Anda di halaman 1dari 17

Pengetahuan masyarakat mengenai Pancasila

merosot tajam

• 48,4% responden berusia 17-29 tahun tidak


bisa menyebutkan sila-sila Pancasila secara
benar dan lengkap
• 42,7% responden berusia 30-45 tahun salah
menyebut sila-sila Pancasila, dan
• 60,6% responden berusia 46 tahun ke atas
salah menyebut kelima sila Pancasila

Survei Kompas, (publikasi 1 Juni 2008)


“....Kita merasakan, dalam delapan tahun terakhir ini, di
tengah-tengah gerak reformasi dan demokratisasi yang
berlangsung di negara kita, terkadang kita kurang
berani, kita menahan diri, untuk mengucapkan kata-
kata semacam Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka
Tunggal Ika, Wawasan Kebangsaan, Kebangsaan,
Stabilitas, Pembangunan, Kemajemukan, dan lain-lain,
karena bisa dianggap tidak sejalan dengan gerak
reformasi dan demokratisasi. Bisa-bisa dianggap tidak
reformis...”
(Yudhoyono, 2006:xv)
berakar pada faham
individualisme yang
negara-negara KAPITALISME menjunjung tinggi
komunis yang otoriter kebebasan dan hak-
hak individu

berakar pada faham


sosialisme atau negara-negara
kolektivisme yang lebih kapitalis yang
mengedepankan KOMUNISME mendewakan setiap
kepentingan masyarakat warga
di atas kepentingan
individual
PANCASILA
mengandung nilai-nilai dasar filsafat (philosophische grondslag),
merupakan jiwa bangsa (volksgeist) atau jati diri bangsa (innerself of
nation),dan menjadi cara hidup (way of life) bangsa Indonesia yang
sesungguhnya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila merupakan kenyataan-
kenyataan (materil, formal, dan
fungsional) yang ada dalam
masyarakat Indonesia.
Kenyataan objektif ini menjadikan
Pancasila sebagai dasar yang
SUMATERA KALIMANTAN
mengikat setiap warga bangsa untuk
IRIAN JAYA taat pada nilai-nilai instrumental
JAVA
yang berupa norma atau hukum
tertulis maupun yang tidak tertulis
Nilai dasar
SILA-SILA PANCASILA Nilai instrumental

Nilai praksis

Sila-sila Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945


secara FILOSOFIS-SOSIOLOGIS berkedudukan sebagai
Norma Dasar Indonesia dan dalam konteks POLITIS-YURIDIS sebagai
Dasar Negara Indonesia.
Konsekuensi dari Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
secara YURIDIS KONSTITUSIONAL mempunyai kekuatan hukum
yang sah, kekuatan hukum berlaku, dan kekuatan hukum mengikat.
Mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta
peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa
(Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003)
untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi
kepada
Tuhan Yang Maha Esa,
, dan
menjadi

(Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003)


1. Memberikan bekal kepada subjek-peserta didik
suatu wawasan dan etos kecendekiaan,
penguasaan ilmu, pengalaman, dan
keterampilan akademis. “It is a matter of
having”
2. Membentuk sikap dan jatidiri para subjek
peserta didik. “It is a matter of being”.
(Koento Wibisono, 2010)
(Pasal 35 Ayat (3) UU No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi)
(Penjelasan Pasal 35 Ayat (3) huruf b UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi)
Landasan Yuridis
• Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
• Undang Undang nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
• Undang Undang nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang 2005-2025
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 032
Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan:
• Permendikbud No 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi
• Surat Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 43 /Dikti/Kep/2006 Tentang
Rambu Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi
• Surat Edaran Dirjen Dikti No 914/E/T/2011 tentang Penyelenggaraan
Perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi
Tugas Kelompok
(Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia)
1. Era Pra Kemerdekaan
2. Era Kemerdekaan
3. Era Orde Lama
4. Era Orde Baru
5. Era Reformasi

Anda mungkin juga menyukai