Hambatan terbesar dalam proses menguasai bahasa kedua (B2)
adalah tercampurnya sistem bahasa pertama (B1) dengan sistem B2. Analisis kontrastif (AK) mencoba menjembatani kesulitan tersebut dengan mengontraskan kedua sistem bahasa yang ada untuk meramalkan kesulitan-kesulitan yang terjadi. Beberapa para ahli mencoba untuk menghubungkan berbagai faktor yang ikut terlibat dalam proses penguasaan bahasa. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor yang akan mengmengaruhu faktor psikologi. Faktor-faktor psikologi antara lain : a. Pemerolehan B2, b. Hakikat belajar (baik menurut pandangan kaum behavioris maupun kaum kognitivis, c. Faktor kepribadian, dan d. Dimensi-dimensi sosiokultural (Brown, 1980). B. Linguistik Kontrastif
AK sering dipersamakan dengan istilah Linguistik Kontrastif
(Hamid, 1987). Linguistik Kontrastif adalah suatu cabang ilmu bahasa yang tugasnya membandingkan secara sinkronis dua bahasa sedemikian rupa sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa itu bisa dilihat (Lado, 1957). AK menjadi semakin populer setelah muncul karya Lado (1959) yang berjudul Linguistics A cross Culture yang menguraikan cara-cara mengontraskan dua bahasa. Lado menganjurkan agar pengontrasan dilakukan terhadap fonologi, struktur gramatik. Pengontrasan fonologi dilakukan terhadap sistem bunyi, transfer dari sistem bunyi (varian, pola tekanan dan ritme, transisi, intonasi serta hubungannya dengan fonem-fonem lain). Pengontrasan struktur gramatik hendaknya dibedakan pengertiannya dengan tata bahasa. Struktur gramatik adalah konstruksi bahasa yang lazim dipakai oleh penutur asli dalam berkomunikasi. C. Kritik Terhadap AK
Analisis kontrastif mencoba mengontraskan dua bahasa yang berbeda
dengan maksud untuk mengenali sebab-sebab timbulnya interferensi dan meramalkan kesukaran belajar pembelajar ternyata menimbulkan berbagai kritik dari para ahli bahasa maupun ahli pengajar bahasa. Kritik pertama dikemukakan oleh Ronald Wardhaugh (1970) bahwa AK menimbulkan ketidakpastian karena tidak memadainya teori linguistik yang ada. Kritik kedua dikemukakan oleh Whitman dan Jackson,(1972) AK baik secara teoretis maupun praktis hasilnya tidak memadai untuk meramalkan interferensi yang diperbuat oleh pembelajar. Kritik ketiga dikemukakan oleh Brown (1980) bahwa AK yang populer itu ternyata hanya berhasil meramalkan kesulitan dalam bidang fonologi. Kritik keempat dikemukakan oleh Abdul Wahab (tidak dipublikasikan) bahwa penerapan AK terhadap dua sistem bahasa yang sangat berbeda harus ditinjau kembali. TERIMA KASIH