Anda di halaman 1dari 29

TUTORIAL IMUNOLOGI & INFEKSI

“HIPERSENSITIVITAS”
Dewan Perwakilan Mahasiswa
Fakultas Kedokeran Universitas Tarumanagara
5 November 2016
Hipersensitivitas
• Adalah suatu imun respon yang tidak diinginkan yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan sebagai akibat paparan (antigen)
terhadap substrat yang sebenarnya secara intrinsik adalah tidak
berbahaya.

Dikutip dari: http://farmasi.unud.ac.id/ind/wp-content/uploads/HIPERSENSITIVITAS-presentasi.pdf , 29 November 2014, 21:56


Immediate Hypersensitivity
(Type 1)
Type 2
Type 3
Type 4
Pemeriksaan Hipersensitivitas
Anamnesis
Riwayat

Pemeriksaan
Fisik

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Lab

Tes Kulit

Tes
Provokasi
ANAMNESA RIWAYAT
• Kapan gejala timbul, mulainya mendadak / berangsur
• Karakter, lama, frekuensi dan beratnya gehala
• Saat timbulnya gejala (pagi/siang/malam/saat tertentu)
• Pekerjaan & hobi
• Bagaimana perjalanan penyakit dari permulaan sampai
sekarang, dan ada pengaruh obat-obatan atau tidak
• Adakah jangka waktu paling lama tanpa serangan, kapan
dan dimana
• Apakah timbul keluhan setelah mengeluarkan tenaga
• Faktor-faktor yang mempengaruhi serangan (musim,
tempat, hewan, kelelahan, kurang tidur, pergantian
cuaca, hawa dingin, debu, makanan, obat, emosi,
kehamilan, asap, bau-bauan, dll)
ANAMNESA RIWAYAT
• Kebiasaan merokok & berapa batang per hari
• Keadaan rumah (apa sudah tua, baru, atau lembab),
kamar tidur (biasa banyak D. pteronyssinus – tungau),
adakah binatang peliharaan atau hewan sekitar
rumah
• Pada pasien asma/alergi saluran napas: tentang
dahak: jumlah, warna, kekentalan
• Pengaruh terhadap kualitas hidup
• Riwayat alergi pada keluarga (yg juga asma, rinitis,
eksim, alergi makanan, alergi obat)
PEMERIKSAAN FISIK
• Kulit  ekskoriasi, bekas garukan, lesi urtikaria, angioedema,
dermatitis, likenifikasi
• Mata  hiperemia konjungtiva, edema, sekret mata berlebih,
katarak, allergic shiners
• Telinga  membran timpani (otitis media), sinusitis (palpasi &
transiluminasi)
• Hidung  allergic salute, allergic crease, allergic facies,
allergic shiners, mukosa, edema, polip hidung, abnormalitas
anatomi lain
• Mulut & orofaring  eritema, edema, hipertrofi tonsil, post
nasal drip
• Dada  inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
• Pemeriksaan lain  tekanan darah, (pada pengguna
kortikosteroid) striae, obesitas, miopati, hipertensi, efek
samping
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Tujuan pemeriksaan lab  hanya memperkuat dugaan adanya


penyakit alergi, tidak untuk menetapkan diagnosis.
• Juga dapat digunakan utk pemantauan pasien, cth utk menilai
timbulnya penyulit penyakit & hasil pengobatan.
JUMLAH LEUKOSIT & HITUNG JENIS SEL

• Jumlah leukosit harusnya normal, kecuali jika disertai infeksi.


• Eosinofilia berkisar 5-15% bbrp hari setelah pajanan alergen, tetapi
pada pasien dgn pengobatan imunosupresan dapat timbul
eosinopenia.
• Eosinofilia: tanda hipersensitivitas & beratnya.
• Pikirkan jg penyakit lain: infeksi parasit, keganasan, imunodefisiensi,
akibat radioterapi, penyakit jantung bawaan, dll (jumlah eosinofil
normal utk org dewasa: 0-450 sel/mm3).
EOSINOFIL PADA SEKRET
• Pengecekan sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung dan sputum
perlu dilakukan.
• Semasa periode simtomatik, eosinofil banyak dalam sekret, tapi bila
ada infeksi, neutrofil lebih dominan.
SERUM IgE TOTAL

• Meningkatnya serum IgE total telah menyokong adanya penyakit


alergi (60-80% pasien saja).
• False negatif pada: infeksi parasit, sirosis hati, monokleosis, penyakit
autoimun, limfoma, HIV, dll.
• Karena itu, pemeriksaan ini mulai ditinggalkan, kecuali pada:
• Ramalan alergi pada anak yg orang tuanya juga menderita alergi.
• Ramalan alergi anak dengan bronkiolitis.
• Membedakan asma & rinitis alergi dengan non alergi.
• Membedakan dermatitis atopik & dermatitis lainnya.
• Diagnosis & pengelolaan selanjutnya aspergilosis bronkopulmoner alergik.
IgE SPESIFIK

• Dilakukan utk mengukur IgE terhadap alergen tertentu secara in vitro,


dgn cara RAST (Radio Allergo Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked
Immuno Absorbent Assay).
• Keuntungannya dibandingkan tes kulit: tak ada risiko pada pasien,
hasil kuantitatif, tak dipengaruhi obat/keadaan kulit, alergen lebih
stabil, dan dapat dipertimbangkan utk digunakan bila tes kulit tak
dapat dilakukan (pada penyakit kulit luas, pasien tak dapat
menghentikan pengobatan, pada kasus alergi berat).
• Kerugiannya: mahal, hasil tidak dapat segera dibaca, kurang sensitif
dibanding tes kulit, krng mendukung terhadap alergi makanan.
PRICK TEST

• Sebelum tes, harus menghentikan konsumsi obat-


obatan:
• Sebagian besar antihistamin gen 1  min 72 jam sebelum
tes
• Antihistamin gen 2  min 1 minggu sebelumnya
• Kortikosteroid sistemik jangka singkat dosis rendah (<20
mg prednison)  3 hari sebelumnya
• Kortikosteroid sistemik jangka singkat dosis tinggi  1
minggu sebelumnya
• Kortikosteroid jangka panjang  min 3 minggu
• Kortikosteroid topikal  1 hari sebelumnya
• Antidepresan trisiklik  1-2 minggu sebelumnya
• Beta adrenergik  1 hari sebelumnya
PRICK TEST

• Telah dilakukan sejak >100 tahun yang lalu karena cara


pelaksanaannya cukup sederhana & terbukti memiliki
korelasi yg baik dgn kadar IgE spesifik / dengan tes
provokasi.
• Tujuan: utk menentukan antibodi IgE spesifik dlm kulit
pasien, yg secara tidak langsung menggambarkan adanya
antibodi yg serupa pada org yg sakit.
• Hanya dilakukan terhadap alergen/alergen-alergen lain yg
dicurigai adalah etiologi alergi.
• Cara-cara: prick test, scratch test, friction test, patch test,
intradermal test (prick test paling disukai karena prosedur
mudah, murah, spesifik, aman)  laporan di Indonesia,
prick test hampir tak pernah menimbulkan efek samping.
• Patch test  dilakukan pada pasien dermatitis kontak.
PRICK TEST

• Kulit volar lengan bawah dibersihkan dgn alkohol,


dibiarkan hingga kering.
• Tempat penetesan alergen ditandai berbaris dgn
jarak 2-3 cm.
• Teteskan setetes alergen, kontrol positif (larutan
histamin fosfat 0.1%), dan kontrol negatif (larutan
phosphate-buffered saline dengan fenol 0.4%).
• Dengan jarum disposibel ukuran 26, tusukkan
dangkal melalui masing-masing ekstrak yg telah
diteteskan (jarum harus baru pada tiap-tiap tusukan
agar alergen tak tercampur)  tusukan jgn
menimbulkan perdarahan.
PRICK TEST

• Pembacaan dilakukan 15-20 menit dgn mengukur


diameter bentol & eritema yg timbul & pseudopoda
yg terjadi.
• Hasil (-)  hasil tes = kontrol (-)
• Hasil (+)  dinilai berdasarkan bentol / eritema dgn
penilaian:
• Hasil (-) : sama dengan kontrol (-)
• Hasil +1 : 25% dari kontrol (+)
• Hasil +2 : 50% dari kontrol (+)
• Hasil +3 : 100% dari kontrol (+)
• Hasil +4 : 200% dari kontrol (+)
PATCH TEST

