Anda di halaman 1dari 24

Asal-usul Medang

Mataram
Kelompok 3
Mitha Denita Noormala NIM : 1185010077
Mohammad Aqbil Wikarya NIM : 1185010080
Muh. Adib Givari Al Furqan NIM : 1185010087
Muhammad Fikri Hidayat NIM : 1185010093
Nadiyya Khofiyatul Bahiyyah NIM : 1185010099
Penamaan
Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk
menyebut periode Jawa Timur saja, padahal berdasarkan prasasti-
prasasti yang telah ditemukan, nama Medang sudah dikenal sejak
periode sebelumnya, yaitu periode Jawa Tengah. Sementara itu,
nama yang lazim dipakai untuk menyebut Kerajaan Medang periode
Jawa Tengah adalah Kerajaan Mataram, yaitu merujuk kepada salah
daerah ibu kota kerajaan ini. Kadang untuk membedakannya dengan
Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16, Kerajaan
Medang periode Jawa Tengah biasa pula disebut dengan nama
Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram
Kuno
 Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran sungai
Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan
kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti Canggal. Prasasti berangka tahun
732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh
Sana. Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang oleh keponakannya,
Sanjaya. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran berdiri
pula sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang
beragama Budha. Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut di bagian selatan
Jawa Tengah menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu
hingga ke bagian tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk memperkuat
kedudukan masing-masing, kedua dinasti itu sepakat bergabung. Caranya
adalah melalui pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari pihak
Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti saingannya.
 Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam pembangunan candi agama
Budha dan Hindu. Candi yang diperuntukan bagi agama Budha antara lain Candi
Borobudur,yang dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi Hindu
yang dibangun antara lain Candi Roro Jongrang di Prambanan, yang dibangun oleh
Raja Pikatan. Pada zaman pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi banyak
kekacauan di daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram
Kuno sementara ancaman dari luar mengintainya.Keadaan menjadi semakin buruk
setelah kematian sang raja akibat perebutan kekuasaan dikalangan istana.
Akhirnya, pengganti Raja Wawa yang bernama Mpu Sindok mengambil keputusan
untuk memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Disana ia membangun sebuah dinasti baru yang bernama Isyana.
 Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal
sebagai seorang raja yang besar. Ia adalah penganut Hindu Syiwa yang taat.
Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal dunia, beliau kemudian
digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar Rakai Panangkaran
Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih progresif dan
bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang.
Daerah-daerah sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di
Jawa Barat dan Kerajaan Melayu diSemenanjung Malaya.Ketika Rakai Panunggalan
berkuasa, kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan pembangunan beberapa
candi megah seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi
Mendut, dan Candi Borobudur.
 Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh Rakai
Warak. Pada zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih mengutamakan
agama Buddha danHindu sehingga pada saat itu banyak masyarakat yang
mengenal agama tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal kemudian
digantikan oleh Rakai Garung.
 Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat
kecakapandan keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat
dihidupkan kembali.Kekuasaannya pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa
Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai pembangunan candi Hindu yang
lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan(Candi Lara Jonggrang) di desa
Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi.
Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi
masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga timbullah benih
perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram
Kuno memudar serta banyakterjadi perang saudara.
Pusat Kerajaan

 Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di


daerah inilah untuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang diperkirakan
berdiri (Rajya Medang i Bhumi Mataram). Nama ini ditemukan dalam beberapa
prasasti, misalnya prasasti Minto dan prasasti Anjuk ladang. Istilah Mataram
kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan,
meskipun tidak selamanya kerajaan ini berpusat di sana.
 Sesungguhnya, pusat Kerajaan Medang pernah mengalami beberapa kali
perpindahan, bahkan sampai ke daerah Jawa Timur sekarang.
Beberapa daerah yang pernah menjadi lokasi istana
Medang berdasarkan prasasti-prasasti yang sudah
ditemukan antaralain:
1. Medang i Bhumi Mataram (zaman Sanjaya)
2. Medang i Mamrati (zaman Rakai Pikatan)
3. Medang i Poh Pitu (zaman Dyah Balitung)
4. Medang i Bhumi Mataram (zaman Dyah Wawa)
5. Medang i Tamwlang (zaman Mpu Sindok)
6. Medang i Watugaluh (zaman Mpu Sindok)
7. Medang i Wwatan (zaman Dharmawangsa Teguh)
 Menurut perkiraan, Mataram terletak di daerah Yogyakarta sekarang. Mamrati
dan Poh Pitu diperkirakan terletak di daerah Kedu. Sementara itu, Tamwlang
sekarang disebut dengan nama Tembelang, sedangkan Watugaluh sekarang
disebut Megaluh. Keduanya terletak di daerah Jombang. Istana terakhir, yaitu
Wwatan, sekarang disebut dengan nama Wotan, yang terletak di daerah
Madiun.
Awal Berdirinya Kerajaan

 Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan
jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri
Poh Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya sendiri
mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan
jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang
memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna,
negara menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan
ibunya, yaitu Sannaha, saudara perempuan Sanna.
 Sanna, juga dikenal dengan nama "Sena" atau "Bratasenawa", merupakan raja
Kerajaan Galuh yang ketiga (709 - 716 M). Bratasenawa alias Sanna atau Sena
digulingkan dari tahta Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu Sanna) dalam
tahun 716 M. Sanna akhirnya melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan
pada Raja Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan raja pertama Kerajaan
Sunda (setelah Tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan
Galuh) adalah sahabat baik Sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong
Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi menantunya. Sanjaya, anak Sannaha
saudara perempuan Sanna, berniat menuntut balas terhadap keluarga
Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa (mertuanya yang
merupakan sahabat Sanna). Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja
Sunda yang memerintah atas nama istrinya. Akhirnya Sanjaya menjadi
penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah
Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan
Mataram dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia
mengatur pembagian kekuasaan antara puteranya, Tamperan, dan Resi Guru
Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan
Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan,
putera bungsu Sempakwaja.
Dinasti Yang Berkuasa
 Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah
berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra
pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isana pada periode Jawa Timur.
 Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Raja
Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Berdasarkan
pendapat van Naerssen, pada zaman pemerintahan Rakai Panangkaran
(pengganti Raja Sanjaya pada tahun 770an), kekuasaan atas Medang direbut
oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana.
 Sejak saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di tanah Jawa, bahkan berhasil pula
menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar
tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan menikahi
Pramodawardhani yang merupakan putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat
pernikahan itu ia bisa menjadi raja di Medang, dan memindahkan istana
kerajaan Medang ke Mamrati. Hal tersebut dianggap sebagai awal Bangkitan
kembali Wangsa Sanjaya.
 Menurut teori Bosch, nama raja-raja Medang dalam Prasasti Mantyasih
dianggap sebagai anggota Wangsa Sanjaya secara keseluruhan.
Sementara itu Slamet Muljana berpendapat bahwa daftar tersebut
adalah daftar raja-raja yang pernah berkuasa di Medang, dan bukan
daftar silsilah keturunan Sanjaya.
 Contoh yang diajukan Slamet Muljana adalah Rakai Panangkaran yang
diyakininya bukan putra Sanjaya. Alasannya ialah, prasasti Kalasan
tahun 778 memuji Rakai Panangkaran sebagai “permata wangsa
Sailendra” (Sailendrawangsatilaka). Dengan demikian pendapat ini
menolak teori van Naerssen tentang kekalahan Rakai Panangkaran
oleh seorang raja Sailendra.
Raja-raja Yang Memimpin Medang
Mataram
 Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)
 Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
 Rakai Panunggalan alias Dharanindra
 Rakai Warak alias Samaragrawira
 Rakai Garung alias Samaratungga
 Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
 Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
 Rakai Watuhumalang
 Rakai Watukura Dyah Balitung
 Mpu Daksa
 Rakai Layang Dyah Tulodong
 Rakai Sumba Dyah Wawa
 Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
 Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
 Makuthawangsawardhana
 Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)
Perkembangan Pemerintah
 Sebelum Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno, di Jawa sudah berkuasa seorang
raja bernama sanna. Menurut prasasti Canggal yang berangka tahun 723M,
diterangkan bahwa Raja Sanna telah digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya
adalah putra sunaha, saudara perempuan dari Sanna.
 Dalam Prasasti Sojomerto yang ditemukan di Desa Sojomerto, kabupaten
Batang, disebut nama Dapunta Syailendra yang bergama Hindu. Diperkirakan
Dapunta Syailendra berasal dari sriwijaya dan menurunkan Dinasti Syailendra
yang berkuasa di Jawa bagian tengah. Dalam hal ini Dapunta Syailendra
diperkirakan yang menurunkan Sanna, sebagai raja di Jawa.
 Sanjaya tampil memerintah kerajaan Mataram Kuno pada tahun 717-780M. Ia
melanjutkan kekuasaan sanna. Sanjaya kemudian melakukan penaklukkan
terhadap raja-raja kecil bekas bawahan Sanna yang melepaskan diri. Setelah
itu, pada tahun 732 M Raja Sanjaya mendirikan bangunan suci sebagai tempat
pemujaan. Bangunan ini berupa lingga dan berda di atas gunung Wukir (Bukit
Stirangga). Bangunan suci itu merupakan lambang keberhasilan Sanjaya dalam
menklukkan raja-raja lain.
 Sanjaya tampil memerintah kerajaan Mataram Kuno pada tahun 717-780M. Ia
melanjutkan kekuasaan sanna. Sanjaya kemudian melakukan penaklukkan
terhadap raja-raja kecil bekas bawahan Sanna yang melepaskan diri. Setelah
itu, pada tahun 732 M Raja sanjaya mendirikan bangunan suci sebagai tempat
pemujaan. Bangunan ini berupa lingga dan berda di atas gunung Wukir (Bukit
Stirangga). Bangunan suci itu merupakan lambang keberhasilan Sanjaya dalam
menklukkan raja-raja lain.
 Raja Sanjaya bersikap Arif, adil dalam memerintah, dan memiliki
pengetahuan luas. Para Pujangga dan rakyat hormat kepada rajanya. Oleh
karena itu, di bawah pemerintah Raja Sanjaya, kerajaan menjadi aman dan
tenteram. Rakyat hidup makmur. Mata pencaharian penting adalah pertanian
dengan hasil utama padi. Sanjaya juga dikenal sebagai raja yang paham akan
isi kitab-kitab suci. Bangunan suci di bangun oleh Sanjaya untuk pemujaan
lingga di atas Gunung Wukir, sebagai lambang telah ditaklukkan raja-raja kecil
di sekitarnya yang dulu mengakui kemaharajaan Sanna.
 Setelah Raja Sanjaya Wafat, ia digantikan oleh putrannya bernama Rakai
Panangkaran. Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama Buddha.
Dalam Prasasti kalasan yang berangka tahun 778, Raja Panangkaran telah
memberikan hadiah tanah dan memerintahkan membangun sebuah candi
untuk Dewi tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama Buddha. Tanah
dan bangunan tersebut terletak di kalasan. Prasasti kalasan juga menerangkan
bahwa Raja Panangkaran. Raja Panangkaran Kemudian memindahkan pusat
pemerintahan ke arah timur.
 Raja Panangkaran dikenal sebagai penakluk yang gagah berani bagi musuh-
musuh kerajaan. Daerahnya bertambah luas. Ia juga disebut sebagai permata
dari dinasti Syailendra. Agama Buddha mahayana waktu itu berkembang
pesat. Ia juga memerintahkan didirikannya bangunan-bangunan suci.misalnya,
Candi kalasan dan arca manjusri
 Setelah Kekuasaan Penangkaran berakhir, timbul persoalan dalam keluarga
Syailendra, karena adanya perpecahan antara anggota keluarga yang sudah
memeluk agama Buddha dengan keluarga yang masih memeluk agama hindu
(Syiwa). Hal ini menimbulkan perpecahan di dalam pemerintahan kerajaan
Mataram Kuno. Satu pemerintahan dipimpin oleh tokoh-tokoh kerabat istana yang
menganut agama Hindu berkuasa di daerah Jawa bagian utara. Kemudian keluarga
yang terdiri atas tokoh-tokoh yang beragama Buddha berkuasa di daerah Jawa
tengah Selatan. Keluarga Syailendra yang beragaa Hindu meninggalkan bangunan-
bangunan candi di Jawa bagian Utara. Misalnya, candi-candi kompekls
pegunungan Dieng dan wayang seperti candi Bima, Puntadewa, Arjuna, dan Semar.
 Sementara yang bergama Buddha meninggalkan candi-candi seperti Ngawen,
Mendut, Pawon dan Borobudur. Candi Borobudur diperkirakan muali dibangun oleh
Samaratungga pada tahun 824M. Pembangunan kemudian dilanjutkan pada zaman
Pramudawardani dan Pikatan.
 Setelah Samaratungga wafat, anaknya dengan Dewi Tara yang bernama
Balaputradewa menunjukan sikap menentang terhadap pikatan. Kemudian terjadi
perang perebutan kekuasaan anatara pikatan dengan Balaputradewa. Dalam
Perang ini Balaputradewa membuat benteng pertahanan di perbukitan disebelah
selatan Prambanan. Benteng ini sekarang kira kenal dengan candi Boko. Dalam
pertempuran, Balaputradewa terdesak dan melarikan diri ke Sumatra.
Balaputradewa kemudian menjadi raja di Kereajaan Sriwijaya.
 Kerajaan Mataram Kuno daerahnya bertambah luas. Kehidupan agama
berkembang pesat tahun 856 Rakai pikatan turun takhta dan digantikan oleh
Kayuwangi atau Dyah Lokapala. Kayuwangi kemuadian digantikan oleh Dyah
Balitung. Raja Balitung merupakan raja yang terbesar. Ia memerintah pada
tahun 898-911 dengan gelar Sri Maharaja Rakai Wafukura Dyah Balitung Sri
Dharmadya Mahasambu.
 Pada pemerintahan Balitung bidang-bidang politik, pemerintahan, ekonomi,
agama, dan kebudayaan mengalami kemajuan. Ia telah membangun Candi
Prambanan sebagai candi yang anggun dan megah. Relief-reliefnya sangat
indah.
 Sesudah pemerihtahan Balitung berakhir, kerajaan Mataram mulai mengalami
kemnduran. Raja yang berkuasa setelah Balitung adalah Daksa, Tulodong, dan
Wawa. Beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Mataram Kuno anatar
lain adannya bencana alam dan ancaman dari musuh yaitu kerajaan Sriwijaya.
Konflik Tahta Periode Jawa Tengah
 Pada masa Pemerintahan Rakai Kayuwangi putra Rakai Pikatan sekitar tahun
8546-880, ditemukan beberapa prasasti atas nama raja-raja lain, yaitu
Maharaja Rakai Gurunwangi dan Maharaja Rakai Limus Dyah Dewndra. Hal ini
menunjukkan kalau pada saat itu Rakai kayuwangi bukanlah satu-satunya
Maharaja di pulau Jawa. Sedangkan menurut prasasti Mantyasih, raja sesudah
Rakai Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang.
 Dyah Balitung yang diduga merupakan menantu Rakai Watuhumalang berhasil
mempersatukan kembali kekuasaan seluruh Jawa, bahkan sampai Bali.
Pemerintahan Balitung berakhir karena terjadi kudeta yang dilancarkan oleh
mpu Daksa. Mpu Daksa lalu naik menjadi raja Kerajaan Mataram Kuno. Lalu
dia digantikan oleh menantunya yang bernama Dyah Tulodhong . Dyah
Tulodong sendiri tersingkir dari jabatannya karena pemberontakkan Dyah
Wawa yang sebelumnya memiliki jabatan sebagi pegawai pengadilan.
Mpu Sindok dan Letusan Gunung Merapi
 Pada tahun 928 telah terjadi peristiwa di Jawa, yakni
meletusnya Gunung Merapi. Karena letusannya sangat dahsyat,
maka kerajaan Mataram Kuno yang saat itu dikuasai oleh Dyah
Wawa menjadi hancur berantakan. Bahkan menurut beberapa
sumber, Candi Borobudur yang dibangun pada masa
pemerintahan Samaratungga mengalami kerusakan. Peristiwa
meletusnya Gunung Merapi merupakan akhir dari keadaan
Dinasti Sanjaya atas kerajaan Mataram Kuno dan diduga Dyah
Wawa tewas dalam peristiwa itu. Di saat itu Mpu Sindok
memindahkan ibukota Mataram Kuno dari Bhumi Mataram ke
Tamwlang. Disana Mpu Sindok menobatkan diri sebagai Raja
Mataram Kuno yang mengatasnamakan dari Dinasti Isana.
Dinasti Isana dan Dharmawangsa
 Berdasarkan Prasasti Pucangan, bahwa sepeninggal Mpu Sindok, Sri Isana
Tunggawijaya yang didampingi oleh Sri Lokapala dinobatkan sebagai Raja Mataram.
Dalam catatan sejarah , masa pemerintahan Sri Isana Tunggawijaya dan Sri Lokapala
hanya diketahui awalnya(947) namun tidak diketahui akhirnya. Semasa
pemerintahannya, Sri Lokapala yang masih merupakan seorang bangsawan dari Bali
mengeluarkan prasasti Gedangan(950). Adapun isi dari prasasti tersebut adalah
penganugerahan Desa Bungur Lor dan Asana pada para pendeta Buddha di
Bodhinimba. Pasca pemerintahan Isana Tunggawijaya dan Sri Lokapala, tahta
Mataram Kuno diwariskan pada putra mahkota yakni Sri Makuthawangsawardhana.
Pada prasasti Pucangan disebutkan bahwa Sri Makuthawangsawardhana memiliki dua
putra yakni: Dharmawangsa Teguh dan Mahendrata. Kelak yang akan menjadi raja
penerus adalah Dharmawangsa sekaligus raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno.
Berdasarkan Prasasti Tanjore yang berangka tahun 1044, Dharmawangsa memerintah
Mataram Kuno periode Jawa Timur dari tahun 985-1006 dan pernah menyerang
kerajaan Sriwijaya ketika kerajaan tersebut dipimpin oleh Raja Sri
Culamanivarmadewa.
it’s over dude

Anda mungkin juga menyukai