1) Nita Septianti
2) Sani Safitri
3) Widiastuti Ledgeriana M.
4) Yogi Falahudin
DASAR-DASAR
FISIKA KUANTUM
Persamaan Gelombang
Persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟
ሷ
Sifat-Sifat Fungsi Gelombang
DASAR-DASAR
FISIKA KUANTUM
Persamaan Gelombang
Simpangan pada sembarang posisi dan waktu
ψ 𝑥, 𝑡 → 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 ψ 𝑥, 𝑡 . Simpangan tersebut memenuhi:
Tetapi, karena energi kinetik partikel adalah Inilah yang disebut persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 yang
𝑝2 tidak bergantung waktu. Jelaslahbahwa persamaan
𝐾= 2𝑚
maka persamaan gelombang (2.13) menjadi 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 adalah persamaan gelombang untuk satu
𝑑2 𝜑(𝑥) 𝑝2 partikel. (Siregar, 2018)
+ ħ2 𝜑 𝑥 = 0
𝑑𝑥 2
Persamaan Schrodinger
Untuk 3-dimensi persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 Persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 (2.17) untuk 1-dimensi dapat
dituliskan sebagai berikut:
adalah:
ħ2 𝑑 2
(2.18) 2𝑚 − 2𝑚 𝑑𝑥 2 + 𝑉 (𝑥) 𝜑 𝑥 = 𝐸 𝜑 𝑥
𝛻2𝜑 𝑥, 𝑦, 𝑧 + ħ2 𝐸 − 𝑉 𝜑 𝑥, 𝑦, 𝑧 = 0
Untuk itu nyatakanlah
Dimana 2 2
=− ħ 𝑑2+𝑉 𝑥
𝐻
𝜕2 𝜕2 𝜕2 2𝑚 𝑑𝑥
(2.20)
𝛻2 = 2+ 2+ 2
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 sehingga persamaan (2.19) menjadi
Dari persamaan (2.17) dan (2.18) jelas bahwa (2.21)
𝑥 =𝐸𝜑 𝑥
𝐻𝜑
persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 adalah persamaan gelombang
𝐻disebut 𝐻𝑎𝑚𝑖𝑙𝑡𝑜𝑛𝑖𝑎𝑛 partikel yang merupakan operator
bagi partikel. Solusi persamaanitu adalah energi 𝐸 dan
energi dari partikel. Untuk kasus 3-dimensi. Hamiltonian itu
fungsi gelombang 𝜑(𝑥) . Untuk menyelesaikan adalah
ħ2 2
persamaan itu diperlukan syarat batas bagi fungsi =−
𝐻 𝛻 + 𝑉 𝑥, 𝑦, 𝑧
2𝑚
gelombang 𝜑(𝑥). Syarat batas itu bisa ditentukan jika
bentuk energi potensial 𝑉 diketahui sebelumnya.
(Siregar, 2018)
Persamaan Schrodinger Dengan fungsi gelombang 𝜑(𝑥) dapat
dinyatakan kerapatan peluang untuk menemukan
Hamiltonian di atas hanya bergantung pada ruang, tidak
partikel itu di posisi 𝑥 dalam rentang 𝑑𝑥, yakni
bergantung waktu. Jadi ia bersifat stasioner.
𝜑(𝑥) 2 𝑑𝑥 sehingga berlaku
Dalam persamaan (2.21) terlihat bahwa operasi operator 𝐻 pada fungsi −∞
+∞ 𝜑(𝑥) 2 𝑑𝑥 = 1
𝜑(𝑥) menghasilkan energi 𝐸 tanpa mengubah fungsi 𝜑(𝑥). Persamaan
seperti itu disebut persamaan nilai eigen, di mana 𝐸 adalah nilai eigen (2.23)
energi dari operator 𝐻 dengan fungsi eigen 𝜑(𝑥).
Persamaan (2.23) itu menyatakan fungsi
𝜕
(Siregar, 2018)
𝑖ħ 𝜕𝑡 𝛹 𝛹 𝑥, 𝑡
𝑥, 𝑡 = 𝐻
(2.22)
disebut persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 yang bergantung
waktu.
1. Partikel Bebas
Kita berangkat dari konsep klasik yang telah kita kenal dengan baik. Secara klasik, energi partikel atau berada
bebas bermassa m, diberikan oleh energi kinetik. (Purwanto)
𝑃2
𝐸= (2.26)
2𝑚
dengan 𝑝 adalah momentum partikel. Berikut ini diperlihatkan transisinya ke dalam persamaan kuantum.
ℎ𝑣 ℎ
Ungkapan energi Planck 𝐸𝑛 = 𝑛ℎ𝑣 dan momentum Compton 𝑃 = 𝑐 = 𝜆 dapat ditulis sebagai berikut:
𝐸 = ℏ𝜔
𝑃 = ℏ𝑘 (2.27)
+∞
sehingga ungkapan paket gelombang 𝑓 𝑥, 𝑡 = ධ 𝑔 𝑘 𝑒𝑖 𝑘𝑥−𝜔𝑡
𝑑𝑘 dapat di tulis ulang dalam bentuk:
−∞
𝜓 𝑥, 𝑡 = 𝑁𝑥𝑃( 𝑒 𝑃 𝜑 −𝐸𝑡)∕ℎ 𝑑𝑃 (2.28)
𝑑𝜓 𝑖𝐸 𝑖(𝑃𝑥−𝐸𝑡)∕ℎ
= 𝑁𝑃 𝜑 − 𝑒 𝑑𝑝
𝜕𝑡 ℏ
𝜕𝜓 −𝑖𝑁 𝑃2
= 𝜑 𝑝 𝑒 𝑖(𝑃𝑥−𝐸𝑡)∕ℎ 𝑑𝑝 (2.29a)
𝜕𝑡 ℏ 2𝑚
𝑃2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ൗ
𝑁𝑃 𝜑 𝑒 ℎ 𝑑𝑝
2𝑚
−ℎ2 𝜕 2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ൗ
= 𝑁𝑃 𝜑 𝑒 ℎ 𝑑𝑝
2𝑚 𝜕𝑥 2
ℏ2 𝜕 2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ൗℎ ℎ2 𝜕2 𝜓
= − 2𝑚 𝜕𝑥 2 𝑁𝜑 𝑃 𝑒 𝑑𝑝 = (2.29b)
2𝑚 𝜕𝑥 2
Dari dua persamaan di atas diperoleh persamaan diferensial paket gelombang 𝜓 bagi partikel bebas:
𝜕𝜓 −ℏ2 𝜕2 𝑚
𝑖ℏ 𝜕𝑡 = (2.30)
2𝑚 𝜕𝑥 2
Perluasan bentuk energi partikel bebas ke dalam ruang tiga dimensi diberikan oleh:
𝑝2 1
𝐸 = 2𝑚 = 2𝑚 𝑝𝑥2 + 𝑝𝑦2 + 𝑝𝑧2 (2.31)
𝜕𝜓 ℏ2 𝜕 2 𝜓 ℏ2 𝜕 2 𝜓 ℏ2 𝜕 2 𝜓
𝑖ℏ =− − −
𝜕𝑡 2𝑚 𝜕𝑥 2 2𝑚 𝜕𝑦 2 2𝑚 𝜕𝑧 2
ℏ2 𝜕 2 𝜕2 𝜕2
=− + + 𝜓
2𝑚 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2
ℏ2 2
= − 2𝑚 𝛻 𝜓 (2.32)
2. Partikel di Dalam Potensial
Dengan membandingkan persamaan.(2.26) dan persamaan (2.32) tampak adanya korespondensi antara energi
𝐸,momentum 𝑝Ԧ dan operator diferensial
𝜕
𝐸 → 𝑖ℎ
𝜕𝑡
𝑝Ԧ → 𝑖ℏ𝛻 (2.34)
Operator-operator ini bekerja pada fungsi gelombang 𝜓 𝑟,Ԧ 𝑡 . Bentuk korespondensi ini nantinya yang digunakan
untuk membangun persamaan gerak kuantum berangkat dari bentuk energi klasik. (Purwanto)
Selanjutnya, tinjau partikel yang mengalami gaya 𝐹Ԧ yang dapat dituliskan sebagai gradient dari energi potensial
𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡)
𝐹Ԧ = −𝛻𝑉(𝑟, 𝑡) (2.35)
𝑝2
𝐸= + 𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡) (2.36)
2𝑚
Berdasarkan korespondensi (2.34) persamaan gerak kuantum partikel di dalam potensial 𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡) diberikan oleh
Ԧ
𝜕𝜓(𝑟,𝑡) ℏ2 2
𝑖ℏ 𝜕𝑡 = − 2𝑚 𝛻 𝜓 𝑟,
Ԧ 𝑡 + 𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡)𝜓(𝑟,
Ԧ 𝑡) (2.37)
𝜕𝜓(𝑥,𝑡) ℏ2 𝜕2 𝜓 𝑥,𝑡
𝑖ℏ 𝜕𝑡 = − 2𝑚 𝜕𝑥 2 + 𝑉(𝑥, 𝑡)𝜓(𝑥, 𝑡) (2.38)
𝐸 = 𝐻(𝑟,
Ԧ 𝑝,
Ԧ 𝑡) (2.39)
maka persamaan (2.37) dapat dituliskan sebagai
𝜕𝜓
𝑖ℏ 𝜕𝑡 = 𝐻(𝑟,
Ԧ 𝑖ℏ𝛻, 𝑡)𝜓 (2.40)
ℏ2 2
𝐻= − 2𝑚 𝛻 + 𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡) (2.41)
𝐸 = 𝐻(𝑟, Ԧ 𝑡)
Ԧ 𝑝,
No Meaning
Tetapi
න 𝑃 𝑟,
Ԧ 𝑡 𝑑𝑣 = 1
𝑉
Contoh Soal!
Penyelesaian!
a. Secara eksplisit 𝜓(𝑥) diberikan oleh
Sehingga
Karena itu
∞
න 𝜓 2 𝑑𝑥 = 1
−∞
∞ 0
= 𝐶 න 𝑒 −2𝑥 sin2 𝑎𝑥 𝑑𝑥
2 + 2
𝐶 න 𝑒 2𝑥 sin2 𝑎𝑥 𝑑𝑥
0 −∞
∞
= 2𝐶 2 න 𝑒 −2𝑥 sin2 𝑎𝑥 𝑑𝑥
0
2(1 + 𝑎2 ) − 𝑥
