Anda di halaman 1dari 36

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

Memperkuat Otonomi Daerah,


membangun Indonesia dari Daerah

Disampaikan dalam Seminar Nasional Otonomi Daerah


LAN RI 19 April 2016
LATAR BELAKANG

1. Menjamin efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam


rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Menata manajemen pemerintahan daerah yang lebih responsif,
akuntabel, transparan dan efisien.
3. Menata keseimbangan tanggung jawab antar tingkatan/susunan
pemerintahan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan.
4. Menata pembentukan daerah agar lebih selektif sesuai dengan
kondisi dan kemampuan daerah.
5. Menata hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Prinsip Otonomi dalam Negara Kesatuan

Kekuasaan terletak pada pemerintah pusat dan tidak


pada pemerintah daerah. Pemerintah pusat mempunyai
wewenang untuk menyerahkan sebagian keuasaannya
kepada daerah otonomi berdasarkan hak otonomi
(Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi), tetapi
pada tahap akhir kekuasaan tertinggi
tetap di tangan pemerintah pusat.
(Miriam Budiardjo:2008)
Ciri Negara Kesatuan yang Desentralistik

Kedaulatan Ada Di Negara Daerah Tidak Mempunyai Kedaulatan


Tidak Ada Shared Soverignity

Yang Disentralisasikan Hanya Daerah Tidak Mempunyai Kewenangan


Kewenangan Eksekutif Legislatif Dan Yudikatif

Hanya Ada Satu Lembaga Legislatif DPRD hanya memiliki kewenangan


(DPR) Dan Satu Lembaga Yudikatif pembentukan Perda
(MA)

Hubungan Pusat Dan Daerah Bersifat Negara Dapat Membentuk Dan


Hierarkis Menghapus Daerah Dengan UU

Pemegang & Tanggung Jawab Akhir Daerah Menyelenggarakan Pemerintahan


Pemerintahan Di Tangan Pemerintah Berdasarkan Kebijakan Pemerintah Pusat
Pusat
4
Prinsip Otonomi Daerah

Daerah otonom adalah badan hukum (rechts persoon) yang mempunyai hak
dan kewajiban sebagaimana manusia. Daerah otonom mempunyai
pekerjaan, pendapatan, kepegawaian, wewenang hukum dan dapat
bertindak dengan menggunakan berbagai cara dan alat sendiri. Jika daerah
atau pejabat daerah bekerja hanya berdasarkan aturan dari pemerintah
pusat, maka sesungguhnya tidak ada lagi otonomi melainkan dekonsentrasi
Kontrol pemerintah pusat dilakukan dengan tidak menyerahkan urusan yang
dapat mengganggu kepentingan seluruh negara atau menariknya kembali
bila ada daerah otonom yang merugikan kepentingan umum seluruh negara
dan membuat undang-undang untuk mengatur kehidupan negara.

Meskipun daerah mempunyai otonomi (kebebsan bebas bertindak), namun


daerah tidak boleh merugikan kepentingan umum yang menyangkut seluruh
negara dan tunduk pada kedaulatan negara

The Liang Gie (1968)


HUBUNGAN KEKUASAAN
PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

PEMEGANG KEKUASAAN THE ULTIMATE


PEMERINTAHAN – PSL 4 (1) UUD PRESIDEN RESPONSIBILITY LIES UPON
1945 THE PRESIDENT

NASIONAL Kementerian/LPNK
Psl 17 UUD 1945
KORBINWAS KORBINWAS
Sebagian
Urusan
WAKIL PEMERINTAH
REGIONAL DPRD PROV GUBERNUR PUSAT
Unsur Penyelenggara Unsur Penyelenggara

Koordinasi,
Pembinaan,
Pengawasan
BUPATI/
LOKAL DPRD KAB/KOTA
WALIKOTA
Unsur Penyelenggara Unsur Penyelenggara

6
Realitas Problem Pasca Otonomi Daerah

• Ketika kita bicara tentang kebijakan otonomi daerah, maka yang cenderung
lahir dalam benak masyarakat adalah pemekaran daerah dan
pemilukada. Seakan-akan kedua hal di atas adalah tujuan sekaligus obat
mujarab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Padahal kunci
pokoknya ada pada bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan pada
masyarakat luas.
• Sekalipun dalam banyak hal pelayanan masyarakat kini relatif baik, namun
secara umum pelayanan pemerintah daerah pada masyarakat dinilai masih
rendah (lihat hasil evaluasi Otda tahun 2014).
• Pertumbuhan ekonomi di daerah dirasakan masih rendah, Sebagian
besar Pemda masih belum mampu menciptakan iklim investasi yang baik
• Alokasi penggunaan anggaran di pemerintahan daerah tampak belum
berjalan secara proporsional sehingga lebih condong pada belanja
aparatur dibanding belanja pembangunan bagi masyarakat.
• Rendahnya pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan
mengakibatkan meluasnya gejala korupsi diberbagai daerah.
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
Otonomi Daerah
Tujuan Nasional Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
Tujuan Terbentuknya Negara: mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan
 Melindungi segenap bangsa dan tumpah darah kepentingan masyarakat setempat dalam sistem NKRI
Indonesia. Desentralisasi
 Memajukan kesejahteraan umum. Penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat
 Mencerdaskan kehidupan bangsa. kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia. Tujuan
Demokrasi
Memposisikan Pemerintah Daerah sebagai instrumen
Hak Warga Negara pendidikan politik di tingkat lokal, yang akan menyumbang
Ps. 27, 28 H, Ps. 34 UUD 1945 terhadap pendidikan politik nasional demi terwujudnya civil
Pendidikan, Kesehatan, Hak atas Pekerjaan, Hak atas society.

penghidupan yang layak, dan Jaminan Sosial. Kesejahteraan


Pemda menyediakan pelayanan publik yang efektif, efisien dan
ekonomis untuk masyarakat lokal.
Indonesia Negara Kesatuan Yg Terdesentralisasi Dgn Presiden Selaras dengan tujuan Otonomi Daerah penyelenggaraan
Memegang Kekuasaan Pemerintahan (Pasal 4 UUD 1945). Pemerintahan Daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan
Pasal 18, 18 A dan 18 B UUD 1945 prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu
- NKRI dibagi atas Prov, Kab & Kota. daerah dalam sistem NKRI.
- Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan.
- Dipimpin Gub, Bupati, Walikota yang dipilih demokratis – memiliki Pemerintahan Daerah
DPRD dipilih melalui Pemilu. Gubernur, Bupati, Pemerintah DPRD
Walikota dipilih Daerah DPRD dipilih
- Menjalankan Urusan Pemerintahan. secara demokrasi melalui Pemilu
- Hubungan wewenang antar tingkatan Pemerintahan. (Langsung)
- Hubungan Keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan SDA & SDA
lainnya dilaks. adil & selaras diatur dgn undang-undang. DPRD dan KDH berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
- Negara mengakui & menghormati satuan-satuan pemerintahan Pemerintahan Daerah yang diberi mandat rakyat untuk 8
daerah yg bersifat khusus atau istimewa yg diatur dgn undang- melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dan merupakan
undang. mitra sejajar dalam menjalankan fungsinya.
Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

UU 32 Tahun 2004

UU 22 Tahun 1999

UU 5 Tahun 1974
*UU ttg Kebijakan Pilkada: UU 8/2015 ttg Perubahan Atas UU Nomor 1
Tahun 2015 ttg Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2014 ttg Pemilihan
UU 18 Tahun 1965
Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi UU

UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada dasarnya Penpres 6 Tahun 1959
mencoba memperbaiki kelemahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah yaitu memperjelas konsep UU 1 Tahun 1957
desentralisasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
memperjelas pengaturan dalam berbagai aspek penyelenggaraan UU 22 Tahun 1948
Pemerintahan daerah. Selain itu, UU No. 23 Tahun 2014 memuat
pengaturan baru sesuai dengan dinamika masyarakat dan tuntutan UU 1 Tahun 1945
pelaksanaan desentralisasi, antara lain pengaturan tentang hak
warga untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan DW Tahun 1903
daerah, adanya jaminan terselenggaranya pelayanan publik dan
inovasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan daerah
Perbandingan Jumlah Daerah Otonom
N Sebelum Desentralisasi 1999 Dengan
Sesudah Desentralisasi 1999
K Luas Wilayah
1.913.578,68 km2
R 8 Jumlah Penduduk
251.857.940 Jiwa
I (30,7%)
181
(77,3%)
34
(57,6%)
1.614
(29,4%)
2.477
(41,7%)
14.254
(23,8%)

Data Berdasarkan Permendagri


39 Tahun 2015

10
HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
 Urpem yg diserahkan ke daerah berasal dari kekuasaan pemerintahan yg ada ditangan
Presiden.
 Presiden menetapkan pedoman penyelenggaraan Urpem & melakukan Binwas terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
 Binwas penyelenggaraan Pemda provinsi dilaksanakan oleh K/L & thd penyelenggaraan
Pemda kabupaten/kota dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
 Dengan demikian hubungan Presiden dengan gubernur dan bupati/walikota bersifat
hierarkis dan hubungan gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dengan bupati/walikota
bersifat hierarkis.
 Konsekuensi dari negara kesatuan adalah pemegang kekuasaan dan tanggung jawab akhir
pemerintahan ada ditangan Presiden. (Pasal 4 ayat (1) UUD 1945) dan Pasal 7 ayat (1) UU
23/2014.
 Untuk menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan yang dijabarkan dalam berbagai urusan
pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan tertentu. (Pasal 5 ayat (2) & (3) UU No. 23/2014).
 Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berasal dari kekuasaan pemerintahan
yang ada ditangan Presiden.
 Penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan berdasarkan asas
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan (Pasal 5 ayat (4) UU No. 23/2014). 11
K L A S I F I K A S I U R U S A N P E M E R I N TA H A N

URUSAN
ABSOLUT KONKUREN PEMERINTAHAN
UMUM
Prinsip:
1. PERTAHANAN WAJIB PILIHAN - Urusan Pemerintahan yang
merupakan kewenangan Presiden
2. KEAMANAN
sebagai kepala pemerintahan yang
3. AGAMA pelaksanaannya di daerah
4. YUSTISI PELAYANAN NON dilaksanakan oleh gubernur,
5. POLITIK LUAR DASAR PELAYANAN bupati/walikota di wilayahnya.
NEGERI DASAR - Anggaran: dibiayai dari APBN.
6. MONETER & SPM - Pelaksana :
FISKAL Di drh dilaksanakan o/ gubernur,
Prinsip Ur. Konkuren yg menjadi bupati dan walikota sebagai wakil
Prinsip kewenangan daerah: pemerintah pusat dibantu oleh
- Dapat dilaksanakan sendiri - Asas Pelaksanaan: instansi vertikal.
- Dapat didekonsentrasikan kpd Urusan Pemerintahan menjadi kewenangan Camat melaksanakan pelimpahan
instansi vertikal/ gub. sbg wakil daerah dilaksanakan berdasarkan asas urusan pemerintahan umum yang
Pemerintah Pusat otonomi dilaksankan bupati/walikota di
- Tdk dpt ditugas pembantuankan
- Anggaran: APBD tingkat kecamatan
kpd drh otonom, karena tdk ada
perangkat drh yg melaks. - Pertanggungjawaban
- Hak Daerah :
- Dibiayai dari APBN Gub bertanggung jawab kpd
Mengatur & mengurus urusan yg sdh
- Pembentukan instansi vertikal di Presiden melalui Mendagri &
diserahkan kpd drh sesuai dgn aspirasi
drh tdk memerlukan persetujuan Bupati/Walikota betanggung jawab
masyarakat setempat & kondisi daerah
gub sbg wkl Pemerintah Pusat. kpd Mendagri melalui Gubernur
dalam prinsip NKRI dengan berpedoman
pada NSPK sbg Wakil Pemerintah Pusat.
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN
Dibagi berdasarkan prinsip
Eksternalitas, Akuntabilitas
WAJIB dan Efisiensi dan Kepentingan PILIHAN
Strategis Nasional
PELAYANAN NON PELAYANAYAN
DASAR DASAR
1. Kelautan &
Perikanan
1. Pendidikan; Tenaga Kerja, 2. Pariwisata
Pemberdayaan Perempuan 3. Pertanian
2. Kesehatan;
& Pelindungan Anak, 4. Kehutanan
3. PU & tt ruang; Pangan, Pertanahan, LH,
4. Perumahan & kwsn 5. ESDM
Adminduk & Capil, PMD,
permukiman pengendalian pddk & KB, 6. Perdagangan
5. Tramtibum & linmas perhubungan, Kominfo, 7. Perindustrian
6. sosial Koperasi, Usaha Kecil & 8. Transmigrasi
Menengah, Penanaman
Modal, Kepemudaan & Urusan yang mempunyai dampak ekologis
Olahraga, Statistik, yang serius hanya diotonomikan sampai ke
Persandian, Kebudayaan,
Perpustakaan dan daerah provinsi (kehutanan, kelautan dan
SPM Kearsipan pertambangan) sehingga relatif mudah
dikendalikan.
Distribusi kewenangan mengacu pada kriteria sebagai berikut:
a. Akuntabilitas
Yang berwenang mengurus adalah tingkatan pemerintahan yang
paling dekat dengan dampak tersebut (sesuai prinsip demokrasi)
b. Efisiensi
Otonomi Daerah harus mampu menciptakan pelayanan publik
yang efisien dan mencegah High Cost Economy
Efisiensi dicapai melalui skala ekonomis (economic of scale)
pelayanan publik
Skala ekonomis dapat dicapai melalui cakupan pelayanan
(catchment area) yang optimal
c. Externalitas (Spill-over)
Siapa kena dampak, mereka yang berwenang mengurus
d. Kepentingan Strategis Nasional
Ditentukan berdasarkan pertimbangan dalam rangka menjaga keutuhan &
kesatuan bangsa, menjaga kedaulatan negara, implementasi hub. Luar negeri,
pencapaian program strategis nasional & pertimbangan lain yg diatur dlm per-UU-
an. 14
BAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG DILAKSANAKAN
OLEH MASING-MASING TINGKATAN PEMERINTAHAN

1. Pusat: berwenang membuat norma-norma, standar,


prosedur, kriteria, monitoring dan evaluasi, supervisi,
fasilitasi, pengawasan dan urusan-urusan pemerintahan
dengan eksternalitas nasional.
2. Provinsi: berwenang mengatur dan mengurus urusan-
urusan pemerintahan dengan eksternalitas regional (lintas
Kabupaten/Kota) dengan mengacu pada norma, standar,
pedoman dan kriteria (NSPK) dari Pemerintah.
3. Kabupaten/Kota: berwenang mengatur dan mengurus
urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas lokal
(dalam satu Kabupaten/Kota) dengan mengacu pada norma,
standar, pedoman dan kriteria (NSPK) dari Pemerintah.
15
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
(Psl 13 ayat 2 UU23/2014)

 Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah


provinsi atau lintas negara;
 Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas
Daerah provinsi atau lintas negara;
 Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak
negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
 Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh
Pemerintah Pusat; dan/atau
 Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi
kepentingan nasional.

16
KEWENANGAN PROVINSI (Psl 13 ayat (3)

 Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah


kabupaten/kota;
 Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas
Daerah kabupaten/kota;
 Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak
negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau
 Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah
Provinsi.

17
KEWENANGAN KAB/KOTA (Psl 13 ayat 4)

 Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah


kabupaten/kota;
 Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah
kabupaten/kota;
 Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak
negatifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota; dan/atau
 Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya
lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah
kabupaten/kota.

