Anda di halaman 1dari 12

Hanna Syabrina

Kota Bali merupakan kota yang menjadi pusat


perhatian wisatawan dunia. Untuk mengantisipasi
pertumbuhan pariwisata tersebut dibutuhkan sarana dan
prasarana infrastruktur yang memadai. Terkait masalah
transportasi, yang paling mendesak untuk ditangani
adalah kemacetan yang terjadi di kawasan Bali Selatan,
utamanya adalah Pelabuhan Laut Benoa dan
Bandar Udara Ngurah Rai sebagai gerbang utama pintu
masuk ke Bali.
Pembangunan jalan tol di Bali merupakan suatu
upaya untuk mendukung masterplan program
percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia (MP3EI)
yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat
Nama Proyek : Proyek pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-
Benoa (Tol Bali Mandara).
Fisik : Jalan tol yang memiliki total panjang jalan 12,7 km merupakan
jalan tol pertama yang melintas di atas permukaan laut.
Waktu pembangunan: waktu konstruksi selama 14 bulan lebih cepat
dari rencana awal yaitu 18 bulan dan pembuatan studi kelayakan serta
amdal selama 2 bulan.
Lokasi Proyek: terletak di atas permukaan air laut di Teluk Benoa yang
menghubungkan wilayah selatan Pulau Bali (kawasan Nusa Dua)
dengan wilayah Kecamatan Denpasar Selatan, tepatnya kawasan
Pelabuhan Benoa. Selain kedua wilayah ini, jalan tol ini juga diberikan
akses menuju ke Bandara Internasional Ngurah Rai.
Untuk mendukung program pemerintah pusat MP3EI, tujuan
utama lainnya dari pembangunan jalan tol ini adalah untuk
menguraikan kemacetan yang kerap terjadi di ruas jalan By
Pass Ngurah Rai Denpasar menuju titik-titik penting di daerah
kota Denpasar (waktu tempuh sebelumnya 1-2 jam menjadi
hanya 15 menit), yaitu akses menuju bandara internasional
Ngurah Rai dan pelabuhan Tanjung Benoa yang merupakan
pintu masuk menuju pulau Bali.
Sumber Dana
PT Jasa Marga 55 % Proyek yang menelan dana
PT Angkasa Pura I 8% sebesar 2,4 Triliun Rupiah ini pun
memiliki susunan kepemilikan
PT Pelindo III 17.58 %
sebagai berikut,
PT Pengembangan 1%
Pariwisata Bali • Jasa Marga sebesar 60%
PT Adhi Karya 1% • PT Pelindo III sebesar 20%,
PT Hutama Karya 1%
• PT Angkasa Pura I sebesar 10%
• PT Wijaya Karya Tbk (Wika)
Wijaya Karya 0.4 % sebesar 5%
Pemerintah Provinsi Bali 8.01 % • PT Adhi Karya Tbk sebesar 2%
• PT Hutama Karya Tbk sebesar
Pemerintah Provinsi Badung 8.01 %
2%
• PT Pengembangan Pariwisata
Bali sebesar 1%.
• Kendala teknis dialami terutama karena cuaca dan
pasang surut air laut yang ekstrim.
• Kendala sosial seperti kritik dari LSM terkait
rusaknya mangrove di sekitar lokasi pembangunan
dan juga terancamnya sumber mata pencaharian
kelompok nelayan Wanasari.
Dampak Positif :
• Penyerapan sekitar 3000 tenaga kerja pada saat
proses pembangunannya,
• Keuntungan bagi industri/pelaku usaha
konstruksi bangunan,
• Mengurai kemacetan (waktu tempuh
sebelumnya 1-2 jam menjadi hanya 15 menit),
• Menjadi acuan awal rencana pembangunan jalan
tol lainnya (Jalan Tol Kuta-Soka-Seririt),
• Sinergi BUMN mencerminkan pembangunan
tidak terhambat oleh pendanaan,
• Memberi nilai lebih sebagai kota tujuan wisata
(landmark baru Pulau Bali).
Dampak Negatif :
• Potensi kapatalisme tinggi, bertentangan dengan adat
budaya.
• Tarif tol yang relatif tinggi akibat investasi tidak berasal
dari APBN murni.
• Jumlah kendaraan pribadi meningkat.
• Memicu terjadinya urbanisasi yang tinggi.
Rekomendasi
• Penetapan regulasi yang ketat terhadap investasi di
bidang pariwisata.
• Pembatasan jumlah kendaraan dengan peraturan
daerah.
• Pengembangan transportasi umum.
• Peningkatan kualitas public services dari return values
investment.
 Analisis Lingkungan
Menurunnya kualitas sanitasi masyarakat
terjadi karena pengaruh peningkatan
limbah yang terjadi dari proyek
pembangunan Tol Bali Mandara di Teluk
Benoa, sehingga limbah yang dibuang
akan langsung berakibat pada
pencemaran air laut ini disebabkan
akibat aktivitas konstruksi pembangunan
jalan tol tersebut.
 Analisis Budaya
Adat dan kebudayaan di Bali sangat erat
kaitannya dengan agama dan kehidupan religius
masyarakatnya. Tanjung Benoa Bali, letaknya
berdekatan dengan kawasan pariwisata Nusa
Dua Bali. Pantai Tanjung Benoa memiliki daya
tarik yang unik, sehingga membawa berkah bagi
masyarakat sekitar, yang sebelumnya mata
pencahariannya sebagai nelayan. Seiring
dengan perkembangan pariwisata di Bali,
penduduk asli di kawasan Tanjung Benoa,
berubah mata pencahariaanya ke bidang
pariwisata.

Anda mungkin juga menyukai