Anda di halaman 1dari 33

Oleh :

dr. Novilda Novia Sari

Konsulen : Pendamping :
dr. Herry Harianto, Sp.OG (K) dr. Yenny Dwi Kalisna
Anamnesis
 Keluhan Utama : Tidak terasa gerakan janin sejak 6 hari
SMRS.
 Riwayat Penyakit Sekarang
 Pasien datang ke IGD rumah Sakit Muaro Labuh rujukan dari
Puskesmas Lubuk Gadang dengan diagnosa G3P1A1H1 gravida
38-39 minggu + susp iufd.
 Pasien mengeluh tidak terasa adanya gerakan bayi sejak 6 hari
SMRS, sebelumnya pasien sudah dirawat di RSUD Muara labuh
dengan diagnosa PEB 1 minggu yll. setelah 1 hari pulang dari
rumah sakit tidak dirasakan lagi gerak janin, riwayat terjatuh
sebelumnya disangkal pasien, riwayat di urut disangkal pasien,
riwayat minum2 obat lain selain dari RSUD disangkal pasien.
Mual (-), muntah (-), pandangan kabur (-), pandangan ganda (-),
sesak nafas (-).
 Pasien juga mengeluh nyeri pinggang
menjalar ke ari – ari sejak 2 hari yang lalu.
Keluar lendir darah dari kemaluan (+) sejak
6 jam yang lalu. keluar air – air merembes (-
).

 Riwayat Penyakit Dahulu :


 Penyakit hipertensi (+)
 DM (-)
 asma (-)
 Jantung (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga :


Hipertensi (-), DM (-), asma (-), jantung (-)
 Riwayat Haid :
 Menarche usia : 14 tahun
 HPHT : 20 – 12 – 2017
 taksiran persalinan : 27 – 9 – 2018
 Riwayat Perkawinan :
 Riwayat Hamil Muda : Mual (+), muntah
(+), tidak mengganggu aktifitas.
 Riwayat Hamil Tua : Mual (-), muntah (-),
perdarahan (-), hipertensi (+).
 ANC : Ke bidan tiap bulan
 Riwayat G / P / A / H :3/1/1/1
 Riwayat Kontrasepsi : KB suntik 3 bulan
 Riwayat Operasi Sebelumnya : (-)
 PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum
 Kesadaran : Compos Mentis
 Kesan Sakit : Tampak Sakit Sedang
 Kesan Gizi : Gizi cukup

 Tanda Vital
 Tekanan Darah : 160 / 110 mmHg
 Nadi : 84 kali/ menit
 Respirasi : 24 kali/ menit, pernapasan
reguler
 Suhu : 36,6 °C (afebris)
 Skala nyeri :4
 Berat Badan : 64 kg
 Tinggi Badan : 158 cm
 Status Gizi : Normo Weight
 Status Generalis
 Kepala :
 Mata : Edema palpebra (-/-), conjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat, isokor,  ± 3 mm/± 3 mm, refleks
cahaya (+)/(+)
 THT : dalam batas normal
 Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa kering (-),
lidah hiperemis (-), T1-T1, faring
hiperemis (-).
 Leher : JVP 5-2 cm H2O, pembesaran KGB (-),
pembesaran tiroid (-)
 Dada :
 Jantung:
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, gallop (-),
murmur (-)
 Paru:
 Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan
dan kiri
 Palpasi : Massa (-), Nyeri tekan (-), krepitasi (-),
fremitus taktil sama kanan dan kiri
 Perkusi : Vocal fremitus sama kiri dan kanan,
Sonor +/+
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Status Obstetri
 Muka : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-).
 Mamae : Hiperpigmentasi areola dan papilla (+/+).
 Abdomen
 Inspeksi : Perut tampak membuncit.
 Palpasi : Nyeri tekan (-), Leopold:
I : TFU 33 cm, teraba massa bulat dan kenyal.
 II : Teraba tahanan besar disebelah kanan
 III :Teraba massa bulat besar, keras dan melenting.
 IV : Divergen
 DJJ : (-)
 HIS : (-)
 Perkusi : Timpani.
 Auskultasi : BU (+) normal.
 Genitalia :Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang:
 Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium tanggal 12
Juli 2018
 Darah
 Urine
 Diagnosis
G3P1A1H1 gravida 34 – 35 minggu + PEB
dengan Impending eklamsia + Iufd

 Tatalaksana
IVFD RL + MgSo4 40 % 1 flakon (10 gr) tetes
cepat sampai 250 cc kemudian maintenence 28
tetes per menit
Inj. Cefriaxon 2 x 1 gr
Nifedipin tablet 3 x 10 mg
Metyldopa tablet 3 x 250 mg
 Follow up
 Definisi
Preeklampsia didefinisikan secara umum
sebagai hipertensi dan proteinuria yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan yang sebelumnya
normal yang disebabkan oleh banyak faktor
(Solomon, 2006).

Pada kondisi berat, preeklampsia dapat menjadi


eklampsia dengan penambahan gejala kejang-
kejang (Cunningham, et al, 2005).
 Etiologi
 Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa
eklampsia disebabkan ischaemia rahim dan
plasenta (ischemaemia uteroplacentae). Selama
kehamilan uterus memerlukan darah lebih
banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion,
kehamilan ganda, multipara, diabetes ,
peredaran darah dalam dinding rahim kurang,
maka keluarlah zat-zat dari placenta atau
decidua yang menyebabkan vasospasmus dan
hipertensi. Tetapi dengan teori ini tidak dapat
diterangakan semua hal yang berkaitan dengan
penyakit tersebut (Wiknyosastro, 1994).
Faktor Risiko
1. Nulipara
2. Kehamilan ganda
3. Usia < 20 atau > 35 th
4. Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada
kehamilan sebelumnya
5. Riwayat dalam keluarga pernah menderita
preeklampsia
6. Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus
yang sudah ada sebelum kehamilan
7. Obesitas
Diagnosis
 Anamnesis
Gejala dari preeklampsia yaitu, sakit kepala;
gangguan penglihatan (penglihatan kabur,
skotoma, kebutaan akibat dari ablasio retina);
epigastrik, kuadran kanan atas atau nyeri perut
bagian bawah akibat dari disfungsi hati atau
dari plasenta; mual dan muntah; dyspneu akibat
dari edema paru; penurunan output urin,
hematuria, peningkatan berat badan > 5 kg
dalam 1 minggu; penurunan atau hilangnya
gerakan janin (Hurt, 2011).
 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada
preeklampsia yaitu (Hurt, 2011):

a. Peningkatan tekanan darah sistolik/diastolic >


140/90 mmHg
b. Edema
c. Rales atau crackles pada pemeriksaan paru
d. Nyeri kuadran kanan atas akibat edema hepar
e. Nyeri uterus akibat solusio plasenta
 Pemeriksaan penunjang (Hurt, 2011; Nowitz,
2007):
a. Ureum dan Elektrolit
b. Asam urat
c. Darah Lengkap
d. Test Fungsi Hati
e. Urinalisis
f. Ultrasonografi
g. Kardio Toko Grafi
 Diagnosis Diferensial
(Cunningham, 2014):
1. Hipertensi kronik dengan berbagai etiologi
2. Hipertensi gestasional
3. Preeklampsia ringan/berat
4. Superimposed preeklampsia
5. Eklampsia
 Tatalaksana
Persalinan adalah cara terbaik dalam mengobati
preeklampsi dan dianjurkan pada wanita :
1. wanita dengan preeklampsia ringan yang
keadaan janiannnya mendukung (aterm)
2. wanita dengan preekalmspia berat tanpa
melihat usia kehamilan, kecuali pasien dengan
preeklampsia sangat berat dengan proteinuria
berat dan perkembangan janin terhambat (IUGR).

Ada wacana baru yaitu kriteria hanya melihat


tekanan darah saja pada usia kehamilan <32 minggu.
Tidak ada manfaat pengakhiran kehamilan lewat
operasi caesar, jika mempertimbangkan keadaan
servix dalam persalianan pervaginam tidak sampai
15-20% keuntungan yang didapat (Norwitz dan
Schorge, 2013).
 Pencegahan
1. Manipulasi diet
2. Latihan fisik
3. Obat kardiovaskuler
4. Anti oksidan
5. Obat antitrombotik
 Definisi IUFD
 Kematian janin atau Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) yaitu kematian yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua1.
 Etiologi IUFD
Kematian janin dapat disebabkan oleh :
 Penyebab Janin :
25-40 % karena kelainan kromosom, cacat lahir non-
kromosom, hidrops non imun, dan infeksi (virus,
bakteri dan protozoa).
 Penyebab plasenta :
25-35% karena solusio, perdarahan janin ke Ibu, cedera
tali pusat, insufisisnsi plasenta, asfiksia intrapartum,
plasenta previa, transfusi antar kembar, dan
korioamnionitis.
 Penyebab Ibu :
5-10% karena, antibodi fosfolipid, diabetes, penyakit
hipertensi, trauma, persalinan normal, sepsis, asidosis,
hipoksia, ruptura uteri, kehamilan posterm, obat.
 Tidak diketahui penyebabnya 25-35%2.
 Gejala dan Tanda IUFD
Gejala adanya IUFD dapat diketahui antara
lain dengan:
Tidak adanya denyut jantung janin
(Funandoskop, doppler, maupun USG)
Rahim tidak membesar, malahan mengecil
Gerak janin tidak dapat dirasakan terutama oleh
Ibu sendiri.
Palpasi janin oleh pemeriksa tidak begitu jelas.
Test kehamilan menjadi negatif (-), terutama
setelah janin mati 10 hari4.
 Diagnosis IUFD
Diagnosis suatu IUFD dapat ditegakkan
berdasarkan :
 1. Anamnesa
 2. Gejala.
 3. Tanda-tanda. Ketidak mampuan
mengidentifikasi denyut jantung janin setelah usia
gestasi 12 minggu atau tidak adanya pertumbuhan
uterus.
 4. Pemeriksaan laboratorium.
 5. Pemeriksaan radiologi.
 Penanganan IUFD
Penanganan IUFD tergantung dari banyak
faktor seperti usia kehamilan, ukuran janin, dan
berapa lama sejak denyut jantung janin berhenti.
Penanganannya antara lain :
Tunggu hingga bayi lahir
Dilatasi serviks dan menggunakan alat untuk
mengambil jaringan-jaringan fetus.
Induksi persalinan dengan obat untuk
membuka serviks dan membuat uterus
kontraksi dan akhirnya dapat mendorong
jaringan fetus keluar rahim
 Evaluasi pada bayi lahir mati
Evaluasi pada bayi lahir mati berfungsi untuk:
Adaptasi psikologis terhadap kehilangan yang
mendalam dapat dipermudah apabila etiologi
spesifiknya dapat diketahui.
Dapat meredakan rasa bersalah yang
merupakan bagian dari kedukaan.
Diagnosis yang tepat menyebabkan penyuluhan
mengenai kekambuhan akan lebih akurat dan
bahkan memungkinkan dilakukanya terapi atau
intervensi untuk mencegah terjadinya hal yang
sama pada kehamilan berikutnya.
Memberi informasi identifikasi sindrom-
sindrom herediter.
 Pencegahan IUFD
Antenatal care yang rutin dan berkala.
1. Memberikan nasehat pada waktu ANC
mengenai keseimbangan diet makanan, jangan
merokok, tidak meminum minuman
beralkohol, obat-obatan dan hati-hati terhadap
infeksi atau bahan-bahan yang berbahaya.
2.Mendeteksi secara dini faktor-faktor
predisposisi IUFD dan pemberian pengobatan.
3. Medeteksi gejala awal IUFD atau tanda fetal
distress.
KESIMPULAN

 Preeklampsia didefinisikan secara umum sebagai


hipertensi dan proteinuria yang timbul setelah 20
minggu kehamilan yang sebelumnya normal yang
disebabkan oleh banyak faktor. Pada kondisi berat,
preeklampsia dapat menjadi eklampsia dengan
penambahan gejala kejang-kejang.
 Kematian janin atau Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) yaitu kematian yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua1.

Anda mungkin juga menyukai