Anda di halaman 1dari 50

Rasa Lapar, Makan, dan

Kesehatan
Martaria Rizky Rinaldi, M.Psi., Psikolog
Bagaimana tubuh
memproses makanan yang
kita makan?
Tujuan primer makan : memasok tubuh dengan
molekul dan energi yang dibutuhkan untuk bertahan
hidup
Pencernaan
Pencernaan :
proses
gastrointestinal
menghancurkan
makanan dan
menyerap
konstituen ke
dalam tubuh
Penyimpanan energi di tubuh
Energi diberikan ke tubuh dalam tiga bentuk:
• Lipid (lemak)
• Asam amino (produk hasil penguraian protein)
• Glukosa (zat gula sederhana hasil penguraian
karbohidrat)
• Tubuh menggunakan
energi secara terus
menerus, tetapi
konsumsinya intermitten
(sebentar-sebentar)
• Tubuh harus menyimpan
energi untuk digunakan
selama interval di antara
waktu makan
Bentuk penyimpanan energi

lemak glikogen protein


• Cadangan energi disimpan dalam bentuk lemak.
• Perubahan berat badan  konsekuensi
perubahan jumlah simpanan lemak tubuhnya
• Glikogen di hati. Mudah dikonversikan menjadi
glukosa
Mengapa lemak?
• Satu gram lemak dapat menyimpan hampir dua
kali lipat energi dalam satu gram glikogen.
• Glikogen menarik dan mengandung air dengan
kuantitas yang substansial. Bila seluruh kalori
disimpan dalam bentuk glikogen, berat badan
dapat mencapai 275 kg
Fase metabolisme energi

sefalik absorptif puasa


Sefalik (persiapan)
• Dimulai dengan melihat, mencium bau, atau
memikirkan tentang makanan, dan berakhir
ketika makanan mulai diserap ke dalam aliran
darah
Absorptif
• Periode yang energinya diserap ke dalam aliran
darah dari makanan memenuhi kebutuhan segera
tubuh
Fase puasa
• Periode yang semua energinya yang tidak
tersimpan dari makanan sebelumnya telah
digunakan dan tubuh menarik energi dari
cadangannya untuk memenuhi kebutuhan energi
segeranya.
• Fase ini berakhir dengan mulainya fase sefalik
berikutnya
• Selama periode penambahan berat badan yang
cepat, orang sering kali langsung melompat dari
fase absortif ke fase sefalik berikutnya, tanpa
mengalami fase puasa yang ada diantaranya
Hormon pengontrol metabolisme
• Insulin
• Glukagon
Insulin
• Meningkatkan penggunaan glukosa sebagai
sumber energi primer tubuh
• Meningkatkan konversi bahan-bahan bakar yang
dibawa oleh darah menjadi bentuk-bentuk yang
dapat disimpan : glukosa menjadi glikogen dan
lemak, dan asam amino menjadi protein
• Meningkatkan penyimpanan glikogen di hati dan
otot, lemak di jaringan lemak, dan protein di otot.
Peran insulin dalam fase metabolik
• Fase sefalik : menurunkan tingkat bahan bakar
yang dibawa oleh darah, terutama glukosa
sebagai antisipasi aliran masuk (influks) yang
akan datang,
• Fase absorptif : meminimalkan tingkat
peningkatan bahan bakar yang dibawa dalam
darah dengan mempergunakan dan
menyimpannya
Glukagon
• Pada fase puasa, kadar glukagon darah tinggi,
insulin rendah.
• Tanpa insulin yang tinggi, glukosa mengalami
kesulitan untuk memasuki kebanyakan sel tubuh,
 glukosa berhenti menjadi bahan bakar primer
tubuh.
• Rendahnya insulin meningkatkan konversi
glikogen dan protein menjadi glukosa
(glukogenesis)
Peran glukagon
• Pada fase puasa : meningkatkan pelepasan asam
lemak bebas dari jaringan lemak dan
penggunaannya sebagai bahan bakar primer
tubuh.
• Tingginya glukagon menstimulasi konversi asam
lemak bebas menjadi keton (yang digunakan oleh
otot sebagai sumber energi selama fase puasa)
• Setelah periode tanpa makan yang lama, otak
mulai menggunakan keton sehingga menghemat
sumber glukosa tubuh
Teori lapar dan makan
Set point assumption
• Rasa lapar dan makan bekerja dengan
cara yang sangat mirip dengan sistem
pemanasan yang diater dengan
termostat.
• Energy set point: rasa lapar ketika
kekurangan energi, sehingga makan
merupakan cara untuk mengembalikan
sumber energi tubuh
Set point assumption
• Setelah makan, sumber energi seseorang
diasumsikan mendekati set poinynya dan
menurun setelah tubuh menggunakan energi
untuk memberi bahan bakar pada proses
fisiologisnya. Ketika tingkat sumber energi itu
turun jauh di bawah set point, orang menjadi
termotivasi oleh rasa lapar untuk makan lagi.
• Menurut asumsi ini, makan berjalan terus
sampai tingkat energi kembali ke set poin dan
orang menjadi satiated (kenyang, tidak lapar
lagi)
Komponen set point
• Set point mechanism : menetapkan set point
• Detector Mechanism : mendeteksi deviasi dari
set point
• Effector mechanism : mengeliminasi deviasi
Set point assumption
• Negative feedback : sistem yang umpan
baliknya dari perubahan ke salah satu
arah membangkitkan efek
kompensatorik dengan arah yang
berlawanan
• Tujuan : mempertahankan homeostasis
Perspektif insentif positif
• Manusia tidak terdorong untuk makan oleh
adanya defisit energi internal, tetapi oleh
perasaan senang yang diantisipasi dengan
makan.
• Makan dikontrol dengan cara yang sangat mirip
dengan perilaku seksual.
• Keberadaan makanan yang membuat merasa
lapar
• Derajat rasa lapar pada saat tertentu
bergantung ada interaksi semua faktor yang
mempengaruhi nilai insentif positif makan.
• Termasuk : citarasa makanan, apa yang telah
dipelajari tentang efek makanan karena pernah
memakannya atau dari keterangan orang lain,
apakah ada orang lain yang hadir dan makan.
• Mengakui bahwa ada banyak faktor yang
berinteraksi untuk menentukan rasa lapar
seseorang pada waktu tertentu
Faktor-faktor penyebab
makan
Defisit energi yang besar menaikkan rasa lapar dan
makan, namun defisit energi bukan faktor yang lazim
dalam perilaku makan orang
• Tubuh sedang kekurangan energi
tepat sebelum makan ? Benarkah
demikian?
• Hal ini tidak benar !
Faktor yang menentukan apa yang
kita makan

Preferensi dan aversi


tugas yang dipelajari

Belajar makan vitamin


dan mineral
Preferensi rasa
• Rasa manis dan berlemak : makanan
yang tinggi energi, kaya vitamin dan
mineral
• Rasa asin : makanan yang kaya akan
sodium
• Rasa pahit : berhubungan dengan
toksin
Preferensi dan aversi tugas yang
dipelajari

• Binatang belajar untuk lebih menyukai rasa-rasa yang diikuti


oleh pemasukan kalori, dan belajar untuk menghindari rasa
yang diikuti rasa sakit
• Manusia dan binatang belajar apa yang akan dimakan dari
konspesifiknya. Contoh : tikus belajar untuk menyukai rasa yang
mereka alami dari air susu ibnya dan rasa yang mereka baui
dalam napas tikus lain.
• Pada manusia, banyak preferensi makan spesifik secara kultural,
beberapa budaya menganggap serangga tak beracun sebagai
makanan yang lezaat.
Belajar makan vitamin dan mineral
• Pola : sodium, dan vitamin dan mineral esensial
lain
• Ketika defisiensi sodium, makhluk hidup akan
mengembangkan preferensi segera dan
mendesak akan rasa garam sodium.
• Ketika defisiensi vitamin dan mineral lain, akan
mengkonsumsi makanan yang kaya akan
nutrien yang hilang tersebut.
Faktor yang
mempengaru-
hi kapan kita
makan
Caption
Kapan?
• Jumlah waktu makan dipengaruhi oleh :
• Norma kultural
• Jadwal kerja
• Rutinitas keluarga
• Preferensi pribadi
• Kekayaan
• Faktor lainnya
Rasa lapar sebelum waktu makan
• Disebabkan oleh ekspektasi akan makanan
• Rasa lapar yang kuat dan tidak menyenangkan menjelang
waktu makan merupakan sensasi persiapan tubuh untuk
makanan yang diperkirakan akan mengganggu
homeostasis
Pengkondisian Pavlovian untuk rasa lapar
• Lapar juga merupakan suatu pengkondisian.
• Stimulus kondisional berypa bel dan lampu,
ketika bel dibunyikan dan lampu dihidupkan akan
muncul rasa lapar bahkan ketika baru selesai
makan
Seberapa
banyak kita
makan?
Sinyal kenyang
• Makanan di usus dan glukosa yang masuk ke dalam
darah dapat menginduksi sinyal kenyang, yang
menghambat konsumsi berikutnya.
• Sinyal bergantung pada volume dan kepadatan nutrisi
pada makanan itu
Sham eating (makan pura-pura)
• Makanan dikunyah dan ditelan namun tidak
masuk ke dalam perut
• Banyaknya makanan yang dimakan banyak
dipengaruhi oleh pengalaman kita sebelumnya
dengan efek psikologis makanan itu, bukan efek
segera makanan itu dari tubuh
Appetizer effect
• Bila appetizer (makanan penggugah selera)
dihidangkan, akan meningkatkan rasa lapar
• Konsumsi sejumlah kecil makanan sangat efektif
dalam membangkitkan respon-respon sefalik
tubuh
Besarnya porsi dan rasa kenyang
• Semakin besar porsinya, makan lebih banyak.
• Cenderung makan lebih banyak bila makan
dengan sendok yang lebih besar
Pengaruh sosial rasa kenyang
• Dipengaruhi apakah makan sendiri atau bersama orang
lain
Subjek mengkonsumsi 60% lebih banyak bila makan
bersama dengna orang lain
• Banyak orang makan lebih sedikit bila ingin mencapai
kelangsingan yang ideal menurut ukuran masyarakatnya.
• Orang tidak makan dalam jumlah besar di depan orang
lain agar tidak terlihat rakus
Rasa kenyang spesifik - sensori
• Jumlah rasa yang ada pada makanan memiliki
efek besar pada ukuran makanannya.
• Ketika makan sebuah makanan, nilai insentif-
positif semua makanan sedikit turun, nilai insentif
positif makanan itu naik. Akibatnya, cepat merasa
kenyang dan berhenti makan. Tetapi, bila
makanan lain ditawarkan, sering kali kita akan
makan lagi
Rasa kenyang spesifik - sensori
• Mendorong konsumsi diet yang bervariasi. Bila tidak ada
rasa kenyang spesifik sensori, orang kana cenderung
makan makanan yang disukainya saja sehingga jadi
kurang gizi
• Mendorong memiliki akses ke beragam makanan untuk
makan banyak.
Pengontrol rasa lapar di otak
• Rasa kenyang : ventromedial hypothalamus
(VMH)
• Perilaku makan : lateral hypothalamus (LH)
VMH
• Lesi elektrolitik bilateral besar pada VMH
menghasilkan hyperphagia (makan
berlebih) dan obesitas ekstrim pada tikus.
LH
• Lesi elektrolitik bilateral pada LH menghasilkan
aphagia : berhenti makan total
Peran traktus gastrointestinal
• Rasa lapar : perasaan konstraksi yang disebabkan oleh perut kosong
• Kenyang : perasaan distensi perut (perut kembung)
Serotonin
• Neurotransmitter monoaminergik serotonin
berperan dalam rasa kenyang.
• Agonis serotonin (fenfluramin, deksfenfluramin,
fluoksetin) : mengurangi rasa lapar, makan, dan
berat badan di berbagai macam kondisi
• Serotonin digunakan untuk pengobatan obesitas
Tugas
• Carilah gangguan makan yang ada dan dasar biologisnya
• Cari cara penanganannya, baik secara biologis maupun
psikologis
• Sindrom prader-Willi
• Obesitas
• Anoreksia
• Bulimia

Anda mungkin juga menyukai