• Dilakukan dgn cara menempelkan bahan yg dicurigai


penyebab dermatitis alergi kontak  jika pada
penempelan menimbulkan reaksi, mungkin pasien
alergi bahan tersebut, atau bahan / benda lain yg
mengandung unsur tsb.
• Bahan yg akan dites ditaruh pada kertas saring,
diletakkan di atas lembaran impermeabel, lalu
ditempel pada kulit dgn plester (pemasangan bisa di
punggung).
PATCH TEST

• Bahan yg sering • Etilendiamin dihidroklorid


digunakan: 1%
• Benzokain 5% • Epoksi resin 1%
• Merkapto benzotiazol 1% • Quatemium 15.2%
• Kolofoni 20% • P. tert butifenol
formaldehid resin 1%
• P. fenilendiamin 1%
• Merkapto mix 1%
• Imidazolidinil urea 2%
• Black rubber mix 0.6%
• Sinamik aldehid 1%
• Potasium dikronat 0.25%
• Lanolin alkohol 30%
• Balsam of Peru 25%
• Karbamiks 3%
• Nikel sulfat 2.5%
• Neomisin sulfat 20%
• Tiuran miks 1%
PATCH TEST

• Pembacaan dilakukan setelah 48 jam  plester


dilepas & pasien menunggu 30 menit – 1 jam, utk
menghilangkan faktor tekanan pada kulit. Sebaiknya
pembacaan diulang 96 jam sesudah pemasangan tes
karena reaksi alergi muncul lebih jelas sesudah 96
jam.
• Hasil pembacaan:
• 0 : tak ada reaksi
• +/- : eritema ringan, meragukan
• 1+ : reaksi ringan (eritema dgn edema ringan)
• 2+ : reaksi kuat (papular eritema dgn edema)
• 3+ : reaksi sangat kuat (vesikel / bula)
TES PROVOKASI

• Adalah tes alergi dgn memberikan alergen secara langsung kpd pasien
sehingga timbul gejala.
• Hanya dilakukan jika terdapat kesulitan diagnosis & ketidakcocokan
antara gambaran klinis dgn tes lainnya.
• Macam-macam:
• Tes provokasi nasal
• Tes provokasi bronkial
• Tes provokasi konjungtival
• Tes eliminasi
• Provokasi terhadap makanan
TES PROVOKASI NASAL

• Alergen diberikan pada mukosa hidung (disemprot / menghisap


alergen kering melalui satu lubang hidung, lubang lain ditutup).
• Tes (+) bila : dlm beberapa menit timbul bersin-bersin, pilek, hidung
tersumbat, batuk, dll.
• Pada pemeriksaan nasal, tampak bengkak sehingga menyumbat
rongga hidung.
TES PROVOKASI BRONKIAL

• Pasien asma memiliki kepekaan berlebihan terhadap berbagai


rangsangans, baik berdasarkan alergen/non alergen (kegiatan
jasmani, bahan-bahan kimia, perubahan cuaca, dll).
• Diperlukan alat-alat yg cukup rumit, tenaga yg berpengalaman, &
sebaiknya dilakukan di RS utk menjaga kemungkinan terjadinya
penyulit (obstruksi laring, trakea, / bronkus) dapat diatasi segera.
• Menginduksi serangan asma: tes kegiatan jasmani (excercise induced-
asthma), tes inhalasi antigen, tes inhalasi metakolin & tes inhalasi
histamin.
TES-TES LAINNYA
• Spirometri  utk menentukan obstruksi saluran napas baik
berat / reversibilitasnya, & utk menilai hasil pengobatan asma
(monitoring).
• Foto toraks  melihat komplikasi asma.
• Foto sinys paranasal  melihat komplikasi rhinitis. Bila ada
kecurigaan rinitis akut / kronik, diperlukan pemeriksaan
scanning sinus.
• Pemeriksaan tinja  utk melihat cacing & telurnya, pada
kasus urtikaria yg tak bisa dijelaskan.
• LED normal pd penyakit atopi. LED meningkat  infeksi.
• Tes pelepasan histamin dari basofil.
• Anti-tripsin alfa 1.
• IgG, IgA, tes kompleks imun & stimulasi limfosit.

Anda mungkin juga menyukai