Anda di halaman 1dari 13

DISTRIBUSI TEGANGAN

DI SEKITAR
TEROWONGAN
Kelompok 5 :
 CHRISTINE NAHAS
 DEMITRIUS NENOHAY
 ELISABETH SONBAY
 EMILIANUS SARDIN
 ELSYE F.R.Y. KATIBI
 MARTINUS MBETE
 YOLANDA SASATO
 YUFENTUS WULUGENING

MEKANIKA BATUAN
DISTRIBUSI TEGANGAN DI
SEKITAR TEROWONGAN

Macam-macam Distribusi tegangan


tegangan sebelum dibuatnya
terowongan

 Tegangan
Gravitasi Distribusi tegangan di
 Tegangan sekitar terowongan
tektonik
 Tegangan
sisa  Kondisi paling ideal
1. Topografi  Kondisi umum
permukaan  Kondisi batuan tidak
Faktor-faktor yang 2. Tegangan sisa isotrop
mempengaruhi 3. Erosi  Kondisi batuan
tegangan insitu 4. Inklusi berperilaku plastik
5. Bidang sempurna
diskontinuitas  Kondisi terowongan
bulat dan paling ideal
MACAM TEGANGAN
Macam Tegangan

Tegangan Alamiah/
Tegangan Terinduksi
Tegangan Insitu
( Induced Stresses)
(Natural Stresses)
TEGANGAN ALAMIAH (NATURAL STRESSES)

1. Tegangan Gravitasi 2. Tegangan Tektonik 3. Tegangan Sisa


Tegangan gravitasi terjadi akibat geseran-gaseran pada Tegangan yang masih tersisa,
(gravitational stress) yang terjadi kulit bumi yang terjadi pada waktu walaupun penyebab tegangan
karena berat dan tanah atau batuan yang lampau maupun saat ini, tersebut sudah hilang yang berupa
yang berada di atasnya seperti pada saat terjadi sesar dan panas ataupun pembengkakan pada
(overburden). Ada 2 komponen lain-lain. Contoh peristiwa yang kulit bumi.
dal;lam tegangan gravitasi : menyebakan tegangan tektonik :
 Komponen vertikal : dapat  Sesar
diperkirakan dengan  Peristiwa seismic
menggunakan persamaan  Pergerakan Lempeng
 Komponen Horizontal : jika  Pergerakan karena pergerakan
material diasumsikan elsatik dan panas antara inti bumi dan kerak
tidak ada pergerakan secara
horizontal, maka komponen ini
dapat dihitung juga
manggunakan persamaan
Distribusi Tegangan di sekitar terowongan untuk keadaan
yang paling ideal
Jika tegangan tektonik dan tegangan sisa
Dibuatnya sebuah atau beberapa
terowongan di bawah tanah akan
tidak ada atau dapat diabaikan karena
mengakibatkan perubahan distribusi kecilnya pada suatu daerah yang akan
tegangan (stress distribution) di bawah dibuat terowongan maka tegangan awal
tanah, terutama di dekat terowongan- hanya berupa tegangan gravitasi yang
terowongan tersebut. Sebelum dapat dihitung secara teoritis sebagai
terowongan dibuat, pada titik-titik di berat persatuan luas dari tanah/batu
dalam massa batuan bekerja tegangan yang terdapat di atasnya, atau dapat
awal (initial stress). Tegangan awal ini ditulis sebagai :
sukar diketahui secara tepat, baik
besarnya maupun arahnya. o = H
dengan :
o = tegangan awal
 = density tanah / batu di atasnya
H = jarak dari permukaan tanah
Untuk memudahkan perhitungan distribusi tegangan disekitar
terowongan maka digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :

Geometri dari terowongan


b. Keadaan batuan.
- Penampang terowongan
merupakan sebuah lingkaran - Kontinu.
dengan jari-jari R. - Homogen.
- Terowongan berada pada - Isotrop.
bidang horisontal. c. Keadaan tegangan awal (initial stress) hidrostatik.
- Terowongan terletak pada
kedalaman H >> R (H > 20  0 0 0 
0  0 o = H, dengan  = density batuan, H = kedalaman
R). d.
 0 
- Terowongan sangat panjang,  0 0  0 
sehingga dapat digunakan Symmetrical revolution disekeliling 0z
hipotesa regangan bidang
(plane strain).
Perhitungan distribusi tegangan di sekitar terowongan

Luas ds = A' B' C' D'


OA = r
OB = r + dr
= tegangan tangensial
r = tegangan radial
Distribusi Tegangan di sekitar terowongan untuk tegangan awal
tidak hidrostatis

A. V (tegangan vertikal)  0, h (tegangan horisontal)=0

Kondisi Tegangan Awal Unaksial


Tegangan disekitar lubang bukaan (terowongan) dengan
penampangnya berbentuk lingkaran diberikan oleh rumus dibawah ini
(Duffaut, 1981)

v  R2   v  R4 R2 
r  1  2   1  3 4  4 2  cos 2
2  r  2  r r 

v 
R2   v  R4 
   1  2   1  3 4  cos 2
2  r  2 r 
v  R4 R2 
 r   1  3 4  2 2  sin 2
2  r r 
Tegangan tangensial pada kontur sebuah
terowongan berbentuk lingkaran dengan Distribusi tegangan pada sumbu simetri untuk
tegangan awal yang uniaksial (Duffaut. 1981) tegangan awal yang uniaksial (Duffaut. 1981).
b. V (tegangan vertikal)  0, h (tegangan horisontal) 0

Tegangan disekitar lubang bukaan (terowongan dengan


penampangnya berbentuk lingkaran ) (Duffaut, 1981)
menjadi :

 v h  R2   v   h  R4 R2 
r  1  2   1  3 4  4 2  cos 2
2  r  2  r r 

Kondisi tegangan biaksial


 v h  R 2   v  R4 
  1  2   1  3 4  cos 2
2  r  2 r 

 h  v  R4 R2 
 r  1  3 4  2 2  sin 2
2  r r 
Kuat tekan dari sebuah batuan berlapis Jika tegangan uniaksial adalah vertikal maka keadaan (a)
yang merupakan fungsi dari sudut dengan adanya tarikan tangensial yang akan
perlapisan memisahkan/merenggangkan perlapisan tidak begitu
mempengaruhi kestabilan. Sebaliknya keadaan (b), tarikan
tersebut pada tiap-tiap lapisan sehingga dapat patah oleh
lengkungan karena beratnya sendiri.
Evolusi dari kontur terowongan dalam dengan penampang
berbentuk bulat pada batuan schist
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai