Anda di halaman 1dari 75

ANALISIS INSTRUMENTAL

DR. RUSLIN HADANU, S.Pd., M.Si

1
REVIUW

1. Apa yang anda ketahui


tentang materi?
2. Apa yang anda ketahui
tentang analisis
instrumental? 2
REVIUW

1. Apa yang anda ketahui


tentang materi?
Tuliskan pendapatnya:

3
REVIUW

2. Apa yang anda ketahui


tentang analisis
instrumental?
Tuliskan pendapatnya:
4
ISOLASI SENYAWA KIMIA DARI BAHAN BAKU

DESTILASI

EKSTRAKSI

KOLOM
KROMATOGRAFI
5
PENYULINGAN (DESTILASI)

6
PENYULINGAN (DESTILASI)

7
PIROLISIS (DESTILASI KERING)

8
PROSES PEMBUATAN ASAP CAIR
PRODUK ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA

• Rendemen Asap Cair =


EKSTRAKSI

11
HASIL EKSTRAKSI

12
EVAPORASI (PEMISHAN PELARUT DENGAN ISOLAT)

13
PEMISHAN KOMPONEN DGN KOLOM

14
PEMISHAN KOMPONEN DGN KOLOM

15
16
KROMATOGRAFIPENDAHULUAN

chromos (zat warna dan


graphos (gambar)

seorang botanis dari Rusia Tswett

17
Sebagai alat pemisah

Pemisahan
Dalam zat padat

Pemisahan
Dalam zat cair

18
PEMISAHAN YANG TERJADI
 1. Antara padat dan cair:
Bahan cair Fase gerak

(Mobile phase)

Bahan Padat (Stationair phase)

Fase diam

19
fase dua
gerak fase selalu dalam
yang
tidak satu sistem
fase diam yang
tercam
pur bercampur

20
Sifat kimia fisika
Senyawa polar Senyawa nonpolar

As. Benzoat -COOH

Larut
Air
Na-Benzoat
-COONa

Kloroform
21
Hukum distribusi
Kadar senyawa yang larut dalam pelarut organik
Kadar senyawa yang larut dalam pelarut air

Berapi kali pengocokan agar asam


Benzoat tersari dalam kloforom secara
Sempurna (Kelarutan 1:10)

22
PERBANDINGAN METODE PEMISAHAN
PERBANDINGAN METODE PEMISAHAN
RBANDINGAN METODEPERBANDINGAN
PEMISAHAN METODE PEMISAHAN
• Gambar
Gambar. pemisahan
ambar pemisahan Gambar pemisahan

1 1 1 1
1 1

8
Corong pemisah Kromatografi Distilasi bertingkat
23
 Agar senyawa dalam suatu campuran dapat terpisah,
walaupun perbedaan sifat kimia dan fisika antara
komponen dalam campuran hanya sedikit berbeda,
dapat diusahakan dengan beberapa cara, dengan
dasar
 1.Dasar distribusi suatu senyawa (solut atau linrut),
diantara kedua fase adalah hasil keseimbangan tenaga
antara molekul linarut dan molekul masing-masing
fase.
 Distribusi tersebut merupakan gambaran kekuatan
tarikan atau penolakan molekul atau ion yang
bersaing terhadap fase yang bersangkutan.
 2.Tenaga tersebut karena sifatnya yang polar sehingga
menimbulkan momen dipol secara tetap atau hanya
memberi imbas, atau mereka terbagi karena ikatan
London, atau kekuatan dispersi.
24
• 3.Pada kromatografi penukar ion tenaga molekul
linarut umumnya karena sifat ionik, tetapi dapat
juga sifat polaritas dan nonpolaritasnya.
• Sifat polaritas nisbi pelarut dinyatakan dalam
bilangan dielektrika (tetapan dielektrika). Tenaga
potensial masing-masing molekul yang terpisah
pada kolom kromatografi karena adanya gaya
gravitasi,
• 4.Sedangkan pemisahan yang terjadi dengan
distilasi fraksi karena perbedaan tekanan uap
masing-masing senyawa, karena titik didih yang
berbeda.
• Maka terdapat beberapa tipe atau mekanisme
pemisahan akan dibahas tersendiri dalam paragraf
berikutnnya.
25
 Dalam bab ini kromatografi yang dibicarakan dibedakan
B.PEMBAGIAN
menjadi kelompok KROMATOGRAFI
yang berdasar atas:
1. Menurut proses pemisahannya dibedakan menjadi:
a. Kromatografi adsorbsi
b. Kromatografi partisi
c. Kromatografi pasangan ion
d. Kromatografi penukar ion
e. Kromatografi eksklusif
f. Kromatografi afinitas,

26
Pembagian berdasar alat
2.Menurut alat yang digunakan terdiri dari 3 alat
yang selalu dapat di kembangkan perleng
kapannya ialah:
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat juga
dikenal dengan thin layer chromatography (TLC).
Dan kromatografi Kertas
b. Kromatografi Gas, jenis kromatografi kolom
yang menggunakan fase gerak gas.(GC)
c.Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT, dan
berasal dari terjemahan High Perfomance Liquid
Chromatograpfay atau HPLC. Kromatografi ini
termasuk kromatografi kolom yang fese geraknya
berupa cairan dan dialirkan berdasar kekuatan
dari tekanan yang diberikan.

27
Menurut Willard et at, (1989), pembagian
kromatografi dapat dibuat bagan sebagai
berikut:

Gas
Gas Cir
padat
GLC
GSC

28
Keterngan
: GLC = Gas Liquid Chromatography
GSC = Gas Solid Chromatography
IEC = Ion Exchange Chromatography
EC=Eclusive Chromatography
LLC=Liquid-Liquid Chromatography
LSC= Liquid-Solid Chromatography
BPC = Bonded Phase Chromatography
PIC - Pair Ions Chromatography

29
• Pembagian diatas berdasar jenis fase, ialah cair dan
gas, sedangkan dalam pembagaian kedua seperti
penukar ion dan eklusif serta pasangan ion hanya
mengetengahkan salah satu fase diam,
• Memang Willard menerangkan bahwa kedua
kromatografi penukar ion dan eklusif merupakan
kromatografi yang berdasar pada interakasi antara
linarut dan fase diam.
• Seperti pembagian kromatografi atas dasar
pemisahaan, scbenamya kromatografi dibedakan
menjadi 2 ialah: adsorbsi, dan partisi yang dapat
terjadi baik dalam kromatografi gas maupun
kromatografi cair.
30
• Kromatografi eksklusif merupakan kroma
tografi yang pemisahannya atas dasar ukuran
molekul linarut, utamanya pada molekul yang
besar, sehingga dinamakan pula kromatografi
filtrasi.
• Pada kromatografi filtrasi dapat pula terjadi
pada kromatogarfi gas tetapi dengan ukuran
molekul yang kecil disebut moleculer shiever
• Sehingga terdapat teori pemisahan dalam
kromatografi
• Teori tersebut perlu dibahas terpisah sesuai
dengan topik dan aplikasinya.
31
C.TEORI PEMISAHAN
Seperti telah dijelaskan bahwa kromatografi adalah alat
pemisahan campuran senyawa kimia, karena itu perlu
diketahui teori dan mekanisme dari berbagai
pemisahan.

1. Pemisahan Adsorpsi
Peristiwa adsorpsi oleh fase diam terhadap fase gerak
dan linarut selalu terjadi kompetitif
Kemampuan fase diam mengadsorpsi keduanya
sangat tergantung pada topografi gugus aktif yang
terdapat pada masing -masing komponen.
Fase diam dari silica yang mempunyai gugas hidoksil
dari silanol (Si-OH) dapat terjadi interaksi dengan
gugus pada linarut maupun pada fase gerak.
32
• Peristiwa adsorbsi umumnya terjadi pada
kromatografi padat cair (liquid solid
chromatography, atau LSC, terjadi pada KLT).
• Dapat pula terjadi pada Gas solid
chromatography atau Kromatografi gas (KG)
yang berinteraksi antara fase diam dan
linarutnya.
• Fase gerak pada kromatografi gas, tidak
mempunyai gugus aktif yang dapat berinteraksi
dengan fase diam. Rumus kompetitif itu
sebagai berikut:

33
Xm dan
Xm X+ads adalahlinarut
nSads Xadsdalam
+ nSm fase gerak (m)
(1.1)
dan fase diam (ads), sedangkan Sm dan Sads adalah
fase gerak yang mengalami adsorpsi.
Berdasar persamaan tersebut tempat linarut
pada fase diam dapat digantikan oleh fase gerak
atau sebaliknya.
Bila senyawa X mempunyai ikatan yang kuat
terhadap penjerap (ads), maka X akan lama
tertambat pada ads. Pada keadaan seimbang
dirumuskan sebagai berikut:
 (XAds)(Sm)n
KD =  (2.1)
(Xm)(Sads)n
34
Rumus Distribusi
• Rumus 2 dapat disederhanakan menjadi:
• KD =CS/CM (3.1)

CS menyatakan kadar linarut dalam fase diam


(stationair phase), dan CM kadar linarut dalam fase
gerak (mobile phase).
 Persamaan diatas menunjukkan bahwa linarut X lebih
banyak berinteraksi dengan fase diam karena
indeknya lebih kecil dan jumlah dalam masing-masing
fase juga sangat kecil.
Dengan pedoman tersebut bcrarti kadar linarut dalam
fase diam selalu lebih kecil dari kadar linarut dalam
fase gerak.
35
Faktor yang berpengruh padaAdsorpsi
umum
Dalam kromatografi selalu menggunakan pedoman
seperti ini, sehingga harga K selalu lebih kecil
D

pemisahan.
dari 1, Tetapi mungkin dapat terjadi yang sebaliknya.
Dasar tersebut yang menyebabkan terjadinya
Adsorpsi linarut oleh fase diam sangat

ada
tergan-tung pada:
a. Struktur kimia linarut atau adanya gugus aktif yang

partikel
b. Ukuran partikel fase diam, makin kecil ukuran
fase diam makin luas permukaannya sehingga

larut
kontak dengan linarut makin luas.
c. Kelarutan linarut dalam fase gerak, makin mudah
linarut dalam fase gerak, linarut makin mudah
lepas dari fase diam.

36
Interaksi Fase Diam dan Analit

• d. Kemampuan interaksi (isotermik) yang


terjadi antara fasediam dan fase gerak.
Contoh interaksi antara beberapa senyawa
aromatik (analit ) dengan silica(fase diam)

37

38
• Ikatan hidrogen yang terbentuk dari para
dihidroksi benzen paling kuat karena jarak gugus
OH sama dengan jarak SiOH.
• Bentuk ikatan tersebut menunjukka n bahwa para
dihidroksi benzen membentuk ikatan pada ke dua
sisi dengan silanol.
• Hal tersebut juga terjadi pada gugus yang lain
seperti nitro, amina, karena gugus yang terdapat
pada senyawa tersebut sebagai pemberi atau
penerima elekron maupun proton ( atom N, 0, P
dan S) maka kejadiannya dapat dilihat pada gambar
slide 25.
• Puncak hasil analisis dengan HPLC atau bercak
yang terjadi pada analisis dengan KLT untuk
dihidroksi benzen sangat berbeda dengan yang
lain.
39
• Puncak dan bercak.
Contoh

Campuran sebelum elusi


40
Keterangan
• Puncak pada KCKT p-dihidroksi benzen paling
lama tertahan dalam kolom dengan fase diam
silica gel. Karena iktannya paling kuat.
• Bercak pada KLT p-dihidroksi benzin paling
pendek migrasinya, karena ikatan dengan fase
diam silica paling kuat.
Makin dekat gugus hidroksil, ialah meta dihidroksi
dan o – dihidroksi benzen paling mudah terelusi
oleh pelarut, tetap ikatan adsorbsinya dengan
silika makin lemah,

41
Penggolongan tipe adsorbsi isotermik
 Peristiwa adsorbsi isotermik dapat digolongkan dalam
beberapa tipe.
a.Tipe konkap, terjadi bila mula-mula linarut tidak kuat
interaksinya. tetapi kemudian menjadi lebih kuat
sehingga terikat lama pada fase diam. berarti K < 1
 b. Tipe normal (linier), ikatan yang terjadi pada sctiap
saat panggah atau tetap. Sehingga berupa
garis lurus dan K = 1.
 c. Tipe konvek, adsorpsi mula-mula terikat dengan
kuat oleh fese diam, tetapi makin lama makin lemah
sehingga bentuk kurvanya menjadi konvek atau harga
K>1

 Puncak berckor

Tipe a dan b tersebut yang sering menyebabkan
terjadinya pelebaran puncak lihat gambar 3.2
42
Cntoh gambar adsorbsi isotermik
Gambar:

43
a. Jenis fase diam
• Fase diam untuk kromatografi adsorbsi yang paling
banyak digunakan adalah silica gel, hampir semua
bahan kimia dapat dipisahkan secara kromatografi
menggunakan fase diam silica gel.
• Partikel fase diam mempunyai bentuk dan ukuran
yang berbeda. Ukuran makin kecil akan makin
memperluas pcrmukaan fase diam, dan
memperluas pula gugus aktif dan fase diam yang
aktif berhubungan dengan linarut
• Bentuk dengan pori yang dalam, bila pori tersebut
sangat banyak akan menaikkan harga K, yang jauh
lebih besar dari 1 dan menimbulkan garis kurva
adsorbsi isotermik yang konkaf

44
• Makin dangkal pori yang ada, makin efisien untuk
pemisahan.dan kromatografi model sekarang
digunakan yang paling efisien.
• Dianjurkan untuk memilih fase diam dengan
pedoman sebagai berikut:
• 1).Fase diam yang bentuk pelikuler (pori yang dalam)
akan menurunkan efisiensi, tetapi menaikkan
kapasitasnya.
• 2). Bentuk pelikuler tak berporus umumnya dibuat
packing dengan cara kering

• 45
 3/. Bentuk mikroporus, dikepak secara basah
(adonan atau slurry, permukaan jadi luas menambah
harga K
4/. Bila pemisahan antara linarut sukar. sebaiknya
menggunakan mikroporus, karena efisiensinya makin
tinggi, luas permukaan partikel makin besar,
sehingga kontak dengan linarut makin banyak (K
menjadi besar).
Kejadian tersebut akan menaikkan sifat selektivitas
fase diam terhadap linarut,tR1dan tkapasitas
R2 fase diam
akan menjadi lebih besar.
tm

02 4 6 8 10
Waktu tambat daiam memt
Gambar 4. 1 Dua puncak dari senyawa alkena yang isomer
sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom. Makin besar selisih tR2
dengan tR1, kedua puncak akan makin jelas pemisahannya.
Kejadian sepertt itu adalah tujuan utama untuk pemisahan46
sekaligus analisis yang menggunakan kromatografi,
Perbedaan porositas
Porositas merupakan rasio antara volume total fase
diam dengan volume kolom. Untuk pengepakan yang
rapat porositas antara 0,35 - 0,45, sedang porositas
yang kurang rapat antara 0,70 - 0,90.
Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong
dalam kolom akan makin besar sebingga akan
menurunkan kapasitas dan efisiensi.
Tetapi pada kolom kapiler terutama pada
kromatografi gas cair, harga porositas tidak ada,
karena fase diam menempel pada dinding kapiler
bagiao dalam.

47
Rumus porositas = 
• Kecepatan rata-rata rase gerak dalam kolom dapat
dinyatakan dengan yang merupakan kecepatan linier,
yang harganya dirumuskan:

• Vt (Voltotal)
•  = (6.1)
• V d (Vol. fase diam)
• Volume fase diam= L/tm (7.1)
• Gambar 4 menunjukkan beberapa parameter, tm waktu
yang diperlukan fase gerak

48
Tabel I.I Beberapa nama adsorben/penjerap dan ukurannya
Tipe Nama(Johson dan Stevenson 1979)
Ukuran(nm) Sifat Luas m 2 g
Silica Pellosil 37-50 Asam- 1-7dan 11-
aktif Corasil 37-44 lemah 1
(HS dan HC HS-4
Perrisorb A 30-40 HC-8
Vydac 30-44 14,12,

Alumin Pellumina 37-44 Basa HS-4 &


a HS dan HC lemah HC-8
Lain- Pellidon 45 non 1
Perrisorb PA polar
lain Diatomeae 30-44 0,5
Lempung
Celite
49
Keterangan
 Dalam memilih fase diam, yang perlu
diperhatikan kepentingan dan jenis fase diam serta
asal fase diam yang digunakan.
Corasil misalnya ukuran partikelnya sangat jauh
rcntangannya sehingga luas permukaan persatuan
berat juga bervariasi, dan akan menurunkan
selektivitas dan kapasitas.
Floresil yang jarang digunakan karena asam kuat,
digunakan bila bahan lain tidak mampu
memisahkan senyawa yang dikehendaki.
 Pada kromatografi partisi, terdapat bilangan partisi
atau tetapan partisi dengan inial k' (perbandingan
kadar linarut dalam fase diam dibanding dengan
kadar linarut dalam fase gerak).

50
2. Partisi
• Pemisahan cara partisi sangat erat kaitannya
dengan kelarutan senyawa ke dalam pelarut.
• Dalam kromatografi didasarkan pada kelarutan
linarut dalam fase diam maupun fase cair, maka
terdapat istilah koefisien partisi, yang peristiwanya
akan mengembang menjadi koefisen distribusi
yang umumnnya berlaku pada kromatografi.
• Koefisien partisi dapat dinyatakan sebagai
perbandingan kadar(kelarutan) linarut dalam fase
diam dengan kadar(kelarutan) linarut dalam fase
gerak.

51
• Sedangkan secara umum adalah perbandingan
kelarutan senyawa dalam oktanol diban-ding
kelarutannya dalam air, (lihat rumus 10.1)
• Sifat linarut dalam kromatografi dapat
digambarkan dalam berbagai cara, pada
kromatografi kolom dikenal dengan volume
tambat atau VR.
• VR (sesuai dengan jumlah volume fase gerak yang
digunakan untuk membawa satu linarut keluar
dari kolom).
• Tetapi bila dinyatakan dengan tR (waktu tambat)
menyatakan waktu yang diperlukan fase gerak
membawa linarut keluar dari kolom.
Kolom KLT

52
• Sedangkan waktu yang diperlukan untuk membawa
linarut bergerak dari satu titik ke titik yang lain dalam
KLT atau elektroforese disebut Rf.
• Satuan ini merupakan perbandingan jarak yang
ditempuh linarut dengan jarak yang ditempuh
pelarut (fase gerak) dalam waktu yang sama

Jarak migrasi sampel


• Rf = 
Jarak migrasi pelarut
• Pada kromatografi partisi, terdapat bilangan partisi
atau tetapan partisi dengan inial k' (perbandingan
kadar linarut dalam fase diam dibanding dengan kadar
linarut dalam fase gerak).
• Rumusnya adalah: seperti k’= CsVs/ (CmVm)
53
Teori pemisahan
Pemisahan yang terjadi dalam sistem selalu
mengalami keseimbangan yang dinamis,
baik pemisahan tersebut karena peristiwa
adsorbsi partisi, penukaran ion, permiasi,
maupun cara afinitas.

54
a. Retensi (Tambat)
Sifat tambat suatu linarut menggambarkan jenis
distribusi linarut diantara fase gerak dan fase diam.
Slide 35 menunjukkan pemisahan dua senyawa
dihidroksi benzen.
 Volume dari fase gerak yang diperlukan untuk
membawa linarut dari permulaan sampai akir elusi
(sampai pada detektor, untuk kromatografi gas dan
kromatografi cair) lewat fase diam baik dalam
kolom atau lempeng tipis dinamakan volume
tambat.
Retensi ini dinyatakan sebagai VR (volume tambat)
atau tR (waktu tambat), kedua istilah itu berlaku
untuk kromatografi gas dan kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT).


55
Contoh:

56
• Sedangkan Rf (=retenstion faktor atau rasio waktu
tambat dari pelarut dan linarut), juga disebut
retardation factor yang umumnnya digunakn
untuk KLT dan kromatografi kertas:
• Maka dalam kromatografi kolom dirumuskan
sebagai berikut :
• VR = tR.Ft (4.1)
• Ft - kecepatan alir rase gerak tiap satuan waktu
dan Ft dapat dihitung atas dasar:
• (dc)2 L Vcol(tot)
• Ft=—— X(tot)X ——= ———— (5.1)
• 4 tm tm
• d = garis tengah kolom dalam keadaan kosong
( = porositas, L/tm = kecepatan rata-rata
• L = panjang kolom. V= volume kolom seluruhnya
57
• Arti porositas

58
•Porositas merupakan rasio antara volume total fase
diam dengan volume kolom.
•Untuk pengepakan yang rapat porositas antara 0,35
- 0,45, sedang porositas yang kurang rapat antara
0,70 - 0,90.
•Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong
dalam kolom akan makin besar sehingga akan
menurunkan kapasitas dan efisiensi.
•Tetapi pada kolom kapiler terutama pada
kromatografi gas cair, harga porositas tidak ada,
karena fase diam menempel pada dinding kapiler
bagian dalam.

59
 Kecepatan rata-rata fase gerak dalam kolom dapat
dinyatakan sama dengan kecepatan linier,yang
harganya dirumuskan:
Vt (Voltotal)
 = (6.1)
V d (Vol. fase diam)
µ=L/tm (7.1)
 Gambar slide 32 menunjukkan beberapa parameter,
tm waktu yang diperlukan fase gerak untuk keluar dari
kolom.
 Sedangkan tR1 dan tR2 menyatakan waktu yang
diperlukan sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom.
Makin besar selisih tR2 dengan tR2 , kedua puncak
akan makin jelas pemisahannya.

60
• Kejadian seperti itu adalah tujuan utama untuk
pemisahan sekaligus analisis yang menggunakan
kromatografi,
• Pelarut atau fase gerak yang tidak ditahan oleh fase
diam dan dinyatakan dengan waktu tm , pada waktu
itu tidak ada linarut yang telah terdusi sehingga Vm
= Vo, harga ini disebut juga dead space ruang mati
yang tak berfungsi, maka bila dihitung harga
sesungguhnya:VR -Vo -VR 'atau tR=tm-tR (8.1)
• Dalam kromatografi lapis tipis parameter seperti
tersebut tidak diketemukan, sehingga hanya
berlaku bagi kromatograti gas, kromatografi kolom,
dan KCKT
61
Pada kromatografi gas fase gerak yang berupa gas
harus dinyatakan tekanan dan suhunya, karena
kenyataannya kecepatan alir gas pada pennulaan
kolom atau inlet lebih besar dari kecepatan pada
akir kolom atau outlet.
Maka dari itu kecepatan tersebut secara bertahap
mengalami penurunan yang digunakan faktor:
sebagai koreksi:
3{(Pt/P0 )2 -1}
j =  (9-1)
2{(Pt/P0)3-l}
 P, adalah tekanan pada suhu t atau inlet pada
kolom, dan P0 tckanan pada suhu (kamar), atau
outlet.
62
b. Tetapan Partisi
 Bila linarut dimasukkan dalam sistem kroma
tografi, maka linarut akan segera menebar
kebagian-bagian fase diam maupun fase gerak.
 Pada saat fase gerak berhenti. linarut akan
terbagi kedalam dua fase yang mempunyai
perbandingan tertentu, bandingkan dengan slide
2a dan 2b yang besamya diberi istilah tetapan
partisi termodinamik, dengan rumus:
 K = Cs /Cm (10.1)
 Cs merupakan kadar linarut dalam fase diam dan
Cm kadar linarut dalam fase gerak. Harga ini akan
tergantung kekuatan interaksi antara linarut
dengan fase diam dan linarut dengan fase gerak
63
 . Untuk puncak yang semitris maka linarut akan
terbagi secara teratur ke dalam VR, atau terelusi
dan sebagian tersisa dalam fase diam karena itu
dirumuskan:
 Cm = VfflCm + VsCs Atau: (11.1)
VR = Vm Cm / Cm + Vs.Cs/ Cm menjadi
 VR = Vm + K. Vs atauVR-Vm=KVs (12.1)
 Dalam persamaan ini terlihat bahwa volume
retensi (VR) sangat bergantung pada ruang
kosong (Vm), tetapan partisi (K), dan kemampuan
fase diam melarutkan linarut (Vs).
 Bila persamaan tersebut diterapkan pada
peristiwa adsorbsi misalnya maka Vs dapat diganti
As

64
• 3. Rasio Partisi
• Istilah diatas lebih dikenal dengan nama kapsitas
atau k1, bilangan ini menyatakan kuantitas rasio
kemam puan fase menampung linarut yang sangat
penting dalam kromatografi kolom
• Sesuai dengan definisi maka harga tersebut merupa
kan perbandingan jumlah molekul linarut dalam
fase diam dengan jumlah molekul linarut dalam
fase gerak, yang dirumuskan:
• k' = (Cs Vs)/(CmVin) (13.1)
• Simbul perbandingan volume V/Vm dinyatakan
dengan , sehingga
• k’=K/ (14.1)
65
Bila suatu linarut tidak mengalami tambatan (penahanan dalam fase diam maka tak ada tambahan waktu, dan
k'=0, karena itu k' dapat pula dirumuskan sebagi berikut:

k’=(tR-tm)/tm (15.1)
k’= tR/ tm – tm/tm
tR/tm = k’ +1 atau tR = tm(k’ +1)
atau: tR = L/u(l+k') lihat rumus 7 (16.1)
Rumus 11 menjadi jelas bahwa waktu tambat sangat erat kaitannya dengan kecepatan gerak elusi (), panjang
kolom (L), dan kapasitas fese k’.

• 4. Tambat Relatif (Snyder & KirkJand, 1979)


• Tambat relatif merupakan rasio tambat antara dua linarut yang berbeda setelah dielu-si aalau a, dan dapat
dinyatakan dalam beberapa paramter:
• k’2 K2 vr.2 t'R.2
• =  =  =  = 
• k'1 Kt VR1 tR-1

• Makin besar harga  akan makin besar selisih waktu tambat linarut 2 - (dikurangi) waktu tambat linarut 1,
berarti kcdua puncak linarut tcrsebut dapat terpisah dengan baik (gambar 4). Keadaan tersebut
menggambarkan kemampuan fase membedakan linarut 1 dan linarut 2. Maka dikenal sebagai harga
selektivitasnya fase. Selektivitas ini merupakan faktor yang berpengaruh pada daya pisah kromatografi.

Keadaan tersebut menggambarkan kemampuan fase membedakan linarut 1 dan linarut 2, Maka  dikenal
sebagai harga selektlvltasnya fase.

66
• 4. Tambat Relatif (Snyder & KirkJand, 1979)
• Tambat relatif merupakan rasio tambat antara dua
linarut yang berbeda setelah dielusi atau dapat
dinyatakan dalam beberapa paramter:
• k’2 K2 vr.2 t'R.2
• =  =  =  =  (17.1)
• k'1 Kt VR1 tR-1
• Makin besar harga  akan makin besar selisih waktu
tambat linarut 2 - (dikurangi) waktu tambat linarut 1.
• Berarti kedua puncak linarut tcrsebut dapat terpisah
dengan baik (Slide 2). Keadaan tersebut
menggambarkan kemampuan fase membedakan
linarut 1 dan linarut 2.
67
•Maka dikenal sebagai harga selektivitasnya
fase. Atau  Selektivitas ini merupakan faktor
yang berpengaruh pada daya pisah romatografi.
• Keadaan tersebut menggambarkan
kemampuan fase membedakan linarut 1 dan
linarut 2.