𝜓 𝑥 = 2
𝑒 sin 𝑎𝑥
𝑎
b. Besar kemungkinan partikel berada di 𝑥 ≥ 1
∞
2
𝑃 𝑥≥𝑡 =න 𝜓 𝑥 𝑑𝑥
𝑡
1
𝑃 𝑥 ≥ 1 = 2 = 0,068
2𝑒
Persamaan Kontinyuitas
𝑃 𝑥, 𝑡 = 𝜓(𝑥, 𝑡) 2 𝑑𝑥
Persamaan Kontinyuitas
𝜕 2 𝑖ℏ
𝜓 −𝛻⋅ 𝜓 ∗ 𝛻𝜓 − 𝛻𝜓 ∗ 𝜓 = 0
𝜕𝑡 2𝑚
Nilai Harap ecara lebih umum, jika 𝜓 tak ternormalisasi
maka persamaan (2.51) menjadi
Dimana partikel sering berada atau berapa
momentum rata-rata partikel? 𝒗𝒅 𝝍 𝒑𝒐𝑨 ∗𝝍
𝑨 = (2.52)
𝒗𝒅 𝝍 ∗𝝍
Jawaban atas pertanyaan ini diberikan oleh
Sebagai contoh, nilai rata-rata posisi 𝒓
teorema Ehrenfest
𝒓 = 𝒗𝒅 𝝍𝒓 ∗𝝍 (2.53)
Misalkan kita ingin tahu nilai rata-rata variabel
Sedang dari analogi klasik untuk nilai rata-
dinamis 𝑨(𝒙, 𝒑), maka didefinisikan nilai harap rata momentum 𝑝Ԧ
(𝑒𝑥𝑝𝑒𝑐𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒) dari besaran 𝑨 sebagai
𝒅 𝝏𝝍∗
𝑨 = 𝒗𝒅 𝝍 𝒑𝒐𝑨 ∗𝝍 (2.51) 𝒑 = 𝒎 𝒓 = 𝒎 ቄ 𝒓𝝍 𝒅𝒗 +
𝒅𝒕 𝝏𝒕
𝒅 𝝏𝝍∗ 𝝏𝝍 𝟏 −ħ𝟐 𝟐
𝒑𝒙 = 𝒎 𝒙 =𝒎 𝝍𝒙 𝒕𝝏 𝒅𝒗 + 𝒗𝒅 𝒙 ∗𝝍 =𝒎 ቄ− 𝜵 𝝍 𝒙𝝍 𝒅𝒗 +
𝒅𝒕 𝝏𝒕 𝒊ħ 𝟐𝒎
න 𝜵𝟐 𝝍∗ 𝒙𝝍 𝒅𝒗 = න 𝜵 ∙ 𝜵𝝍∗ 𝒙𝝍 𝒅𝒗 − න 𝜵𝝍∗ 𝜵 𝒙𝝍 𝒅𝒗
= ර 𝜵𝝍∗ 𝒙𝝍 ∙ 𝒏
ෝ 𝒅𝒂 − න 𝜵 ∙ 𝝍∗ 𝜵 𝒙𝝍 𝒅𝒗 − න 𝝍∗ 𝜵𝟐 𝒙𝝍 𝒅𝒗 = 𝟎 − 𝟎 + න 𝝍∗ 𝜵 ∙ 𝜵 𝒙𝝍 𝒅𝒗
= න 𝝍∗ 𝜵 ∙ 𝜵𝒙 𝝍 + 𝒙 𝜵𝝍 𝒅𝒗 = න 𝝍∗ 𝜵𝟐 𝒙 𝝍 + 𝜵𝒙 ∙ 𝜵𝝍 + 𝜵𝒙 ∙ 𝒙 𝜵𝟐 𝝍 𝒅𝒗
𝝏𝝍
= න 𝝍∗ 𝟎 + 𝟐𝜵𝒙 ∙ 𝜵𝝍 + 𝒙 𝜵𝟐 𝝍 𝒅𝒗 = 𝟐 න 𝝍∗ 𝒅𝒗 + න 𝝍∗ 𝒙 𝜵𝟐 𝝍 𝒅𝒗 (2.55c)
𝝏𝒙
Substitusi kembali ke dalam persamaan (2.55b), memberikan
∗ 𝝏𝝍 𝝏
𝒑𝒙 = −𝒊ħ 𝝍 𝒅𝒗 = 𝝍∗ −𝒊ħ 𝝍 𝒅𝒗 (2.55d)
𝝏𝒙 𝝏𝒙
∞ < 𝒗𝒅 𝟐 𝜳 (2.57)
Karena integral dilakukan terhadap seluruh ruang, syarat rumus di atas berakibat.
𝚿 𝒓, 𝒕 → 𝟎 untuk 𝒓 < ∞ (2.58)
Dan
Tinjau partikel yang bergerak di dalam ruangan dengan potensial
ħ2 𝛻 2 𝜑
tidak bergantung waktu 𝑽 = 𝑽 (𝒓) untuk sistem seperti − + 𝑉 𝑟Ԧ = 𝐸 2.63)
2𝑚 𝜑
ini,Ψ(𝒓, 𝒕) dapat diuraikan menjadi perkalian bagian yang hanya
bergantung ruang dan bagian yang hanya bergantung waktu Atau
Catatan: 𝜑 𝑟Ԧ di sini tidak terkait dengan 𝜑 𝑘 pada persamaan
𝑑𝑓 𝐸
(2.28) dan hanya sama notasi belaka. (Purwanto) = −𝑖 ħ 𝑓 (2.64a)
𝑑𝑡
Dan
Selanjutnya, subtitusi uraian ke dalam persamaan kemudian di
bagi 𝜑 𝑟Ԧ 𝑓 (𝑡) maka didapatkan ħ2
𝑖ħ 𝑑𝑓 ħ2 𝛻 2 𝜑 − 2𝑚 𝛻 2 + 𝑉 𝑟Ԧ 𝜑 𝑟Ԧ = 𝐸 𝜑 𝑟Ԧ
=− + 𝑉 𝑟Ԧ
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡 2𝑚 𝜑 (2.64b)
Karena ruas kiri persamaan (2.61) hanya bergantung waktu Persamaan (2.64a) adalah pesamaan diferensial
sedangkan ruas kanan hanya bergantung variable ruang 𝑟Ԧ , orde satu dengan solusi akan sebanding dengan
maka keduanya akan selalu sama jika dan hanya jika keduanya
sama dengan konstanta, misalkan 𝐸 dengan demikian 𝑒𝑥𝑝(−
𝑖𝐸𝑡
) . karena itu uraian (2.60) menjadi
persamaan (2.61) akan terpisah menjadi dua persamaan: ħ
𝑖𝐸𝑡
Ψ 𝑟,
Ԧ 𝑡 = 𝜑 𝑟Ԧ 𝑒− ħ
Persamaan (2.37) secara implisit menyatakan bahwa 𝐸
harus riel, karena bila mempunyai harga imajiner ∈, Ψ Mengingat bentuk persamaan (2.41) dengan 𝑉 = 𝑉 𝑟Ԧ
akan lenyap untuk semua 𝑟 jika𝑡 → ∞ atau ∞ sesuai
persamaan (2.64b) dapat ditulis menjadi
tanda (−) atau (+) dari ∈. hal ini tidak memenuhi syarat
keberadaan partikel di dalam ruang (2.45) selanjutnya 𝐻𝜑 𝑟Ԧ = 𝐸𝜑 𝑟Ԧ (2.67)
persamaan (2.65) memberikan rapat probabilitas
(Purwanto)
Ԧ 𝑡 𝟐 = Ψ 𝑟Ԧ 𝟐
Ψ 𝑟,
Persamaan (2.67) ini di sebut persamaan karakteristik
atau persamaan nilai eigen dengan 𝜑 𝑟Ԧ sebagai fungsi
Yang tidak bergantug waktu. Karena itu Ψ 𝑟,
Ԧ 𝑡 pada
eigen dan 𝐻 adalah operator diferensial dari energi. 𝐸
persamaan (2.65) menggambarkan keadaan stasioner
adalah nilai eigen dari operator 𝐻, dan di sebut sebagai
(stationary state) karena tidak ada karakter atau sifat
energi eigen dan ditafsirkan sebagai energi partikel.
partikel yang berubah terhadap waktu. Sedangkan
(Purwanto)
persamaan (2.64b) di sebut persamaan 𝑠𝑐ℎ𝑟𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟
ሷ tak
bergantung waktu. (Purwanto)
Sifat-Sifat Fungsi Gelombang
Dalam persmaan (2.8); 𝜓(𝑥) adalah fungsi gelombang partikel yang tidak bergantung waktu. Dengan fungsi
gelombang itu, peluang menemukan partikel di 𝑥 dalam interval dx adalah 𝜓 ∗ (𝑥) 𝜓(𝑥)𝑑𝑥, dan total
peluang untuk menemukan partikel itu disepanjang sumbu-x adalah
∞ ∞
−∞ 𝜓 ∗ 𝑥 𝜓 𝑥 𝑑𝑥 = −∞ 𝜓(𝑥) 2 𝑑𝑥 = 1 (2.68)
Dimana 𝜓(𝑥) 2 disebut rapat peluang. Dalam persamaan ini, 𝜓 ∗ (𝑥) adalah konjugasi dari 𝜓(𝑥). Fungsi
𝜓(𝑥) yang memenuhi persamaan (2.68) disebut fungsi yang dinormalisasi. (Siregar, 2018)
Suatu fungsi gelombang partikel harus memiliki kelakuan yang baik agar sifat yang diungkapkan oleh Persamaan
(2.68) dapat terpenuhi. Sifat-sifat tersebut adalah:
1. Tidak sama dengan nol, dan merupakan 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑙𝑒 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒𝑑, artinya 𝜓(𝑥) memiliki hanya satu harga saja untuk suatu
harga 𝑥.
3. Funsgi (harga mutlaknya) tetap terbatas (finite) untuk 𝑥 menuju ±∞; dalam keadaan terikat 𝜓 ∗ (𝑥) 𝜓(𝑥) = 0 di 𝑥
menuju ±∞ (Siregar, 2018)
Jika ketiga persyaratan di atas dipenuhi, maka fungsi 𝜓(𝑥) disebut sebagai fungsi yang berkelakuan baik.
Perhatikan fungsi gelombang dalam persamaan (2.10) (Siregar, 2018)
𝑛𝜋
𝜓𝑛 𝑥 = 𝐶𝑠𝑖𝑛 𝑥 (2.69)
𝐿
Normalisasinya harus memenuhi:
∞ 𝐿 𝑛𝜋
−∞ 𝜓𝑛 (𝑥) 2 𝑑𝑥 = 𝐶 2 0 𝑠𝑖𝑛2 𝐿
𝑥 𝑑𝑥 = 1 (2.70)
1−𝑐𝑜𝑠2𝜃 𝐿 2
Dengan menggunakan 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 = , maka hasil integral di atas adalah 𝐶 2 = 1 sehingga 𝐶 = . Jadi
2 2 𝐿
2 𝑛𝜋
𝜓𝑛 𝑥 = 𝑠𝑖𝑛 𝑥 (2.71)
𝐿 𝐿
𝜓 𝑥 = 𝐶𝑛 𝜓𝑛 (𝑥 )
𝑛
𝐶𝑛 adalah koefisien bagi fungsi 𝜓𝑛 (𝑥) yang biasanya rill atau kompleks
∞
∗ 𝑥 𝜓 𝑥 𝑑𝑥
𝐶𝑚 = න 𝜓𝑚
−∞
Jika fungsi-fungsi 𝜓𝑛 (𝑥) selain ternormalisasi juga ortogonal satu sama lain maka berlaku :
න 𝜓 ∗𝑚 𝑥 𝜓𝑛 𝑥 𝑑𝑥 = 𝛿𝑚𝑛
−∞
Dan
𝐶 ∗𝑛 𝐶𝑛 = 1
𝑛
𝑥; 0 ≤ 𝑥 ≤ 𝐿/2
Misalkan fungsi 𝜓(𝑥)=ቊ
𝐿 − 𝑥; 𝐿/2 ≤ 𝑥 ≤ 𝐿
2 𝑛𝜋
Jika 𝜓(𝑥) = σ𝑛 𝑎𝑛 𝜓𝑛 𝑥 ; 𝜓𝑛 𝑥 = 𝑠𝑖𝑛 𝑥 tentukanlah
𝐿 𝐿
harga-harga koefisien 𝐶𝑛 !
Penyelesaian:
2𝐿 3Τ2 1 𝑛𝜋
∴𝜓 𝑥 = 𝑠𝑖𝑛
𝑛2 𝑛2 2
𝑛
Integral overlap dituliskan seperti:
Jika 𝜓𝑛 (𝑥) fungsi-fungsi non-orthogonal, maka secara umum:
∞ ∞
−∞ 𝜓 ∗𝑘 𝑥 𝜓𝑙 𝑥 𝑑𝑥 ≡ 𝑘𝜓ۦȁ𝜓𝑙 ۧ
න 𝜓 ∗𝑘 𝑥 𝜓𝑙 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑆𝑘𝑙 ;
−∞
σ𝑘𝑙 𝐶𝑘 𝐶𝑙 𝑆𝑘𝑙 = 1