Anda di halaman 1dari 32

PENDAHULUAN

 Masalah timbulnya malnutrisi pada negara-


negara berkembang bukan saja disebabkan
oleh karena negara tersebut tidak dapat
memproduksi makanan yang cukup untuk
masyarakatnya, tetapi juga banyak
permasalahan malnutrisi ini disebabkan
karena adanya kebiasaan, kepercayaan, tabu
yg mencegah manusia untk megg. makanan
yang terbaik di daerahnya
 Kebiasaan makan suatu masyarakat sangat
dipengaruhi faktor sosial dan budaya dari
masyarakat tersebut
 Dengan menyadari pentingnya faktor-faktor
sosial dan budaya yang mempengaruhi gizi
masyarakat maka usaha-usaha untuk
memperbaiki pola-pola makan harus
disesuaikan dengan pola-pola sosio-budaya
dari masyarakat sasaran.
Socio-economic
Environment Education
Advertising
Mood Geographical

Age Choice of Food


Culture
Sex
State of Health
Religion
Nutrient intake

Factors influencing Food Choice


Individual Characteristics
1. State of Health
 A food that causes discomfort will be
avoided
 Foods that are believed to be health-
giving or beneficial for a specific
condition will be chosen
 Foods that are associated with comfort
will be chosen
2. Mood
Socioeconomic Factors
 Advertising
 Huge amount of money are spent on food
advertising → to persuade people

 Income
 Those with low income have poorer diet
then those with higher income
 Peer-group pressure
 Individuals want to belong to a group
and so conform to the dietary pattern
of those around them

 Education
 Individuals acquire knowledge from a
host of sources and people
Cultural Factors
 Culture
 The custom and civilisation of a
particular people or group
 The dietary habits of any group of
people conform to a culturally
standardised set of behaviours
 Acquired from the family and
surrounding community and show
considerable variation
SOSIAL DAN BUDAYA
 konsep kebudayaan : termasuk kedalamnya
nilai, sikap, kebiasaan yang dipelajari dan
diperoleh semenjak anak masih kecil
 Kebudayaan adalah suatu rangkaian peraturan-
peraturan yang mengatur tingkah laku anggota
masyarakat
 Di dalam usaha mempelajari kebiasaan makan
maka kita harus memahami karakteristik
kebudayaan dan hubungan dari karakteristik-
karakteristik tersebut yang berguna untuk
melakukan suatu perubahan
Foster menjelaskan ada 5 karakteristik
kebudayaan
1. Kebudayaan diperoleh dengan cara belajar,
kebudayaan dipelajari dan tidak diwariskan
2. Semua aspek kebudayaan saling berhubungan
sehingga merubah satu aspek kebudayaan akan
mempengaruhi yang lain
3. Semua kebudayaan berubah secara tetap dan tidak
ada kebudayaan yang statis
4. Setiap kebudayaan mempunyai sistem nilai
5. Kebudayaan memungkinkan adanya suatu interaksi
yang otomatis diantara individu-individu
MAKANAN SEBAGAI PHENOMENA
SOSIAL BUDAYA
 Sebagai phenomena sosial dan budaya,
makanan tidaklah hanya sebagai produk
organik dengan kwalitas bio-kimia yang
dapat dugunakan untuk manusia tetapi
makanan diartikan jangan dalam
hubungannya dengan kebudayaan krn
sbg bahan makanan yg akan
dikonsumsikan memerlukan pengesahan
dari kebudayaan untk dapat diterima
 Banyak manusia yang meskipun dalam
keadaan lapar tidak memangsa semua bahan
makanan yang bergizi sebagai makanan,
karena alasan : agama, tabu, kepercayaan,
oleh karena itu perlu dibedakan antara
pengertian nutrisi dan makanan
 Foster :
 nutrisi adalah konsep bio=kimia suatu
makanan yang mengandung gizi dan
berguna untuk memelihara kesehatan bagi
organisme yang mengkonsumsinya
 Makanan dalam konsep kebudayaan
adalah : pernyataan yang menjelaskan
bahwa bahan ini cocok untuk gizi kita
 Di Amerika banyak ragam makanan yg bergizi
tetapi tidak dianggab makanan, seperti kuda,
anjing, kodok, burung kecil, dll

 Pada masyarakat yang beragama Islam dan


Yahudi babi bukan merupakan makanan

 Pada masyarakat Hindu sapi bukan merupakan


bahan makanan
 Pilihan atau kesukaan individu juga
mengurangi ragam makanan yang
dikonsumsikan

 Pilihan atau kesukaan sgt tergtg pd


pengalaman makan pd masa kecil, mak yg
biasa dimakan sjk masa kecil tetap menarik
untk dimakan sampai dewasanya
KLASSIFIKASI MAKANAN
Kelompok masyarakat mengklassifikasikan makanan
dengan cara-cara yang beraneka ragam :
1. Makanan yang disediakan berdasarkan statusnya.
• Pada masyarakat Alor : laki-laki lebih banyak
makan daging dari wanita
• Pada masyarakat Indonesia : laki-laki lebih
didahulukan makan kemudian baru wanita dan
anak-anak
• Pada masyarakat India mertua laki-laki yang
pertama makan kemudian ayah setelah itu
wanita dan anak-anak.
2. Klassifikasi makanan dalam hubungannya
dengan sehat dan sakit
• makanan ringan untuk orang sakit dan
makanan berat (makanan yang enak yang
berprotein tinggi) untuk orang sehat
• Pada masyarakat pedesaan anaknya yang
berpenyakit cacing dilarang makan daging
atau minum susu karena dianggab
menstimuli aktifitas cacing
3. Klassifikasi makanan sehubungan dengan
konsep panas dan dingin (humoral pathology)
• manusia dapat mempertahankan kesehatannya
dg cara melalui keseimbangan
• makanan panas ( india) : gula, susu kerbau, ikan,
daging, bawang merah, b.putih, dll
• Konsumsi makanan panas secara teratur akan
menyebabkan badan panas dan cepat marah.
• Tabu makanan panas-dingin ini kadang2
menyebabkan masalah gizi pd org tsb sakit atau
dlm keadaan mengandung dan pd masalah
setelah melahirkan.
• Apabila petugas kesehatan menghadapi masalah
tsb mk pendktn yg plng tepat adalah melakukan
kompromi antara kepercayaan masy dg
pandangan yg bersifat ilmiah
 Usaha untk memperbaiki status gizi harus tidak
bertentangan dengan pola-pola tradisional
 Harwood menekankan pentingnya petugas kesehatan
mengetahui tentang pandangan pasien mengenai
kesehatan, penyebab penyakit dan bagaimana
masyarakat menenggulanginya.
PERANAN MAKANAN
1. Makanan sebagai pernyataan adanya hubungan
sosial
2. Makanan adalah simbol pernyataan solidaritas
kelompok
3. Makanan sebagai pernyataan rasa stress
4. Makanan sebagai simbol bahasa
TABU MAKANAN
Simon, melakukan penelitian mengenai asal dan
menyebarnya tabu makanan :
1. Tabu terhadap makanan karena makanan
tersebut asing bagi masyarakat tersebut
2. Beberapa kebudayaan menolak memakan
daging binatang yg dipeliharanya kecuali pada
waktu perang
3. Tabu terhadap makan binatang tertentu , untuk
mencegah musnahnya binatang yang
bermanfaat bagi masyarakat tersebut
4. Kelompok tertentu menyatakan tabu
makanan bagi kelompok lain agar gar dapat
memelihara atau menyimpan makanan yang
paling baik untuk kelompoknya.
5. Tabu terhadap makanan karena alasan tidak
hygienis
6. Adanya kepercayaan makan makanan
tertentu akan menimbulkan ketidaksuburan
7. Kepercayaan atau religi, merupakan dasar
alasan tabu terhadap amakanan tertentu.
Masyarakat juga mengenal bermacam-macam tabu makanan
yang dapat diklassifikasikan :
1. Menurut waktu, meliputi tabu yg bersifat permanen dan
tabu yang bersifat sementara
2. Menurut besarnya kelompok, tabu dapat dibagi dalam :
a. Tabu bagi seluruh anggota masy.
b. Tabu bagi kelompok2 tertentu dalam sistem
kekerabatan
c. Tabu bagi kelompok profesi sosial
d. Tabu berdasarkan klas sosial
e. Tabu menurut jenis kelamin
f. Tabu bagi individu-individu
3. Menurut periode-periode didalam
lingkaran hidup, meliputi :
a. Tabu pada saat mengandung
b. Tabu pada saat menyapih bayi
c. Tabu pada saat sesudah menyapih bayi
d. Tabu pada saat puber
e. Tabu pada saat seseorang sedang
menderita sakit
Golongan yang rentan mengalami
gangguan perilaku makan
 Masa pertumbuhan
 Wanita hamil dan menyusui
 Anak-anak masa pertumbuhan lebih dipengaruhi oleh:
 Lingkungan keluarga
 Trend sosial
 Media
 Tekanan teman/kelompok bergaul
 Penyakit
Wanita hamil
 Mengubah asupan makan kebutuhan,
kepercayaan, selera makan, tabu
 Dapat seiring atau kontradiktif dengan budaya yang
ada
 Membahayakan :
- tidak mau mengkonsumsi bahan makanan sumber
hewani
- tidak ingin makan takut bayi besar susah
melahirkan
- minum minyak  agar persalinan lancar
Anak masa pertumbuhan
 Penelitan anak menunjukkan perubahan pola makan (USDA,
1987; Nicklas, 1993)

 Cenderung mengkonsumsi susu rendah atau tanpalemak


 Menghindari susu tinggi lemak dan telur
 Lebih nyaman hanya makan kudapan (snacking)
 Lebih suka makan di luar rumah
 Makan lebih mengutamakan suasana dibandingkan nutrien
yang adaobesity
 Rendah serat
Akibat perubahan:
 Perubahan pola makan asupan nutrien
 Penurunan kalsium, riboflavin, zat besi, vitamin A, dan serat

 Pada kelompok yang mengutamakan trend:


 Tinggi kalori
 Tinggi lemak jenuh
 Tinggi sodium
 Tinggi bahan kimia lain termasuk pewarna dan pengawet
makanan
Edukasi untuk memilih makanan
yang tepat
KESIMPULAN
 Kepercayaan mengenai makanan ditentukan oleh
nilai-nilai yang ada didalam suatu masyarakat
 Kepercayaan tersebut didasarkan pd logika yanga ada
pada masyarakat yang mungkin tidak logis kalau
dilihat dari pandangan kebudayaan lain
 Kepercayaan yang berhubungan dengan makanan ini
sangat berhubungan erat dengan kesehatan,
penyakit, religi, perasaan masyarakat nilai, warna
yang ada di dalam masyarakat.
 Oleh karena kuatnya kepercayaan masyarakat ini,
maka kebiasaan makan akan sulit dirubah, tetapi
meskipun demikian modifikasi dapat dilakukan
dengan meliputi usaha perubahan yang bertahap,
mungkin pendekatan yang efektif terhadap
masyarakat memegang teguh kepercayaa adalah
dengan bekerja pada sistem tersebut sedekat
mungkin
 Menghargai tradisi masyarakat akan memberi
kemudahan didalam usaha megintroduksi suatu ide
yang baru dan tidak bertentangan dengan
kepercayaan yang telah ada.
 Fakta telah menunjukkan bahwa penerimaan ide baru
harus didasarkan kepada kebutuhan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai