Anda di halaman 1dari 32

 KELOMPOK 7

1) Nita Septianti
2) Sani Safitri
3) Widiastuti Ledgeriana M.
4) Yogi Falahudin

DASAR-DASAR
FISIKA KUANTUM
Persamaan Gelombang
Persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟

Sifat-Sifat Fungsi Gelombang

DASAR-DASAR
FISIKA KUANTUM
Persamaan Gelombang
Simpangan pada sembarang posisi dan waktu
ψ 𝑥, 𝑡 → 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 ψ 𝑥, 𝑡 . Simpangan tersebut memenuhi:

Getaran sebuah kawat halus yang 𝝏𝟐 𝜳(𝒙,𝒕) 𝟏 𝝏𝟐 𝜳(𝒙,𝒕)


diregangkan sepanjang sumbu 𝑥 dengan
= (2.1)
𝝏𝒙𝟐 𝒗𝟐 𝝏𝒕𝟐
kedua ujungnya di buat tetap
−𝝎𝟐 → 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑠𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑡,
𝜳 𝒙, 𝒕 = 𝝋(𝒙)𝝓(𝒕) (2.2) 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛:
substitusikan ke persamaan (2.1)!!! 𝒅𝟐 𝝓 𝒕
+ 𝝎𝟐 𝝓 𝒕 = 𝟎 (2.4)
𝒅𝒕𝟐
𝒗𝟐 𝒅𝟐 𝝋(𝒙) 𝟏 𝒅𝟐 𝝓(𝒕)
= = −𝝎𝟐 (2.3) 𝒅𝟐 𝝋 𝒙 𝝎𝟐
𝝋(𝒙) 𝒅𝒙𝟐 𝝓(𝒕) 𝒅𝒕𝟐 + 𝝋 𝒙 =𝟎 (2.5)
𝒅𝒙𝟐 𝒗𝟐
Persamaan (2.4) mempunyai solusi umum: Contoh 1, untuk 𝑥 = 0, 𝜓 0 = 0 maka
𝐷 = 0, persamaan (2.7) menjadi
𝝓 𝒕 = 𝑨𝒆−𝒊𝝎𝒕 (2.6)
𝟐𝝅
𝒗 𝝋𝒏 𝒙 = 𝑪 𝒔𝒊𝒏 𝒙 (2.8)
Dengan𝝎 = 𝟐𝝅𝒇 𝑑𝑎𝑛 𝝀 = maka fungsi 𝝀
𝒇
gelombang (2.2) menjadi 2𝜋𝐿
Contoh 1 𝑥 = 𝐿, 𝜑 𝐿 = 𝐶𝑠𝑖𝑛( ) = 0, maka
𝜆
𝜳 𝒙, 𝒕 = 𝝋 𝑨𝒆−𝒊𝝎𝒕 (2.6a) 𝑠𝑖𝑛
2𝜋
= 0, sehingga:
𝜆
Lalu persamaan (2.5) mempunyai solusi umum:
𝟐𝑳
= 𝒏; 𝒏 = 𝟏, 𝟐, … … (2.9)
𝟐𝝅 𝟐𝝅 𝝀
𝝋 𝒙 = 𝑪 𝒔𝒊𝒏 𝒙 + 𝑫 𝒄𝒐𝒔 𝒙 (2.7)
𝝀 𝝀

Untuk menentukan konstanta 𝐶 dan 𝐷 Sehingga persamaan (2.8) menjadi


diperlukan syarat batas, misal 𝑥 = 0, dan 𝒏𝝅
𝑥 = 𝐿 dengan 𝐿 adalah panjang kawat 𝝋𝒏 𝒙 = 𝑪 𝒔𝒊𝒏 𝒙 (2.10)
𝑳
Substitusi persamaan (2.9) dan (2.6) ke persamaan (2.2) menghasilkan:
𝒏𝝅 Persamaan simpangan modus normal
𝝋𝒏 𝒙, 𝒕 = 𝑨 𝒔𝒊𝒏 𝒙 𝒆−𝒊𝝎𝒕 (2.11) getaran kawat
𝑳
Persamaan Schrodinger
Pada tahun 1926, Erwin 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 menggunakan sifat Jika energi potensial yang dimiliki partikel
gelombang de Broglie suatu partikel dalam persamaan gelombang adalah 𝑉, maka energi partikel itu adalah
(2.5). Jika momentum partikel adalah 𝑝 , maka panjang 𝐸 =𝐾+𝑉 (2.16)
gelombangnya adalah 𝜆 = ℎ/𝑝. Karena kecepatan 𝑣 = 𝑓𝜆 maka Dengan demikian maka persamaan gelombang
ħ𝜔
𝑣= 𝑑2 𝜑(𝑥) 2𝑚𝐾 menjadi
𝑝 + 𝜑 𝑥 =0
𝑑𝑥 2 ħ2

Dimana ℏ = ℎ/2𝜋 dan 𝜔 = 2𝜋𝑓 . Dengan demikian


maka persamaan gelombang 𝑑2𝜑 𝑥 2𝑚
+ 2 𝐸−𝑉 𝜑 𝑥 = 0
𝑑2𝜑 𝑥 𝜔2 menjadi 𝑑 2 𝜑(𝑥) 𝑝2 𝑑𝑥 2 ħ
+ 2𝜑 𝑥 =0 + 2𝜑 𝑥 = 0
𝑑𝑥 2 𝑣 𝑑𝑥 2 ħ

Tetapi, karena energi kinetik partikel adalah Inilah yang disebut persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 yang
𝑝2 tidak bergantung waktu. Jelaslahbahwa persamaan
𝐾= 2𝑚
maka persamaan gelombang (2.13) menjadi 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 adalah persamaan gelombang untuk satu
𝑑2 𝜑(𝑥) 𝑝2 partikel. (Siregar, 2018)
+ ħ2 𝜑 𝑥 = 0
𝑑𝑥 2
Persamaan Schrodinger
Untuk 3-dimensi persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 Persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 (2.17) untuk 1-dimensi dapat
dituliskan sebagai berikut:
adalah:
ħ2 𝑑 2
(2.18) 2𝑚 − 2𝑚 𝑑𝑥 2 + 𝑉 (𝑥) 𝜑 𝑥 = 𝐸 𝜑 𝑥
𝛻2𝜑 𝑥, 𝑦, 𝑧 + ħ2 𝐸 − 𝑉 𝜑 𝑥, 𝑦, 𝑧 = 0
Untuk itu nyatakanlah
Dimana 2 2
෡ =− ħ 𝑑2+𝑉 𝑥
𝐻
𝜕2 𝜕2 𝜕2 2𝑚 𝑑𝑥
(2.20)
𝛻2 = 2+ 2+ 2
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 sehingga persamaan (2.19) menjadi
Dari persamaan (2.17) dan (2.18) jelas bahwa (2.21)
෡ 𝑥 =𝐸𝜑 𝑥
𝐻𝜑
persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 adalah persamaan gelombang

𝐻disebut 𝐻𝑎𝑚𝑖𝑙𝑡𝑜𝑛𝑖𝑎𝑛 partikel yang merupakan operator
bagi partikel. Solusi persamaanitu adalah energi 𝐸 dan
energi dari partikel. Untuk kasus 3-dimensi. Hamiltonian itu
fungsi gelombang 𝜑(𝑥) . Untuk menyelesaikan adalah
ħ2 2
persamaan itu diperlukan syarat batas bagi fungsi ෡=−
𝐻 𝛻 + 𝑉 𝑥, 𝑦, 𝑧
2𝑚
gelombang 𝜑(𝑥). Syarat batas itu bisa ditentukan jika
bentuk energi potensial 𝑉 diketahui sebelumnya.
(Siregar, 2018)
Persamaan Schrodinger Dengan fungsi gelombang 𝜑(𝑥) dapat
dinyatakan kerapatan peluang untuk menemukan
Hamiltonian di atas hanya bergantung pada ruang, tidak
partikel itu di posisi 𝑥 dalam rentang 𝑑𝑥, yakni
bergantung waktu. Jadi ia bersifat stasioner.
𝜑(𝑥) 2 𝑑𝑥 sehingga berlaku
Dalam persamaan (2.21) terlihat bahwa operasi operator 𝐻 ෡ pada fungsi −∞
‫׬‬+∞ 𝜑(𝑥) 2 𝑑𝑥 = 1
𝜑(𝑥) menghasilkan energi 𝐸 tanpa mengubah fungsi 𝜑(𝑥). Persamaan
seperti itu disebut persamaan nilai eigen, di mana 𝐸 adalah nilai eigen (2.23)
energi dari operator 𝐻෡ dengan fungsi eigen 𝜑(𝑥).
Persamaan (2.23) itu menyatakan fungsi

ℎ2 gelombang partikel yang dinormalisasi. Dalam


Analogi dengan fisika klasik, 𝐸 = 𝐾 + 𝑉, maka − 𝜕 2 /𝜕𝑥 2
2𝑚 2
persamaan itu 𝜑 𝑥 = 𝜑∗ 𝑥 𝜑 𝑥 = 𝜑 𝑥 2
adalah operator energi kinetik dan 𝑉 adalah operator energi potensial
dari partikel. (Siregar, 2018) dimana 𝜑 ∗ 𝑥 adalah konjugat dari 𝜑 𝑥 .

𝜕
(Siregar, 2018)
𝑖ħ 𝜕𝑡 𝛹 ෡ 𝛹 𝑥, 𝑡
𝑥, 𝑡 = 𝐻
(2.22)
disebut persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟ö𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟 yang bergantung
waktu.
1. Partikel Bebas
Kita berangkat dari konsep klasik yang telah kita kenal dengan baik. Secara klasik, energi partikel atau berada
bebas bermassa m, diberikan oleh energi kinetik. (Purwanto)

𝑃2
𝐸= (2.26)
2𝑚

dengan 𝑝 adalah momentum partikel. Berikut ini diperlihatkan transisinya ke dalam persamaan kuantum.
ℎ𝑣 ℎ
Ungkapan energi Planck 𝐸𝑛 = 𝑛ℎ𝑣 dan momentum Compton 𝑃 = 𝑐 = 𝜆 dapat ditulis sebagai berikut:
𝐸 = ℏ𝜔
𝑃 = ℏ𝑘 (2.27)

+∞
sehingga ungkapan paket gelombang 𝑓 𝑥, 𝑡 = ධ 𝑔 𝑘 𝑒𝑖 𝑘𝑥−𝜔𝑡
𝑑𝑘 dapat di tulis ulang dalam bentuk:
−∞
𝜓 𝑥, 𝑡 = 𝑁‫𝑥𝑃( 𝑒 𝑃 𝜑 ׬‬−𝐸𝑡)∕ℎ 𝑑𝑃 (2.28)

dengan 𝑁 adalah konstanta normalisasi.


Diferensiasi fungsi (2.28) terhadap waktu memberikan:

𝑑𝜓 𝑖𝐸 𝑖(𝑃𝑥−𝐸𝑡)∕ℎ
= 𝑁‫𝑃 𝜑 ׬‬ − 𝑒 𝑑𝑝
𝜕𝑡 ℏ

Jika energi 𝐸 diasosiasikan sebagai energi partikel bebas (2.26), maka:

𝜕𝜓 −𝑖𝑁 𝑃2
= ‫𝜑׬‬ 𝑝 𝑒 𝑖(𝑃𝑥−𝐸𝑡)∕ℎ 𝑑𝑝 (2.29a)
𝜕𝑡 ℏ 2𝑚

Tetapi ruas kanan persamaan (2.29a) dapat ditulis sebagai:

𝑃2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ൗ
𝑁‫𝑃 𝜑 ׬‬ 𝑒 ℎ 𝑑𝑝
2𝑚
−ℎ2 𝜕 2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ൗ
= 𝑁‫𝑃 𝜑 ׬‬ 𝑒 ℎ 𝑑𝑝
2𝑚 𝜕𝑥 2

ℏ2 𝜕 2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ൗℎ ℎ2 𝜕2 𝜓
= − 2𝑚 𝜕𝑥 2 𝑁‫𝜑 ׬‬ 𝑃 𝑒 𝑑𝑝 = (2.29b)
2𝑚 𝜕𝑥 2

Dari dua persamaan di atas diperoleh persamaan diferensial paket gelombang 𝜓 bagi partikel bebas:

𝜕𝜓 −ℏ2 𝜕2 𝑚
𝑖ℏ 𝜕𝑡 = (2.30)
2𝑚 𝜕𝑥 2
Perluasan bentuk energi partikel bebas ke dalam ruang tiga dimensi diberikan oleh:
𝑝2 1
𝐸 = 2𝑚 = 2𝑚 𝑝𝑥2 + 𝑝𝑦2 + 𝑝𝑧2 (2.31)

dan persamaan (2.30) dapat diperluas menjadi:

𝜕𝜓 ℏ2 𝜕 2 𝜓 ℏ2 𝜕 2 𝜓 ℏ2 𝜕 2 𝜓
𝑖ℏ =− − −
𝜕𝑡 2𝑚 𝜕𝑥 2 2𝑚 𝜕𝑦 2 2𝑚 𝜕𝑧 2

ℏ2 𝜕 2 𝜕2 𝜕2
=− + + 𝜓
2𝑚 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2

ℏ2 2
= − 2𝑚 𝛻 𝜓 (2.32)
2. Partikel di Dalam Potensial
Dengan membandingkan persamaan.(2.26) dan persamaan (2.32) tampak adanya korespondensi antara energi
𝐸,momentum 𝑝Ԧ dan operator diferensial