18
URUSAN PEMERINTAHAN UMUM (PSL 25)

1. pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka memantapkan


pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
3. pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan golongan
lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal, regional dan nasional;
4. penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah Daerah
provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan
7. pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan Daerah
dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.
19
FORKOPIMDA (PASAL 26)

1. Untuk melaksanakan urusan pemerintahan umum Gubernur, Bupati/Walikota


dibantu oleh Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah.
2. Gubernur, Bupati/walikota sebagai Ketua Forkopimda.
3. Anggota Fokopimda terdiri dari Pimpinan DPRD, Pimpinan Kepolisian, Pimpinan
satuan teritorial TNI dan Instansi Vertikal sesuai dengan masalah yang dibahas.
4. Di kecamatan dibentuk forum pimpinan kecamatan yang diketua oleh Camat
dengan anggota pimpinan kepolisian dan pimpinan teritorial TNI di Kecamatan.
5. Rapat Fokopimda dapat mengundang instansi vertikal yang lain sesuai dengan
kebutuhan.

Dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum, gubernur, bupati


dan walikota adalah perpanjangan tangan Presiden di wilayahnya
masing-masing.

20
KEDUDUKAN GUBERNUR

KEPALA DAERAH WAKIL PEMERINTAH PUSAT

 Melaksanakan pembinaan dan


 Memimpin pelaksanaan urusan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan yang menjadi Pelaksana pemerintahan daerah
kewenangan daerah provinsi urusan kabupaten/kota dan tugas
 melaksanakan tugas pemerintahan lain (Pasal 91)
umum (APBN)  Melaksanakan tugas dan
pembantuan dari Pemerintah
Pusat wewenang lain selain yang
diatur dalam Pasal 91

Tidak membentuk perda


Membentuk perda bersama DPRD
Dibantu perangkat gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat
Dibantu perangkat daerah
Dibiayai APBN
21
PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEM.PUSAT

PASAL 91
MELAKSANAKAN PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN TERHADAP MELAKSANAKAN TUGAS DAN
PENYELENGGARAAN URUSAN WEWENANG LAIN
PEMERINTAHAN KABUPATEN / KOTA
DAN TUGAS PEMBANTUAN OLEH
KABUPATEN/KOTA

DIBANTU OLEH PERANGKAT GUBERNUR SEBAGAI PASAL 93


WAKIL PEM. PUSAT

DIBIAYAI OLEH APBN (PASAL 91)

GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT DIBERI KEWENANGAN UNTUK


MENJATUHKAN SANKSI KEPADA BUPATI/WALIKOTA (PASAL 91)

JIKA GUBERNUR SBG WAKIL PEMERINTAH PUSAT


TIDAK MELAKSANKAN TUGAS DAN WEWENANGNYA,
MENDAGRI MENGAMBIL ALIH TUGAS DAN WEWENANG NYA (PASAL 92)
22
KEDUDUKAN BUPATI/WALIKOTA

KEPALA DAERAH

 Memimpin pelaksanaan Mendapat pelimpahan dari


urusan pemerintahan yang Presiden untuk
menjadi kewenangan daerah melaksanakan urusan
provinsi
 melaksanakan tugas pemerintahan umum
pembantuan dari Pemerintah
Pusat

Tidak membentuk perda

Membentuk perda bersama DPRD


Dibantu instansi vertikal
(Kesbangpol Kemendagri
Dibantu perangkat daerah Dibiayai APBN
23
KEDUDUKAN KECAMATAN
Kecamatan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan
(Ps. 221 UU 23 Tahun 2014)

Camat yang bertanggungjawab Kepada


Bupati/Walikota melalui Sekda

TUGAS Selain melaksanakan tugas


 menyelenggaraan urusan pemerintahan umum; yang melekat Camat
 mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; terdapat pelimpahan
sebagian kewenangan
 mengoordinasikan upaya penyelenggaraan Trantibum; bupati/walikota untuk
 mengoordinasikan penerapan & penegakan Perda dan melaksanakan sebagian
Perkada; urusan pemerintahan yang
 mengoordinasikan pemeliharaan prasarana & sarana menjadi kewenangan daerah
pelayanan umum; kabupaten/kota
 mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
yg dilakukan oleh Perangkat Daerah di Kecamatan; Kewenangan yang
 Binwas penyelenggaraan kegiatan Desa dan/atau kelurahan; dilimpahkan bupati/walikota
 melaksanakan Urusan Pemerintahan yg menjadi kepada camat antara lain
kebersihan di kecamatan
kewenangan Daerah kabupaten/kota yang tidak tertentu, pemadam
dilaksanakan oleh unit kerja Perangkat Daerah kebakaran di kecamatan
kabupaten/kota yg ada di Kecamatan; dan tertentu dan pemberian izin
 melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan mendirikan bangunan untuk
perundang-undangan. luasan tertentu
24
KEDUDUKAN KELURAHAN

Lurah selaku perangkat kecamatan


bertanggungjawab kepada Camat
T U G A S MEMBANTU CAMAT DALAM:
 Melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan;
 Melakukan pemberdayaan masyarakat;
 Melaksanakan pelayanan masyarakat;
 Memelihara ketenteraman dan ketertiban umum;
 Memelihara prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat; dan
 Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KETENTUAN MENGENAI ALOKASI PEMBANGUNAN SARPRAS LOKAL KELURAHAN &


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN
 Pemda kab/kota mengalokasikan anggaran dlm APBD kab/kota untuk pemb. Sarpras lokal
kelurahan & pemberdayaan masyarakat di kelurahan.
 Alokasi anggaran Pemb. Sarpras dimasukkan ke dlm anggaran Kec. pd bag. anggaran kelurahan
untuk dimanfaatkan sesuai dgn ketentuan Per-UU-an.
 Penentuan kegiatan pemb. Sarpras lokal kelurahan & pemberdayaan masyarakat di kelurahan
dilakukan melalui musyawarah pembangunan kelurahan sesuai dgn ketentuan Per-UU-an.
 Untuk Drh kota yg tidak memiliki Desa, alokasi anggaran Pemb. Sarpras paling sedikit 5% dari
APBD setelah dikurangi DAK.
 Untuk Drh kota yang memiliki Desa, alokasi anggaran berpedoman pada ketentuan Per-UU-an
25
ISU STRATEGIS UU 23/2014 TTG PEMDA
PENYELENGARAAN URUSAN MELIPUTI URUSAN
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG BERSIFAT ABSOLUT,
KONKUREN & PEMERINTAHAN UMUM.

SEBELUM DITETAPKAN MENJADI DOB, TERLEBIH


PEMBENTUKAN DAERAH
DAHULU HARUS MELALUI TAHAP PEMBENTUKAN
OTONOM
DAERAH PERSIAPAN

DAMPAK EKOLOGIS
(Penyelenggaraan urusan TERKAIT URUSAN PEMERINTAHAN YG DISERAHKAN
pemerintahan di bidang KPD DRH & MENIMBULKAN DAMPAK EKOLOGIS
kehutanan, kelautan, serta MELEWATI BATAS-BATAS ADMIN DRH KAB/KOTA
energi dan sumber daya MENJADI KEWENANGAN DRH PROVINSI.
mineral )

PENGATURAN SANKSI BAGI SANKSI BAGI PENYELENGGARA PEMERINTAHAN


BERUPA TEGURAN TERTULIS, TIDAK DIBAYARKAN HAK-
KDH/WKDH DAN APARATUR HAK KEUANGAN, MENGIKUTI PROGRAM PEMBINAAN
SIPIL NEGARA DI INSTANSI KHUSUS, PEMBERHENTIAN SEMENTARA, DAN
DAERAH PEMBERHENTIAN TETAP
26
 DIBENTUK TIPOLOGI DINAS ATAU BADAN DAERAH SESUAI
DENGAN BESARANNYA AGAR TERBENTUK PERANGKAT DAERAH
YANG EFEKTIF DAN EFISIEN/SESUAI BEBAN KERJA.
 PEMBENTUKAN PERANGKAT DRH HARUS DIDASARKAN PADA
PERANGKAT DAERAH URUSAN PEMERINTAHAN YG MENJADI KEWENANGAN DRH DGN
MEMPERHATIKAN KEBUTUHAN & KEMAMPUAN DRH (RIGHT
SIZING)
 KELURAHAN SELAKU PERANGKAT KECAMATAN PEMDA KAB/KOTA
MENGALOKASIKAN ANGGARAN DLM APBD KAB/KOTA UNTUK
PEMBANGUNAN SARPRAS & PEMBERDAYAAN MASY. DI
KELURAHAN

DAERAH DAPAT MENDIRIKAN BADAN USAHA MILIK


PEREKONOMIAN DAERAH DAERAH (BUMD) TERUTAMA UNTUK MEMBERIKAN
KEMANFAATAN EKONOMIS BAGI MASYARAKAT

 MEKANISME FORMULA DAU YANG MENJADIKAN


WILAYAH LAUTNYA SEBAGAI VARIABEL DLM
PROVINSI BERCIRI KEPULAUAN PENGHITUNGAN DAU & MELALUI FORMULASI DAK YG
MENGAKOMODASI KEBUTUHAN DRH PROV. YG
BERCIRI KEPULAUAN.
 PEMERINTAH PUSAT DAPAT MENGALOKASIKAN DANA
PERCEPATAN DI LUAR DANA ALOKASI UMUM DAN
DANA ALOKASI KHUSUS
27
PELAYANAN PUBLIK

Daerah WAJIB MENYELENGGARAKAN


PELAYANAN PUBLIK SESUAI DENGAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL

WAJIB MENGUMUMKAN SELURUH


INFORMASI

MAKLUMAT PELAYANAN PUBLIK


PENGADUAN ATAS PELAYANAN
PUBLIK DISAMPAIKAN MASY. PADA
OMBUDSMAN, PEMDA DAN DPRD
MASYARAKAT DAN PEMDA WAJIB MELAKSANAKAN
REKOMENDASI OMBUDSMAN
UNDANG-UNDANG 23 TAHUN 2014 LEBIH MENGEDEPANKAN
PELAYANAN PUBLIK BAGI MASYARAKAT

 KDH diwajibkan memberikan pelayanan publik berdasarkan standar


pelayanan;
 Pemda diberikan kewenangan untuk menyederhanakan jenis dan
prosedur pelayanan dalam rangka mempercepat dan mempermudah
pelayanan kepada masyarakat;
 KDH wajib memberikan pelayanan perizinan dengan membentuk unit
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
 Daerah diarahkan untuk menerapkan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
 Pemerintah Pusat dapat mengambil alih kewenangan pelayanan publik
yang menjadi urusan pemerintah daerah apabila terdapat pelanggaran
terhadap standar pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
sehingga menghambat rakyat untuk memperoleh pelayanan.
29
INOVASI DAERAH

 Dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah,


Pemda dapat melakukan inovasi yang inisiatifnya dapat berasal dari Kepala
Daerah, anggota DPRD, aparatur sipil negara, perangkat daerah, dan
anggota masyarakat.

PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN

1. PENINGKATAN EFISIENSI;
2. PERBAIKAN EFEKTIVITAS;
DALAM HAL PELAKSANAAN INOVASI YANG
3. PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN;
TELAH MENJADI KEBIJAKAN PEMERINTAH
4. TIDAK ADA KONFLIK KEPENTINGAN;
5. BERORIENTASI KEPADA KEPENTINGAN DAERAH DAN INOVASI TERSEBUT TIDAK
UMUM; MENCAPAI SASARAN YANG TELAH
6. DILAKUKAN SECARA TERBUKA; DAN DITETAPKAN, APARATUR SIPIL NEGARA
7. DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN TIDAK DAPAT DIPIDANA.
HASILNYA TIDAK UNTUK KEPENTINGAN
DIRI SENDIRI.

 Kepala Daerah melaporkan inovasi Daerah yang akan dilaksanakan kepada


Menteri Dalam Negeri yg paling sedikit melaporkan cara melakukan inovasi,
dokumentasi bentuk inovasi, dan hasil inovasi yang dicapai. 30
HASIL EKPPD PROVINSI, KABUPATEN DAN KOTA

