ANGGOTA KELOMPOK

• LAILATUSYIFA NASUTION 25010116140171

• NICHOLAS AVORANDI K K 25010116140183
• ADJI BAYU M 25010116130190
• OLVINNY CAROLINE N 25010116130194
• SRI ASTRIYANI 25010116130199
• MUTHIA YULIANI 25010116130203
• MUSHIYAM NURUL F 25010116130209
• ANGGUN AYUNINA 25010116140212
• NURUL ISTIQOMAH 25010116130214
• SALSABILA NUR AULIA 25010116130241
• MICHELLE CHRISTO N 25010116140255
 PENYEBAB KEBAKARAN UTAMA
(SUPRAPTO, 1998)

• HUBUNGAN ARUS PENDEK LISTRIK 39,4%

• KOMPOR MINYAK TANAH 20%
• LAMPU TEMPEL 9%
• PUTUNG ROKOK
PENYEBARAN API
• BERLANGSUNG SECARA KONDUKSI, KONVEKSI DAN RADIASI.
• BAGIAN ATAS RUANGAN MERUPAKAN BAGIAN YANG PALING CEPAT TERASA
PANAS KARENA API BANYAK YANG TERKONVEKSIKAN KE ARAH TERSEBUT.
• KONDUKSI DAPAT TERJADI MELALUI DINDING PEMISAH RUANG. BAGIAN DINDING
PADA RUANG BERIKUTNYA MENERIMA KALOR YANG DAPAT KONDUKSI DAPAT
TERJADI MELALUI DINDING PEMISAH RUANG.
• KONVEKSI DAPAT TERJADI MELALUI BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN YANG TERBUKA
SEPERTI TANGGA, DAN KORIDOR.
• RADIASI TERJADI ANTARA RUANG/BANGUNAN YANG BERDEKATAN.
 TEMPAT-TEMPAT YANG SERING TERJADI KEBAKARAN
(SUPRAPTO 1998: 10)
• BANGUNAN RUMAH TINGGAL 65,8%
• BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN DAN PERTOKOAN 9,3%
• BANGUNAN INDUSTRY (7,2%)
• PERTOKOAN (6,5% ).
 KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA
SEMARANG
•JANUARI-AGUSTUS RUMPUT ILALANG SAMPAH: 53 KASUS

LAIN-LAIN: 15 KASUS

2017 PENYEBAB KEBAKARAN

LISTRIK: 67 KASUS
TOTAL KEJADIAN: 163 KASUS
KOMPOR: 12 KASUS
BANGUNAN PERUMAHAN: 40 KASUS
TIDAK DIKETAHUI: 61 KASUS
BANGUNAN CAMPURAN: 12 KASUS
LAIN-LAIN: 23 KASUS
BANGUNAN UMUM: 9 KASUS

BANGUNAN INDUSTRI: 25 KASUS

SUMBER: DINAS KEBAKARAN KOTA SEMARANG
KENDARAAN: 9 KASUS
MENGAPA KONSLETING DAPAT
MEMICU KEBAKARAN?
• KORSLETING/KOR·SLE·TING/ /KORSLÉTING/ A
1 TERPUTUSNYA ARUS LISTRIK KARENA KAWAT YANG BERMUATAN ARUS POSITIF
DAN NEGATIF BERSENTUHAN SEHINGGA TERJADI HUBUNGAN PENDEK (KBBI)

• HUBUNGAN PENDEK ATAU KORSLETING (BELANDA “KORTSLUITING”)

ADALAH SUATU HUBUNGAN DENGAN TAHANAN LISTRIK YANG SANGAT KECIL,
MENGAKIBATKAN ALIRAN LISTRIK YANG SANGAT BESAR DAN BILA TIDAK
DITANGANI DAPAT MENGAKIBATKAN LEDAKAN DAN KEBAKARAN.
 PENCEGAHAN TERJADINYA
KONSLETING (KEMENKES RI)
• HINDARI MENUMPUK STEKER ATAU COLOKAN LISTRIK TERLALU BANYAK
PADA SATU TEMPAT KARENA SAMBUNGAN SEPERTI ITU AKAN TERUS
MENUMPUK PANAS SEHINGGA MENGAKIBATKAN TERJADINYA KORSLETING
LISTRIK.
• JIKA DIRUMAH MEMILIKI PERALATAN ELEKTRONIK YANG MEMILIKI DAYA
BESAR SEPERTI KULKAS, AC, SEGALA MACAM PEMANAS, TV TABUNG, DAN
POMPA AIR PERLU DIPERHATIKAN. JANGAN MENGGUNAKAN STEKER
SEMBARANGAN, GUNAKAN STEKER DENGAN KUALITAS BAIK, HAL TERSEBUT
UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KORSLETING LISTRIK
• JIKA SIKRING OTOMATIS LANGSUNG KE OFF ITU KARENA BEBAN YANG
BERLEBIH PADA SUATU RANGKAIAN LISTRIK. SECARA OTOMATIS, SEKRING
MEMUTUS ARUSNYA. JIKA KONDISI TERSEBUT MASIH DILAKUKAN, HAL
TERSEBUT BISA MENIMBULKAN KORSLETING LISTRIK.
• TARUH STEKER PADA TEMPAT YANG SEMESTINYA. HINDARI PENEMPATAN
STEKER YANG DAPAT MEMICU TERJADINYA BAHAYA KORSLETING SEPERTI DI
AREA KAMAR MANDI, WASTAFEL, DLL
 KERJASAMA DENGAN PLN
• BEKERJASAMA DENGAN PLN DAN MELAKUKAN PENGECEKAN BERKALA GUNA
MENGANTISIPASI TERJADINYA KONSLETING DI PEMUKIMAN. UNTUK MENGHINDARI
KORSLETING LISTRIK, DAPAT MELAKUKAN KEGIATAN SEBAGAI BERIKUT :
a. HINDARI PEMAKAIAN LISTRIK SECARA ILLEGAL.
b. PERLU JUGA MENGETAHUI BAHWA HUBUNGAN ARUS PENDEK ATAU KORSLETING
ADALAH KONTAK LANGSUNG ANTARA KABEL POSITIF DAN NEGATIF YANG BIASANYA
DIBARENGI DENGAN PERCIKAN BUNGA API, DAN BUNGA API INILAH YANG MEMICU
KEBAKARAN.
c. PLN TELAH MEMASANG MCB YANG TERPADU DENGAN KWH DAN OA KAST YANG
BERFUNGSI SEBAGAI PEMBATAS BILA PEMAKAIAN BEBAN MELEBIHI KAPASITAS DAYA
SEKALIGUS SEBAGAI PENGAMAN BILA TERJADI HUBUNGAN ARUS PENDEK.
 KERJASAMA DENGAN DAMKAR
• DAMKAR MEMBERIKAN PENCERDASAN TENTANG TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DAN
MEMBERIKAN SARAN KEBUTUHAN PENANGANAN KEBAKARAN DI PEMUKIMAN.
PENCERDASAN YANG DIMKASUD IALAH SEBAGAI BERIKUT :
a. DETEKTOR DAN ALARM KHUSUS KEBAKARAN YANG DILETAKKAN DI TITIK-TITIK
TERTENTU APAR. JIKA TIDAK ADA APAR DAPAT DIGANTIKAN DENGAN KARUNG GONI
BASAH
b. HIDRAN
c. TEMPAT BERHIMPUN
d. ORGANISASI TANGGAP DARURAT, PROSEDUR TANGGAP DARURAT, LATIHAN TANGGAP
DARURAT
• MELAKUKAN PEMERIKSAAN SECARA RUTIN TERHADAP KONDISI ISOLASI
PEMBUNGKUS KABEL.
• GANTILAH INSTALASI RUMAH/BANGUNAN ANDA SECARA MENYELURUH
MINIMAL 5 TAHUN SEKALI.
• MEMERCAYAKAN PEMASANGAN INSTALASI RUMAH/BANGUNAN ANDA PADA
INSTALATIR YANG TERDAFTAR SEBAGAI ANGGOTA AKLI (ASSOSIASI
KONTRAKTOR LISTRIK INDONESIA) DAN TERDAFTAR DI PLN.
TANGGAP DARURAT BENCANA
 SERANGKAIAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN DENGAN SEGERA PADA SAAT
KEJADIAN BENCANA UNTUK MENANGANI DAMPAK BURUK YANG DITIMBULKAN, YANG
MELIPUTI KEGIATAN PENYELAMATAN DAN EVAKUASI KORBAN, HARTA BENDA,
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR, PERLINDUNGAN, PENGURUSAN PENGUNGSI,
PENYELAMATAN, SERTA PEMULIHAN PRASARANA DAN SARANA GUNA MENGHINDARI
BERTAMBAHNYA KORBAN JIWA.
 PERAN PEMADAM KEBAKARAN
BERDASARKAN TUGAS DARI PEMADAMAN KEBARAN SAAT TERJADI TANGGAP
DARURAT, ANTARA LAIN :
• PELAYANAN DARURAT MEDIS DAN EVAKUASI, INVESTIGASI DAN PENDATAAN
KEJADIAN KEBAKARAN
• PERTOLONGAN DAN PENYELAMATAN JIWA AKIBAT KEBAKARAN, TERMASUK
PELAYANAN DARURAT MEDIS DAN EVAKUASI, INVESTIGASI DAN PENDATAAN
KEJADIAN KEBAKARAN
 PERAN RT DAN RW
• MEMBERIKAN PENGARAHAN PADA WARGA KE LOKASI YANG LEBIH AMAN
• MEMBANTU DALAM MEMBERIKAN INFOEMASI KEJADIAN BENCANA KE BPBD
ATAU INTALANSI TERKAIT
 PERAN PMI
MELAKUKAN ASSESMENT
MEMBERIKAN PERTOLONGAN PERTAMA SAAT KEJADIAN KEBAKARAN DAN
PELAYANAN AMBULAN
MELAKUKAN DALAM PROSES EVAKUASI KORBAN
MEMBANTU MEMBERIKAN KEBUTUHAN POKOK KEPADA KORBAN YANG
MEMBUTUHKAN SEPERTI MISALKAN MAKANAN ATAU MINUMAN DAN
PAKAIAN LAYAK PAKAI, PELAYANAN KESEHATAN, SERTA DAPUR UMUM.
KECAMATAN

KELURAHAN

RW dan RT
 PROSEDUR UMUM REHABILITASI
Sosialisasi Inventarisasi
dan dan Perencanaan
koordinasi identifikasi dan penetapan Mobilisasi
program kerusakan/ prioritas sumber daya
korban

Monev dan Pelaksanaan

pelaporan rehabilitasi
 Pembangunan prasarana dan sarana
 Pembangunan sarana sosial masyarakat
 Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana
 Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat
 Peningkatan fungsi pelayanan publik
 Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
Selain terdapat fase Rehabilitasi dan Rekontruksi, hal yang
terpenting adalah adanya Dana. Untuk pencarian dana selain
dari pihak yang terkena bencana, dana juga dapat di cairkan
melalui pihak lainnya.

Pihak lain yang dapat membantu untuk mencairkan dana:

 Masyarakat sekitar
 Kelurahan
 Kecamatan
MERUJUK PADA PP NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN
PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA, PELAKSANAKAN PROGRAM REHABILITASI &
REKONSTRUKSI BERSUMBER PADA :

• APBD KABUPATEN/ KOTA (MELEKAT PADA SKPD TERKAIT)

• APBD PROVINSI (BANTUAN SOSIAL, HIBAH)
• APBN (HIBAH MURNI)
• MASYARAKAT
• BANTUAN LUAR NEGERI
Namun, jika kerugian memakan kerugian yang sangat besar
maka pihak lain dari hasil kolaborasi dapat ikut serta. Bentuk
dari kolaborasi tersebut berupa:
 PERATURAN YANG MENGATUR TENTANG PEDOMAN
MITIGASI BENCANA ALAM BIDANG PERUMAHAN DAN
KAWASAN PEMUKIMAN
• PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10
TAHUN 2014
• PASAL 6
(1) MITIGASI BENCANA ALAM BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
DALAM PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN HARUS
MEMPERHATIKAN :
a. PEMILIHAN LOKASI, DILAKUKAN MELALUI :
1. SESUAI DENGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN /
KOTA DAN/ATAU RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PEMUKIMAN;
 2. BUKAN KAWASAN LINDUNG; DAN
3.TIDAK PADA ZONA DENGAN TINGKAT BENCANA TINGGI.

b. PEMBATASAN INTENSITAS PENGGUNAAN LAHAN MELALUI KOEFISIEN DASAR BANGUNAN

(KDB), KOEFISIEN LUAS BANGUNAN (KLB) KOEFISIEN DAERAH HIJAU (KDH),
KETINGGIAN BANGUNAN, DAN KEPADATAN BANGUNAN.

c. PETA MICROZONASI BENCANA ALAM PADA LOKASI PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN ;

d. STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN, BAHAN BANGUNAN SESUAI DENGAN KEARIFAN

LOKAL

e. PENYEDIAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS SESUAI CAKUPAN LAYANAN YANG MENDUKUNG
TINDAKAN MITIGASI DAN TANGGAP DARURAT TERHADAP BENCANA ALAM; DAN

f. PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN SESUAI PERIZINAN

• PASAL 7
MITIGASI BENCANA ALAM DALAM BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN YANG TELAH TERBANGUN DILAKSANAKAN MELALUI :
a. PENINGKATAN KUALITAS PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS UMUM
SESUAI KEBUTUHAN MITIGASI BENCANA ALAM:
b. PEMBATASAN INTENSITAS PENGGUNAAN LAHAN MELALUI PENATURAN
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB), KOEFISIEN LAHAN BANGUNAN (KLH)
KOEFISIEN DAERAH HUJAU (KDH), KETINGGIAN BANGUNAN, DAN KEPADATAN
BANGUNAN TERUTAMA WILAYAH RENTAN BENCANA ALAM;
c. PELIBATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENENTUAN RISIKO
BENCANA ALAM, MITIGASI BENCANA, DAN PENYUSUNAN RENCANA
KONTIJENSI BERBASIS MASYARAKAT; DAN
d. PENATAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI, PANTAI, SERTA WILAYAH RAWAN
BENCANA ALAM.
• PASAL 8
MITIGASI BENCANA ALAM BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
MELALUI TAHAPAN :
A. IDENTIFIKASI POTENSI BENCANA ALAM YANG MENGANCAM PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN SEKURANG – KURANGNYA MELIPUTI :
A. JENIS BENCANA ALAM;
B. SEJARAH DAN POTENSI KEJADIAN BENCANA ALAM; SERTA
C. KERUGIAN YANG DIAKIBATKAN OLEH BENCANA ALAM
B. IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN BENCANA ALAM SEKURANG – KURANGNYA
MELAKUKAN PENILAIAN TERHADAP :
A. RUMAH PENDUDUK;
B. PRASARANA, SARAN, DAN UTILITAS UMUM YANG MENDUKUNG
EVAKUASI, KAPASITAS STRUKTURAL BANGUNAN MENCAKUP RUMAH SERTA
PRASANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM
C. IDENTIFIKASI KAPASITAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DALAM
MENGHADAPI DAN MENANGGULANGI BENCANA ALAM;
D. PENYUSUNAN PRIORITAS MITIGASI BENCANA YANG DILAKUKAN
BERDASARKAN ANALISIS BIAYA DAN EFEKTIFITAS MITIGASI;
• PASAL 28

PERAN MASYARAKAT DALAM MITIGASI BENCANA SECARA SWADAYA DILAKUKAN

MELALUI :
A,. PEMANFAATAN RUMAH SERTA PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS UMUM
SESUAI FUNGSINYA;
B. PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN TERHADAP RUMAH SERTA PRASARANA,
SARANA, DAN UTILITAS UMUM; DAN
C. PENGENDALIAN PENYELENGGARAAN BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN DENGAN MELAPORKAN KEPADA INSTANSI YANG BERWENANG
• PASAL 13 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NO. 28 TAHUN 2002
TENTANG BANGUNAN GEDUNG

(1) PERSYARATAN JARAK BEBAS BANGUNAN GEDUNG SEBAGAIMANA

DIMAKSUD DALAM PASAL 10 AYAT (1) MELIPUTI:
a. GARIS SEMPADAN BANGUNAN GEDUNG DENGAN AS JALAN, TEPI SUNGAI,
TEPI PANTAI, JALAN KERETA API, DAN/ATAU JARINGAN TEGANGAN TINGGI;
b. JARAK ANTARA BANGUNAN GEDUNG DENGAN BATAS-BATAS PERSIL, DAN
JARAK ANTARA AS JALAN DAN PAGAR HALAMAN YANG DIIZINKAN PADA
LOKASI YANG BERSANGKUTAN.
SOLUSI

• PEMASANGAN MCB DI RUMAH-RUMAH

• HYDRAN DI TEMPAT-TEMPAT STATEGIS YANG MUDAH DI AKSES
• TITIK KUMPUL DAN JALUR EVAKUASI
• PENGECEKAN INSTALASI LISTRIK SECARA BERKALA
• SETIAP RT/RW MEMILIKI APAR
DAFTAR PUSTAKA

• PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10

TAHUN 2014
• UNDANG-UNDANG NO. 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG
• KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO. 441 TAHUN 1998 TENTANG
PESYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
• HTTPS://NASIONAL.KOMPAS.COM/READ/2008/07/24/09450113/JANGAN.
LANGGAR.GSB.
• HTTPS://BPBD.MALUKUPROV.GO.ID/WP-
CONTENT/UPLOADS/2017/10/PERKA-BNPB-NO.4-TAHUN-2008-
TTG-PEDOMAN-PENYUSUNAN-RENCANA-PB.PDF
• ASHARI, ALFIANTIKA FEBRIAN. 2016. ANALISIS PERANAN
PALANG MERAH INDONESIA (PMI) KOTA MADIUN DALAM
MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI-NILAI PANCASILA SILA KEDUA.
CITIZENSHIP: JURNAL PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN