Anda di halaman 1dari 8

SLEEP APNEU

Sleep apnea atau apnea tidur ?


Adalah gangguan serius pada pernapasan yang terjadi saat tidur di mana
saluran udara terhambat karena dinding tenggorokan yang mengendur dan
menyempit. Ketika kita tidur, otot-otot tenggorokan dapat mengendur dan
lemas. Dalam keadaan normal, kondisi ini tidak mengganggu pernapasan. Namun
pada penderita apnea tidur, otot menjadi terlalu lemas sehingga menyebabkan
penyempitan atau hambatan pada saluran udara yang mengganggu pernapasan.
Apnea tidur
terbagi dalam
tiga jenis,

Apnea tidur obstruktif adalah jenis yang paling umum terjadi, di mana otot
tenggorokan mengendur. Sedangkan apnea tidur sentral terjadi ketika otak tidak
mengirim sinyal dengan baik pada otot yang mengatur pernapasan. Sementara
itu, apnea tidur kompleks merupakan kombinasi dari apnea tidur sentral dan
obstruktif.

APNEU TIDUR
APNEU CENTRAL APNEU KOMPLEKS
OBSTRUKTIF
Dewasa maupun anak-anak sama-sama dapat mengalami kondisi ini,
walaupun orang-orang di bawah ini lebih beresiko untuk terkena kondisi tersebut:

Mereka yang kelebihan berat badan

Memiliki riwayat keluarga penderita gangguan henti


nafas saat tidur
Memiliki amandel yang ukurannya lebih besar dari rata-
rata

Memiliki lidah yang lebih besar

Mengidap sekat hidung (septum) menyimpang

Penderita GERD (gastroesophageal reflux – aliran balik asam lambung ke


kerongkongan)

Menderita alergi

Penderita masalah sinus


Gejala Utama
Karena kondisi ini terjadi ketika tidur, sebagian besar orang tidak sadar bahwa mereka
menderita gangguan tidur ini.Walaupun gejala-gejala ini dapat hadir sendiri, tidak semua
penderita menganggap mereka sebagai gangguan tidur. Namun, jika Anda mengalami beberapa
gejala berikut, Anda sebaiknya menemui ahli kesehatan.
 Mendengkur dengan keras
 Tersedak atau sensasi terengah-engah yang dapat membangunkan Anda dari tidur
 Rasa kantuk di siang hari atau saat berkendara
 Kekurangan energi
 Gelisah saat tidur
 Sakit kepala, terutama di pagi hari setelah bangun
 Ingatan yang buruk
 Perubahan suasana hati
 Menurunnya ketertarikan seksual
 Insomnia
 Terbangun berkali-kali di tengah malam
 Bangun dengan sakit tenggorokan
 Tenggorokan kering
Diagnosis Sleep Apnea
Diagnosis apnea tidur dapat dimulai dengan menanyakan gejala yang dialami penderita, pemeriksaan fisik,
termasuk tekanan darah, mengukur tinggi badan, berat badan dan leher, serta pemeriksaan darah.
Jika penyebab apnea tidur masih belum jelas, dokter bisa melakukan observasi tidur malam hari pasien
melalui tes yang disebut dengan polisomnografi. Dalam observasi ini, pola pernapasan, detak jantung dan kadar
oksigen tubuh, tingkat kekerasan dengkuran, dan beberapa bagian tubuh lain akan dimonitor secara seksama.
Polisomnografi terdiri dari kombinasi beberapa tes, yaitu:
 Elektromiografi (EMG), untuk memeriksa dan merekam aktivitas sinyal otot.
 Elektroensefalografi (EEG) untuk mengamati gelombang otak.
 Elektrokardiografi (ECG) untuk mengamati jantung.
 Rekaman gerakan otot dada dan perut.
 Rekaman aliran udara melalui mulut dan hidung.
 Rekaman detak jantung dan kadar oksigen dalam darah (pulse oximetry).
 Rekaman suara dan video.

Pengobatan Sleep Apnea


- Pengobatan apnea tidur dilakukan berdasarkan kondisi dan tingkat keparahan yang
dialami. Untuk apnea tidur yang ringan, penanganan yang dianjurkan adalah dengan
mengubah gaya hidup seperti:
~ Menghindari obat-obatan penenang dan obat tidur.
~ Menurunkan berat badan jika Anda mengalami kelebihan berat badan.
~ Menghindari tidur terlentang. Usahakan untuk tidur dengan posisi miring.
~ Berhenti merokok bagi yang memiliki kebiasaan merokok.
~ Membatasi konsumsi minuman keras atau alkohol, terutama pada waktu sebelum tidur.
Jika cara tersebut belum dapat mengatasi gejala atau ternyata apnea tidur yang dialami merupakan tingkat
sedang hingga parah, maka diperlukan terapi dengan menggunakan beberapa alat, di antaranya:
 CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)
CPAP adalah alat untuk meniupkan udara bertekanan positif ke dalam hidung saja atau ke dalam hidung dan
mulut. Udara bertekanan positif ini akan mencegah tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala yang
muncul akibat apnea tidur. Beberapa efek samping dari teknik pengobatan ini meliputi:
 Hidung tersumbat.
 Hidung berair atau iritasi.
 Sakit kepala.
 Sakit telinga.
 Sakit perut dan perut kembung.
 Rasa tidak nyaman akibat pemakaian masker.
 BiPAP (bilevel positive airway pressure). Alat ini membuat tekanan udara saat menarik napas menjadi lebih
tinggi, lalu tekanan tersebut diturunkan saat napas dikeluarkan. Tujuannya adalah untuk membantu penderita
apnea tidur sentral yang mengalami pola pernapasan yang lemah.
 MAD (Mandibular Advancement Device). Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah
penyempitan pada saluran pernapasan yang menyebabkan seseorang mendengkur. Alat ini dipakai di atas gigi
saat penderita sedang tidur. Alat ini bisa digunakan bagi orang yang tidak bisa menggunakan alat CPAP, meski
tidak dianjurkan untuk penderita apena tidur yang parah.
 ASV (adaptive servio-ventrilation). Alat yang terkomputerisasi ini merekam pola pernapasan dan dapat
membuat pernapasan menjadi normal ketika tidur dengan memberi tekanan pada saluran udara.
 Pemakaian oksigen tambahan. Berbagai alat yang dapat menyalurkan oksigen ke paru-paru sudah banyak
tersedia. Penggunaan alat ini dapat membantu penderita apnea tidur, khususnya apnea tidur sentral
Jika terapi dengan alat tidak juga membantu mengatasi gejala apnea tidur atau jika kondisi
ini berisiko mengakibatkan komplikasi serius, maka dapat dilakukan operasi sesuai dengan kondisi
yang menjadi penyebab. Tindakan operasi yang biasa dilakukan adalah:
 Bedah bariatric, Operasi pengecilan ukuran lambung yang dilakukan untuk orang obesitas.
 Trakeostomi, yaitu operasi dengan memasukkan pipa ke tenggorokan melalui leher agar penderita mudah
bernapas, meski saluran udara terhalang.
 Tonsilektomi, yaitu operasi pengangkatan amandel ketika amandel terlalu besar dan menghalangi saluran
pernapasan saat sedang tidur.
 Implantasi langit-langit lunak, yaitu operasi yang dilakukan dengan memasang langit-langit lunak buatan untuk
mengurangi getaran dan gangguan dalam pernapasan saat tidur.
 Adenoidektomi, yaitu operasi pengangkatan adenoid ketika adenoid terlalu besar dan menghalangi saluran
pernapasan ketika tidur .
 Uvulopalatopharyngoplasty, yaitu operasi pengangkatan jaringan di belakang mulut dan tenggorokan atas,
termasuk tonsil dan adenoid. Operasi ini dilakukan untuk menghetikan dengkuran yang disebabkan getaran
dari struktur tenggorokan. Sebenarnya operasi ini sudah jarang dilakukan. Untuk menghilangkan jaringan di
tenggorokan belakang, dapat dilakukan juga ablasi dengan frekuensi radio, terutama bagi penderita apnea tidur
yang tidak bisa menggunakan CPAP atau alat lainnya yang terpasang pada gigi.
 Prosedur reposisi rahang. Dalam operasi ini, tulang rahang diposisikan lebih ke depan daripada tulang wajah,
untuk memperluas ruang di belakang lidah dan langit-langit lunak.
 Prosedur lain untuk menghilangkan dengkur, misalnya melalui operasi pengangkatan amandel atau polip hidung.

Anda mungkin juga menyukai