𝜕
𝐸 → 𝑖ℎ
𝜕𝑡

𝑝Ԧ → 𝑖ℏ𝛻 (2.34)

Operator-operator ini bekerja pada fungsi gelombang 𝜓 𝑟,Ԧ 𝑡 . Bentuk korespondensi ini nantinya yang digunakan
untuk membangun persamaan gerak kuantum berangkat dari bentuk energi klasik. (Purwanto)
Selanjutnya, tinjau partikel yang mengalami gaya 𝐹Ԧ yang dapat dituliskan sebagai gradient dari energi potensial
𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡)

𝐹Ԧ = −𝛻𝑉(𝑟, 𝑡) (2.35)

Karena itu, energi total partikel 𝐸 dapat diungkapkan sebagai

𝑝2
𝐸= + 𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡) (2.36)
2𝑚
Berdasarkan korespondensi (2.34) persamaan gerak kuantum partikel di dalam potensial 𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡) diberikan oleh

Ԧ
𝜕𝜓(𝑟,𝑡) ℏ2 2
𝑖ℏ 𝜕𝑡 = − 2𝑚 𝛻 𝜓 𝑟,
Ԧ 𝑡 + 𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡)𝜓(𝑟,
Ԧ 𝑡) (2.37)

Persamaan (2.37) ini dikenal sebagai persamaan gelombang 𝑆𝑐ℎ𝑟𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟


ሷ untuk partikel di dalam potensial 𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡).
Dalam banyak hal, sistem fisis dapat didekati dengan model satu dimensi. Persamaan 𝑆𝑐ℎ𝑟𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟
ሷ satu dimensi
behentuk

𝜕𝜓(𝑥,𝑡) ℏ2 𝜕2 𝜓 𝑥,𝑡
𝑖ℏ 𝜕𝑡 = − 2𝑚 𝜕𝑥 2 + 𝑉(𝑥, 𝑡)𝜓(𝑥, 𝑡) (2.38)

Secara umum, karena energi 𝐸 dapat dinyatakan dalam Hamiltonian

𝐸 = 𝐻(𝑟,
Ԧ 𝑝,
Ԧ 𝑡) (2.39)
maka persamaan (2.37) dapat dituliskan sebagai

𝜕𝜓
𝑖ℏ 𝜕𝑡 = 𝐻(𝑟,
Ԧ 𝑖ℏ𝛻, 𝑡)𝜓 (2.40)

Hamiltonian 𝐻 sekarang berperan sebagai operator

ℏ2 2
𝐻= − 2𝑚 𝛻 + 𝑉(𝑟,
Ԧ 𝑡) (2.41)

yang bekerja pada fungsi gelombang 𝜓(𝑟,


Ԧ 𝑡)
Arti Fisis Fungsi Gelombang

𝐸 = 𝐻(𝑟, Ԧ 𝑡)
Ԧ 𝑝,

“Fungsi gelombang merupakan suatu deskripsi dari kejadian


yang mungkin, tetapi kejadian apa? Atau, apa yang
didiskripsikan oleh fungsi gelombang?”
Apa arti fisis dari nilai 𝜓(𝑟,
Ԧ 𝑡) di setiap posisi 𝑟Ԧ pada saat 𝑡?

No Meaning

Tetapi

න 𝑃 𝑟,
Ԧ 𝑡 𝑑𝑣 = 1
𝑉
Contoh Soal!

Fungsi gelombang sutu partikel yang bergerak sepanjang


𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥 diberikan oleh: 𝜓 𝑥 = 𝐶𝑒 − 𝑥 sin 𝑎 𝑥
a. Tentukan konstanta 𝐶 jika fungsi gelombang temormalisasi
b. Jika 𝑎 = 𝜋, hitung kemungkinan untuk mendapatknan partikel berada di
sebelah kanan titik 𝑥 = 1.

Penyelesaian!
a. Secara eksplisit 𝜓(𝑥) diberikan oleh

𝐶𝑒 𝑥 sin 𝑎 𝑥, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 < 0


𝜓 𝑥 = ቊ −𝑥
𝐶𝑒 sin 𝑎 𝑥, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 > 0

Sehingga

2 𝐶 2 𝑒 2𝑥 sin2 𝑎 𝑥, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 < 0


𝜓 𝑥 = ቊ 2 −2𝑥 2
𝐶 𝑒 sin 𝑎 𝑥, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 > 0
Tampak bahwa fungsi terakhir adalah fungsi genap, dan rekaan grafiknya diberikan oleh gambar berikut

Karena itu

න 𝜓 2 𝑑𝑥 = 1
−∞

∞ 0
= 𝐶 න 𝑒 −2𝑥 sin2 𝑎𝑥 𝑑𝑥
2 + 2
𝐶 න 𝑒 2𝑥 sin2 𝑎𝑥 𝑑𝑥
0 −∞


= 2𝐶 2 න 𝑒 −2𝑥 sin2 𝑎𝑥 𝑑𝑥
0

2(1 + 𝑎2 ) − 𝑥
𝜓 𝑥 = 2
𝑒 sin 𝑎𝑥
𝑎
b. Besar kemungkinan partikel berada di 𝑥 ≥ 1


2
𝑃 𝑥≥𝑡 =න 𝜓 𝑥 𝑑𝑥
𝑡

1
𝑃 𝑥 ≥ 1 = 2 = 0,068
2𝑒
Persamaan Kontinyuitas

Kembali pada probabilitas:

𝑃 𝑥, 𝑡 = 𝜓(𝑥, 𝑡) 2 𝑑𝑥

Persamaan Kontinyuitas

𝜕 2 𝑖ℏ
𝜓 −𝛻⋅ 𝜓 ∗ 𝛻𝜓 − 𝛻𝜓 ∗ 𝜓 = 0
𝜕𝑡 2𝑚
Nilai Harap ecara lebih umum, jika 𝜓 tak ternormalisasi
maka persamaan (2.51) menjadi
Dimana partikel sering berada atau berapa
momentum rata-rata partikel? ‫𝒗𝒅 𝝍 𝒑𝒐𝑨 ∗𝝍 ׬‬
𝑨 = (2.52)
‫𝒗𝒅 𝝍 ∗𝝍 ׬‬
Jawaban atas pertanyaan ini diberikan oleh
Sebagai contoh, nilai rata-rata posisi 𝒓
teorema Ehrenfest
𝒓 = ‫𝒗𝒅 𝝍𝒓 ∗𝝍 ׬‬ (2.53)
Misalkan kita ingin tahu nilai rata-rata variabel
Sedang dari analogi klasik untuk nilai rata-
dinamis 𝑨(𝒙, 𝒑), maka didefinisikan nilai harap rata momentum 𝑝Ԧ
(𝑒𝑥𝑝𝑒𝑐𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒) dari besaran 𝑨 sebagai
𝒅 𝝏𝝍∗
𝑨 = ‫𝒗𝒅 𝝍 𝒑𝒐𝑨 ∗𝝍 ׬‬ (2.51) 𝒑 = 𝒎 𝒓 = 𝒎 ቄ‫׬‬ 𝒓𝝍 𝒅𝒗 +
𝒅𝒕 𝝏𝒕

𝐴𝑜𝑝 → 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝐴 𝑥, −𝑖ℎ𝛻


Untuk menghitung secara rinci, lakukan evaluasi perkomponen misalkan komponen – 𝑥 !!!

𝒅 𝝏𝝍∗ 𝝏𝝍 𝟏 −ħ𝟐 𝟐
𝒑𝒙 = 𝒎 𝒙 =𝒎 ‫𝝍𝒙 𝒕𝝏 ׬‬ 𝒅𝒗 + ‫𝒗𝒅 𝒙 ∗𝝍 ׬‬ =𝒎 ቄ− 𝜵 𝝍 𝒙𝝍 𝒅𝒗 +
𝒅𝒕 𝝏𝒕 𝒊ħ 𝟐𝒎

Suku kedua ruas kanan dapat diuraikan menjadi

න 𝜵𝟐 𝝍∗ 𝒙𝝍 𝒅𝒗 = න 𝜵 ∙ 𝜵𝝍∗ 𝒙𝝍 𝒅𝒗 − න 𝜵𝝍∗ 𝜵 𝒙𝝍 𝒅𝒗

= ර 𝜵𝝍∗ 𝒙𝝍 ∙ 𝒏
ෝ 𝒅𝒂 − න 𝜵 ∙ 𝝍∗ 𝜵 𝒙𝝍 𝒅𝒗 − න 𝝍∗ 𝜵𝟐 𝒙𝝍 𝒅𝒗 = 𝟎 − 𝟎 + න 𝝍∗ 𝜵 ∙ 𝜵 𝒙𝝍 𝒅𝒗

= න 𝝍∗ 𝜵 ∙ 𝜵𝒙 𝝍 + 𝒙 𝜵𝝍 𝒅𝒗 = න 𝝍∗ 𝜵𝟐 𝒙 𝝍 + 𝜵𝒙 ∙ 𝜵𝝍 + 𝜵𝒙 ∙ 𝒙 𝜵𝟐 𝝍 𝒅𝒗

𝝏𝝍
= න 𝝍∗ 𝟎 + 𝟐𝜵𝒙 ∙ 𝜵𝝍 + 𝒙 𝜵𝟐 𝝍 𝒅𝒗 = 𝟐 න 𝝍∗ 𝒅𝒗 + න 𝝍∗ 𝒙 𝜵𝟐 𝝍 𝒅𝒗 (2.55c)
𝝏𝒙
Substitusi kembali ke dalam persamaan (2.55b), memberikan

∗ 𝝏𝝍 𝝏
𝒑𝒙 = −𝒊ħ ‫𝝍 ׬‬ 𝒅𝒗 =‫׬‬ 𝝍∗ −𝒊ħ 𝝍 𝒅𝒗 (2.55d)
𝝏𝒙 𝝏𝒙

Sehingga 𝒑 = ‫𝒊 ∗𝝍 ׬‬ħ𝜵𝝍 𝒅𝒗 (2.56)


Syarat untuk Fungsi Gelombang
Interpretasi probabilitas untuk fungsi gelombang mensyaratkan bahwa fungsi Ψ harus merupakan
fungsi yang kuadratnya dapat diintegralkan dan bernilai hingga (square intagrable function)

‫∞ < 𝒗𝒅 𝟐 𝜳 ׬‬ (2.57)
Karena integral dilakukan terhadap seluruh ruang, syarat rumus di atas berakibat.
𝚿 𝒓, 𝒕 → 𝟎 untuk 𝒓 < ∞ (2.58)

Syarat kontinyuitas turunan pertama dari Ψ data


Agar 𝜳 𝟐 𝒅𝒗 berharga anatara 0 dipahami sebagai berikut. Perhatikan persamaan
dan 1. Ψ dan turunan pertamanya 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟
ሷ satu dimensi
𝝏𝚿 𝝏𝚿 𝝏𝚿
, , kontinyu disetiap 𝑟.
Ԧ
𝝏𝒙 𝝏𝒚 𝝏𝒛
𝝏𝜳 ħ𝟐 𝝏𝟐 𝜳
𝒊ħ = − + 𝑽𝚿 (2.59)
𝝏𝒕 𝟐𝒎 𝝏𝒙𝟐
𝜕Ψ
Jika Ψ fungsi kontinu dari x untuk semua waktu t maka . Juga
𝜕𝑡

fungsi kontinyu dari 𝑥. karena itu, ruas kanan persamaan di atas


juga harus kontinyu diskontinuitas dari satu suku ruas kanan ini
dilenyapkan oleh perilaku berlawanan dari suku lainnya. Sebagai
contoh, jika otensial 𝑉 (dan tentu 𝑉Ψ) mempunyai
𝜕2 Ψ
diskontinyuitas berhingga di titik 𝑥 = 𝑎, maka juga
𝜕𝑥 2

mempunyai diskontinyuitas berhingga di titik 𝑥 = 𝑎. Hal ini


𝜕Ψ 𝜕2 Ψ
berarti harus kontinu tetapi kemiringannya (slope) yakni
𝜕𝑥 𝜕𝑥 2

di sebelah kiri tidak sama dengan kemiringannya di sebelah


kanan.
Keadaan Stasioner dan Persamaan Nilai Eigen 𝑖ħ 𝑑𝑓
=𝐸 (2.62)
𝑓 𝑑𝑡

Dan
Tinjau partikel yang bergerak di dalam ruangan dengan potensial
ħ2 𝛻 2 𝜑
tidak bergantung waktu 𝑽 = 𝑽 (𝒓) untuk sistem seperti − + 𝑉 𝑟Ԧ = 𝐸 2.63)
2𝑚 𝜑
ini,Ψ(𝒓, 𝒕) dapat diuraikan menjadi perkalian bagian yang hanya
bergantung ruang dan bagian yang hanya bergantung waktu Atau
Catatan: 𝜑 𝑟Ԧ di sini tidak terkait dengan 𝜑 𝑘 pada persamaan
𝑑𝑓 𝐸
(2.28) dan hanya sama notasi belaka. (Purwanto) = −𝑖 ħ 𝑓 (2.64a)
𝑑𝑡

