hipofisis terhadap GnRH
meningkat (bagian dari efek peningkatan konsentrasi
steroid gonad)
 Pada akhir puber→ sistem ini tersusun baik, siklus mens
berjalan pada interval yang relatif konstan.
FARMAKOLOGIS KLINIS AGONIS
GnRH
A. Stimulasi
 Infertilitas wanita→Gonadorelin/ analog agonis GnRH→untuk
mempercepat lonjakan LH dan ovulasi pada wanita yang
menjalani induksi ovulasi dengan gonadotropin.
 Infertilitas pria→gonadorelin secara berkala (monitor kadar
testosteron serum dan analisa semen secara teratur)
 Diagnosis respon LH
GnRH dapat untuk menentukan apakah pubertas terlambat pada
remaja hipogonadotropik disebabkan karena keterlambatan
konstitusional/ karena hipogonadisme hipogonadotropik.
 Pada keadaan normal→ peningkatan LH serum dengan puncak
melebihi 15,6 mIU/mL→pubertas akan terjadi.
 Pada keadaan hipogonadisme hipogonadotropik→respon LH
dibawah normal.
B. SUPRESI PRODUKSI GN
1. Hiperstimulasi Ovarium terkendali → lonjakan LH endogen ditekan,
karena dapat mencetuskan ovulasi sebelum waktunya. Penyuntikan
subkutan leuprolide setiap hari/ nasal nafarelin setiap hari.
2. Endometriosis (sindrom berupa siklus nyeri abdominal pada wanita
premenopause disebabkan karena adanya jaringan seperti
endometrium yang sensitif estrogen yang terletak diluar
uterus)→nyeri dikurangi dengan mengakhiri pemejanan terhadap
siklus perubahan konsentrasi estrogen dan progesteron. Preparat:
leuprolide, goserelin, nafarelin.
3. Leiomioma uterus (fibroid uterus)
4. Kanker prostat→terapi antiandrogen + agonis GnRH dan antagonis
reseptor androgen seperti flutamide (mengurangi konsentrasi
testosteron serum).
5. Pubertas prekoks sentral (onset karakteristik seks sekunder sebelum
8 tahun anak wanita dan sebelum 9 tahun anak pria)
6. Terapi kanker payudaratahap lanjut, kanker ovarium, penurunan
tebal endometrium, terapi amenorea, infertilitas wanita penderita
penyakit ovarium polikistik.
7. Toksisitas: nyeri kepala, mual, flushing, dermatitis. Pada pasien
hipersensitivitas akut dapat menyebabkan bronkospasme,
anafilaksis.
ANTAGONIS RESEPTOR GnRH
 Untuk hiperstimulasi ovarium terkendali
 Preparat: Ganirelix, Cetrorelix.
 Preparat di atas menghambat sekresi FSH dan LH dari
segi dose dependent
 Farmakokinetik: absorbsi cepat setelah suntikan
subkutan. Dosis 0,25 mg setiap hari
 Farmakologi: efek antagonis segera, penggunaannya
dapat ditunda hingga hari ke 6-8 pada siklus mens,
durasi pemberian lebih singkat
 Toksisitas dan ES: mual, sakit kepala
PROLAKTIN (PRL)
 Hormon yang bertanggung jawab terhadap laktasi
 Produksi ASI dirangsang oleh prolaktin, bila terdapat
kadar estrogen, progestin, kortikosteroid dan insulin
yang tepat dalam sirkulasi
 Dektruksi hipotalamus→kadar prolaktin meningkat,
sebagai akibat dari terganggunya transpor dopamin
(prolacting inhibiting hormone) ke hipofisis
 Prolaktin meningkat→ akibat adanya adenoma yang
menghasilkan prolaktin
 Hiperprolaktinemia→menyebabkan sindrom
amenorea dan galaktorea pada wanita, kehilangan
libido dan infertilitas pada pria
 Penghambatan sekresi prolaktin
(hiperprolaktinemia)→ dengan agonis dopamin
AGONIS DOPAMIN
 Menekan pelepasan prolaktin pada pasien
hiperprolaktinemia
 Preparat (turunan ergotamin), memiliki afinitas tinggi
terhadap reseptor dopamin D2:
1. Bromocriptine
2. Cabergoline
3. Pergolide
Turunan non ergotamin: Quinagolide
 Farmakokinetik:
 Cabergoline→ t ½ 65 jam, durasi kerja paling lama
 Pergolide, Quinagolide→ t ½ 20 jam
 Bromocriptine→t ½ 7 jam
 Pemakaian lewat vagina
 Farmakologi:
1. Hiperprolaktinemia
Memperkecil ukuran tumor, menurunkan kadar
prolaktin dalam darah, mengembalikan ovulasi pada
70% wanita pasien mikroadenoma, 30% pasien wanita
makroadenoma
2. Laktasi Fisiologik lebih dulu untuk mencegah
pembengkakan payudara bila asi tidak diinginkan
(toksik, tdk dianjurkan)
3. Akromegali
agonis dopamin, agonis dopamin+pembedahan, terapi
radiasi
 Toksisitas: mual, sakit kepala, hipotensi ortostatik, letih
HORMON Hf (HIPOFISIS)
POSTERIOR
 Disintesis dalam badan sel neuron di hipotalamus
melalui akson menuju Hf Posterior
 Vasopresin dan Oksitosin
OKSITOSIN
 Hormon peptida disekresi oleh Hf posterior
 Berperan dalam persalinan
 Menyebabkan pengeluaran ASI pada wanita menyusui
FARMAKOKINETIK OKSITOSIN
 IV→untuk inisiasi dan augmentasi persalinan
 IM→untuk mengendalikan perdarahan pasca
persalinan
 Tidak terikat protein plasma
 Eliminasi ginjal dan hati
 T ½ 5 menit
FARMAKODINAMIK OKSITOSIN
 Bekerja melalui reseptor protein G terkopel dan
perantara kedua fosfoinositida-kalsium agar otot polos
uterus berkontraksi
 Merangsang pelepasan prostaglandin dan
leukotrien→untuk memperkuat kontraksi uterus
FARMAKOLOGI KLINIS OKSITOSIN
 Induksi persalinan (pada persalinan per vaginam dini)
 Infus awal 0,5-2 mU/ menit dan ditingkatkan
setiap 30-60 menit sampai kontraksi
fisiologik.kecepatan infus max.20mU/menit.
 Persalinan dini pada kasus diabetes maternal,
preeklamsia, ketuban pecah dini
 Membantu persalinan abnormal yang berlangsung
lama
FARMAKOLOGIS KLINIS OKSITOSIN
 Bermanfaat dalam masa awal pasca persalinan
(kontrol perdarahan uterus setelah persalinan
pervaginam/ SC (Seksio Caesaria))
 Untuk aborsi trisemester kedua
 Selama masa antepartum (sebelum
melahirkan)→oksitosin menginduksi kontraksi uterus
yang sesaat mengurangi aliran darah plasenta ke janin
 Toksisitas dan KI: stimulasi berlebihan kontraksi
uterus sebelum persalinan→gawat janin (fetal
distress), abruptio placenta, ruptur uterus.
ANTAGONIS OKSITOSIN
 ATOSIBAN→untuk terapi persalinan preterm
 Infus IV selama 2-48 jam
 Tahun 1998 tidak digunakan karena pada sebuah uji,
banyak yang mengalami kematian janin
VASOPRESIN/
ADH (HORMON ANTIDIURETIK)
 Hormon peptida yang dilepaskan oleh Hf posterior
sebagai respon untuk meningkatkan tonisitas plasma/
menurunkan tekanan darah
 Sifat antidiuretik dan vasopresor
 Defisiensi hormon ini→Diabetes insipidus
 Desmopresin→analog sintetik vasopresin kerja lama
FARMAKOKINETIK VASOPRESIN
 Pemberian IM/IV
 Oral tidak efektif→peptida dinonaktifkan oleh enzim
pencernaan
 T ½ 15 menit
 Metabolisme di ginjal dan hati
 ADME (Desmopresin)→ pemberian IV, subkutan,
intranasal, oral
 T ½ desmopresin 1,5-2,5 jam
FARMAKODINAMIK VASOPRESIN
 Vasopresin mengaktifkan 2 subtipe reseptor protein G
terkopel
 Reseptor V1→pada otot polospembuluh darah
vasokontriksi
 Reseptor V2→pada sel tubulus ginjal dan mengurangi
diuresis melalui peningkatan permeabilitas air dan
resorpsi air pada tubulus pengumpul
FARMAKOLOGI VASOPRESIN
 Untuk pengobatan Diabetes insipidus Hf
 Terapi desmopresin sebelum tidur melalui intranasal/
oral→memperbaiki enuresis nokturnal (dengan cara
mengurangi produksi urin malam hari)
 Toksisitas dan KI: nyeri kepala, mual, kram abdominal,
agitasi, rx. Alergi, hiponatremia, kejang
 Dosis desmopresin:
 Semprotan hidung 10-40 mcg (0,1-0,4 mL) dalam dua/ tiga
dosis terbagi
 Oral 0,1-0,2 mg 2-3xsehari
 Injeksi 1-4mcg (0,25-1mL) setiap 12-24 jam sesuai keperluan
ANTAGONIS VASOPRESIN
 Peningkatan konsentrasi vasopresin→ px.
Hiponatremia, px. Gagal jantung akut
 Preparat:
1. Conivaptan (afinitas tinggi pada reseptor V1a dan
V2), pemberian IV pada px. Hiponatremia.
2. Tolvaptan (afinitas 30x lipat lebih tinggi terhadap V2
dari pada V1

Anda mungkin juga menyukai