31
 Dari sisi manajemen Pemerintahan adalah bagaimana Pemerintah Daerah
dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang telah diotonomikan, apakah
daerah dapat menjalankan urusannya? Apakah Masyarakat terlayani dengan
baik?
 Untuk itu Belanja dalam APBD dialokasikan untuk melaksanakan
program/kegiatan sesuai dengan kemampuan pendapatannya, serta
didukung oleh pembiayaan yang sehat sehingga diharapkan mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan pendapatan, serta
pembangunan di berbagai sektor. Pencapaian tujuan tersebut diharapkan
dapat dilakukan melalui peningkatan potensi penerimaan pajak dan retribusi
daerah ditambah dengan dana transfer dari pemerintah Pusat yang digunakan
untuk mendanai penyelenggaraan layanan publik dalam jumlah yang
mencukupi dan juga berkualitas. Dengan belanja yang berkualitas diharapkan
APBD dapat menjadi injeksi bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan
Masyarakat
 Terkait dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) penghitungan dari BPKP
menyebutkan tingkat kemandirian Provinsi dan Kabupaten/Kota hanya 22%.
Artinya kemampuan daerah masih mengandalkan dana dari Anggaran
Pendapatan Belanja Nasional (APBN). Untuk itu PAD perlu ditingkatkan
dengan memberdayakan berbagai sektor unggulan di daerah seperti
32
pariwisata atau potensi lainnya dan ini harus diinventarisir.
33
 Bahwa daerah yang mempunyai rasio
PAD dibandingkan dengan total
Pendapatan Daerah yang tertinggi
adalah daerah-daerah di wilayah Jawa
dan Bali, yaitu mencapai 37,36%.
Sementara itu daerah-daerah yang
mempunyai rasio terendah berada di
wilayah pulau Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua, yaitu hanya
7,08%. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kemandirian seluruh daerah
yang berada di wilayah Jawa dan Bali
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
wilayah lainnya
 Dalam kaitannya dengan rasio Dana Perimbangan apabila dibandingkan dengan
total Pendapatan Daerah, dapat dilihat bahwa secara agregat daerah-daerah di
wilayah pulau Jawa dan Bali hanya memiliki ketergantungan terhadap Dana
Perimbangan paling rendah, yaitu 50,19%. Adapun wilayah yang memiliki tingkat
ketergantungan tertinggi terhadap Dana Perimbangan adalah di wilayah Sulawesi
yang mencapai 74,55% persen
34
PELUANG DAN TANTANGAN KEBIJAKAN DESENTRALISASI & OTDA

PELUANG TANTANGAN
 Otda akan berkontribusi dlm meningkt &  Otda dituntut utk semakin mempererat
memperkuat tingkat perekonomian masy. di persatuan dan kesatuan bangsa di tengah-
drh yg pd gilirannya mengurangi kemiskinan, tengah kemajemukan di tingkat lokal, regional,
meningkt kualitas kes., dik., mendorong dan nasional.
penciptaan lap. pekerjaan, menjaga kelestarian  Otda dituntut utk menumbuhkan kemandirian
SDA & LH, serta kerukunan antar suku & penyelenggaraan tata kelola pemerintahan drh
agama dlm bingkai NKRI. yg aspiratif, transparan dan akuntabel.
 Tk. perekonomian di drh & nas. berkontribusi  Otda dituntut untuk mengharmoniskan
dlm meminimalisir berbagai pengaruh- pemanfaatan berbagai sumber daya lokal dan
pengaruh dr dlm & luar negeri yg kearifan drh dgn tetap menjamin
memunculkan tindakan radikalisme serta keseimbangan & kelestarian lingkungan.
mengancam keamanan dlm negeri termasuk
mengacaukan keamanan & perdamaian global.  Momentum regi. & glob. memberikan peluang
bagi setiap drh utk meningkt daya saing dgn
 Otda melalui Pilkada langsung mendorong memperhatikan prinsip demokrasi,
munculnya para pemimpin daerah yang pemerataan, keadilan, keistimewaan &
kapabel dan akseptabel melalui pemilihan kekhususan serta potensi & keanekaragaman
kepala daerah secara langsung, termasuk juga drh. Otda menjadi faktor penguat bagi setiap
untuk mendapatkan pemimpin daerah yang drh dlm menghadapi kebijakan MEA dan
peduli serta dapat merespon cepat. Tantangan bonus demografi pada 15-20 tahun
yang akan datang. 35
TERIMA KASIH

36

Anda mungkin juga menyukai