Dan
Selanjutnya, subtitusi uraian ke dalam persamaan kemudian di
bagi 𝜑 𝑟Ԧ 𝑓 (𝑡) maka didapatkan ħ2
𝑖ħ 𝑑𝑓 ħ2 𝛻 2 𝜑 − 2𝑚 𝛻 2 + 𝑉 𝑟Ԧ 𝜑 𝑟Ԧ = 𝐸 𝜑 𝑟Ԧ
=− + 𝑉 𝑟Ԧ
𝑓(𝑡) 𝑑𝑡 2𝑚 𝜑 (2.64b)

Karena ruas kiri persamaan (2.61) hanya bergantung waktu Persamaan (2.64a) adalah pesamaan diferensial
sedangkan ruas kanan hanya bergantung variable ruang 𝑟Ԧ , orde satu dengan solusi akan sebanding dengan
maka keduanya akan selalu sama jika dan hanya jika keduanya
sama dengan konstanta, misalkan 𝐸 dengan demikian 𝑒𝑥𝑝(−
𝑖𝐸𝑡
) . karena itu uraian (2.60) menjadi
persamaan (2.61) akan terpisah menjadi dua persamaan: ħ
𝑖𝐸𝑡
Ψ 𝑟,
Ԧ 𝑡 = 𝜑 𝑟Ԧ 𝑒− ħ
Persamaan (2.37) secara implisit menyatakan bahwa 𝐸
harus riel, karena bila mempunyai harga imajiner ∈, Ψ Mengingat bentuk persamaan (2.41) dengan 𝑉 = 𝑉 𝑟Ԧ
akan lenyap untuk semua 𝑟 jika𝑡 → ∞ atau ∞ sesuai
persamaan (2.64b) dapat ditulis menjadi
tanda (−) atau (+) dari ∈. hal ini tidak memenuhi syarat
keberadaan partikel di dalam ruang (2.45) selanjutnya 𝐻𝜑 𝑟Ԧ = 𝐸𝜑 𝑟Ԧ (2.67)
persamaan (2.65) memberikan rapat probabilitas
(Purwanto)
Ԧ 𝑡 𝟐 = Ψ 𝑟Ԧ 𝟐
Ψ 𝑟,
Persamaan (2.67) ini di sebut persamaan karakteristik
atau persamaan nilai eigen dengan 𝜑 𝑟Ԧ sebagai fungsi
Yang tidak bergantug waktu. Karena itu Ψ 𝑟,
Ԧ 𝑡 pada
eigen dan 𝐻 adalah operator diferensial dari energi. 𝐸
persamaan (2.65) menggambarkan keadaan stasioner
adalah nilai eigen dari operator 𝐻, dan di sebut sebagai
(stationary state) karena tidak ada karakter atau sifat
energi eigen dan ditafsirkan sebagai energi partikel.
partikel yang berubah terhadap waktu. Sedangkan
(Purwanto)
persamaan (2.64b) di sebut persamaan 𝑠𝑐ℎ𝑟𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟
ሷ tak
bergantung waktu. (Purwanto)
Sifat-Sifat Fungsi Gelombang

Dalam persmaan (2.8); 𝜓(𝑥) adalah fungsi gelombang partikel yang tidak bergantung waktu. Dengan fungsi
gelombang itu, peluang menemukan partikel di 𝑥 dalam interval dx adalah 𝜓 ∗ (𝑥) 𝜓(𝑥)𝑑𝑥, dan total
peluang untuk menemukan partikel itu disepanjang sumbu-x adalah
∞ ∞
‫׬‬−∞ 𝜓 ∗ 𝑥 𝜓 𝑥 𝑑𝑥 = ‫׬‬−∞ 𝜓(𝑥) 2 𝑑𝑥 = 1 (2.68)

Dimana 𝜓(𝑥) 2 disebut rapat peluang. Dalam persamaan ini, 𝜓 ∗ (𝑥) adalah konjugasi dari 𝜓(𝑥). Fungsi
𝜓(𝑥) yang memenuhi persamaan (2.68) disebut fungsi yang dinormalisasi. (Siregar, 2018)
Suatu fungsi gelombang partikel harus memiliki kelakuan yang baik agar sifat yang diungkapkan oleh Persamaan
(2.68) dapat terpenuhi. Sifat-sifat tersebut adalah:
1. Tidak sama dengan nol, dan merupakan 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑙𝑒 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒𝑑, artinya 𝜓(𝑥) memiliki hanya satu harga saja untuk suatu
harga 𝑥.

2. Fungsi dan turunannya kontinu di semua harga 𝑥, dan

3. Funsgi (harga mutlaknya) tetap terbatas (finite) untuk 𝑥 menuju ±∞; dalam keadaan terikat 𝜓 ∗ (𝑥) 𝜓(𝑥) = 0 di 𝑥
menuju ±∞ (Siregar, 2018)

Jika ketiga persyaratan di atas dipenuhi, maka fungsi 𝜓(𝑥) disebut sebagai fungsi yang berkelakuan baik.
Perhatikan fungsi gelombang dalam persamaan (2.10) (Siregar, 2018)
𝑛𝜋
𝜓𝑛 𝑥 = 𝐶𝑠𝑖𝑛 𝑥 (2.69)
𝐿
Normalisasinya harus memenuhi:

∞ 𝐿 𝑛𝜋
‫׬‬−∞ 𝜓𝑛 (𝑥) 2 𝑑𝑥 = 𝐶 2 ‫׬‬0 𝑠𝑖𝑛2 𝐿
𝑥 𝑑𝑥 = 1 (2.70)

1−𝑐𝑜𝑠2𝜃 𝐿 2
Dengan menggunakan 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 = , maka hasil integral di atas adalah 𝐶 2 = 1 sehingga 𝐶 = . Jadi
2 2 𝐿

secara lengkap fungsi yang dinormalisasi adalah (Siregar, 2018)

2 𝑛𝜋
𝜓𝑛 𝑥 = 𝑠𝑖𝑛 𝑥 (2.71)
𝐿 𝐿

Berdasarkan integral di atas, maka untuk daerah 𝑥 ≤ 0 dan 𝑥 ≥ 𝐿, 𝜓𝑛 (𝑥) = 0.


Suatu fungsi gelombang yang donormalisasi dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari beberapa
fungsi yang masing-masing dinormalisasi juga. Jika 𝜓 (𝑥) adalah kombinasi linier dari sekumpulan
fungsi-fungsi 𝜓𝑛 (𝑥) , maka penulisannya secara umum adalah seperti:

𝜓 𝑥 = ෍𝐶𝑛 𝜓𝑛 (𝑥 )
𝑛

𝐶𝑛 adalah koefisien bagi fungsi 𝜓𝑛 (𝑥) yang biasanya rill atau kompleks

Koefisien itu memenuhi integral 𝑜𝑣𝑒𝑟𝑙𝑎𝑝 seperti:


∗ 𝑥 𝜓 𝑥 𝑑𝑥
𝐶𝑚 = න 𝜓𝑚
−∞
Jika fungsi-fungsi 𝜓𝑛 (𝑥) selain ternormalisasi juga ortogonal satu sama lain maka berlaku :

න 𝜓 ∗𝑚 𝑥 𝜓𝑛 𝑥 𝑑𝑥 = 𝛿𝑚𝑛
−∞

Dan

෍ 𝐶 ∗𝑛 𝐶𝑛 = 1
𝑛

Harga 𝛿𝑚𝑛 = 1 Jika 𝑚 = 𝑛, dan 𝛿𝑚𝑛 = 0 jika 𝑚 ≠ 𝑛


Contoh 3

𝑥; 0 ≤ 𝑥 ≤ 𝐿/2
Misalkan fungsi 𝜓(𝑥)=ቊ
𝐿 − 𝑥; 𝐿/2 ≤ 𝑥 ≤ 𝐿

2 𝑛𝜋
Jika 𝜓(𝑥) = σ𝑛 𝑎𝑛 𝜓𝑛 𝑥 ; 𝜓𝑛 𝑥 = 𝑠𝑖𝑛 𝑥 tentukanlah
𝐿 𝐿
harga-harga koefisien 𝐶𝑛 !

Penyelesaian:
2𝐿 3Τ2 1 𝑛𝜋
∴𝜓 𝑥 = ෍ 𝑠𝑖𝑛
𝑛2 𝑛2 2
𝑛
Integral overlap dituliskan seperti:
Jika 𝜓𝑛 (𝑥) fungsi-fungsi non-orthogonal, maka secara umum:
∞ ∞
‫׬‬−∞ 𝜓 ∗𝑘 𝑥 𝜓𝑙 𝑥 𝑑𝑥 ≡ ‫ 𝑘𝜓ۦ‬ȁ𝜓𝑙 ۧ
න 𝜓 ∗𝑘 𝑥 𝜓𝑙 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑆𝑘𝑙 ;
−∞

σ𝑘𝑙 𝐶𝑘 𝐶𝑙 𝑆𝑘𝑙 = 1

Anda mungkin juga menyukai