68
5. Efisiensi Kolom
Efisiensi kolom sangat dipengruhi oleh berbagai
faktor, terutama koefisien distribusi yang ajek dan
tidak dipengaruhi oleh kadar linarut,
Dengan demikian hasil elusi bila digambarkan dalam
kurva akan didapat puncak yang semitris ( gambar 5a).
Karena elusi fase gerak terhadap linarut pada
mulanya hanya sedikit membawa linarut, yang makin
lama makin besar setelah mencapai maksimun akan
turun lagi sampai fase gerak bebas linarut.
• Bentuk puncak tergantung akan hubungan linarut
dan fase gerak, kalau linarut mudah terbawa fase
gerak maka didapat puncak yang ramping.
69
•Sebaliknya bila linarut lebih banyak terikat oleh fase
diam akan didapat puncak yang melebar. Pola
tersebut (gambar 5) adalah puncak yang normal.
• Pada gambar 5a garis yang ditarik dari puncak
sampai memotong dasar pada titik 0, kekanan
sampai angka +3, sama besarnya kekiri sampai
angka -3, mempunyai harga sama atau semitris.
•Bandingkan dengan gambar 5b. Dari data parameter
tersebut dapat didiskusikan berbagai hal.
Seperti Efisiensi Kolom, lempeng teoritis,puncak
semitris dan tidak semitris,(pelebaran puncak)
dengan segala faktornya.

70
Lanjutan Efisiensi Kolom
 a. Jumlah lempeng dan tinggi lempeng teoritis
Dalam kromatografi, ciri yang penting adalah efisinsinya yang dapat dihitung tetapi tanpa dimensi.
Parameter tersebut dinamakan lempeng efektif atau effective plates number atau - Neff
Bilangan tersebut menyatakan: jumlah peristiwa partisi yang dialami oleh linarut pada setiap saat yang
dibawa fase gerak dari masuknya linarut atau inlet, sampai keluar kolom atau outlet.
Jumlah lempeng efektif tersebut dirumuskan sebagai berikut:

• b. Pelebaran puncak
• Banyak faktor yang meyebabkan pelebaran puncak, sehingga menimbulkan tidak semi-trisnya puncak. Faktor
tersebut akan dibahas daiam paragraf berikutnya agar didapat gambaran yang jelas.
• 6. Puncak yang Asimetris atau Pelebaran Puncak

• a. Ukuran yang dianalisis terlalu besar, keadaan ini karena fuse gerak tidak mampu untuk membawa linarut
dcngan sempuma, bahkan dapat timbul tailing atau ekor yang panjang.
• b. Ekor dapat pula timbul karena ikatan linarut dan fase diam terlalu kuat sehingga senyawa tersebut sulit
dielusi, atau adanya cemaran senyawa lain.
• c. Selain ekor dapat terjadi leading atau fronting, ialah puncak pendahulu, hal ini dapat disebabkan oleh
kontaminan, Tidak homogennya pengepakan kolom, adanya ruangan kosong pada kolom sehingga tidak
berfungsi, maka akan cepat dilewati fase gerak bersama linarut tanpa adahambatan.
• Faktor puncak yang ascmitris (AF) dinyatakan sebagai rasio antara lebar pada setcngah tinggi yang tidak tetap
pada stiap tinggi puncak.
• Bila puncak makin rendah harga AF makin besar, (gambar 6).Dalam analisis atau pemisahan dengan
kromatografi sering ditcmukan puncak atau pita yang asemitris, kemudian didiag-nosis agar pita yang terjadi
tidak ascmitris.

71
L= panjang kolom, H= (HETP), atau High Efficiency
Theoritical Plates, tR, waktu retensi.
= lebar alas dari puncak, ( menit atau detik)
Karena lebar dasar Wb, sama dengan 4  (gambar
2), maka rumus 18 menjadi

Pengukuran lebar puncak pada setengah tinggi


pada setengah tinggi bagi puncak yang tidak
semetris akan mengalami kesulitan.
72
Pelebaran puncak

• Sebab sering terjadinya ekor atau tailing dan puncak


pendahulu yang dinamakan leading atau fronting,
akan sulit menggunakan garis dasarnya.
• Tinggi lempeng yang dinyatakan dengan H
sebenarnya dari istilah high efficiency of theoritical
plates = HETP.
• Harganya selalu lebih kecil dari pada 1, karena
sebenarnya merupakan panjang kolom L dibagi
Hdengan Jumlah lempeng
= L/Neff (20.1)teoritis
73
74
TERIMA KASIH

75

Anda mungkin juga menyukai