Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

TETANUS
Oleh
dr. Yuliasi,S.Ked

Doter Pembimbing :
dr. Ibrahim Arifin, M.Kes,Sp.S

Dokter Pendamping :
dr. A. Sukmawati,S.Ked

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD LAMADDUKELLENG WAJO SULAWESI SELATAN
PERIODE FEBRUARI 2019 – FEBRUARI 2020
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
No. Rekam Medik : 19134257
Tgl. Lahir/Umur : 31-12-1965 / 53 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan Bau Munawarah
Tempat Perawatan : Interna Umum R. Isolasi
Tanggal masuk : 11 Februari 2019
Tanggal pemeriksaan : 15 Februari 2019
Dokter Penanggung Jawab : dr. Ibrahim Arifin, Sp.S
ANAMNESIS
Keluhan Utama : kaku pada mulut
Riwayat Penyakit Sekarang :
 Seorang laki-laki usia 54 tahun datang dengan
keluhan kaku pada mulut dialami sejak ± 8 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit,kaku juga
dirasakan pada leher hingga ke pinggang
belakang bagian bawah, kedua tungkai kiri dan
kanan, riwayat kejang (+),pasien sering kejang
bila mendengar suara bising, demam (-),batuk
(+), lendir (+), mual (-), muntah (-), BAB dan
BAK lancar.
ANAMNESIS
 Riwayat Pengobatan: pasien belum pernah
mengkonsumsi obat untuk keluhan ini

 Riwayat kesehatan/Penyakit: riwayat HT (-),


DM (-), asma (-),riwayat luka tidak di ketahui.

 Riwayat keluarga: Tidak ada riwayat keluhan


yang serupa dalam keluarga
ANAMNESIS
 Riwayat Imunisasi : Tidak diketahui

 Riwayat Pekerjaan : pasien bekerja sebagai


pekerja bangunan memasang besi/seng/dan
kayu
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Vitalis

Sakit sedang/gizi baik/compos mentis


Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 oC
B. Pemeriksaan Neurologis

 GCS : E4M6V5
 Fungsi Kortikal Luhur : dalam batas normal
 Rangsang Menings : Kaku kuduk (+)
 Nn.Cranialis : sulit dinilai
 Motorik

 Sensorik : dalam batas normal


 Sistem saraf otonom : BAK dan BAB normal
C. Status Generalis

 Kepala
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterus (-/-)
Bibir : tidak ada sianosis, kering (+)
Gusi : perdarahan (-)
Muka : Sembab Edema (-)
Mulut : trismus (+) ±4 cm
 Mata
Pupil bulat, isokor, 2,5mm/2,5mm, RC +/+, Palpebra edema (-/-)
 Leher
Kelenjar getah bening : tidak terdapat pembesaran
Deviasi trakea : tidak ada
 Paru
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi
intercostal (-), supraclavicular (-)
- Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-), fremitus
raba kiri sama dengan kanan
- Perkusi : sonor kanan sama dengan kiri
- Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler +/+
Bunyi tambahan: ronkhi -/- Wheezing -/-
 Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : S1/S2 reguler,murmur (-)
o Abdomen :
Inspeksi : Perut datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
episgastrium (+)
Perkusi : Timpani

o Ekstremitas
Inspeksi : Edema (-)
Palpasi : Akral hangat, nyeri bila dilipat/digerakkan (+)
HASIL LAB TGL 2/11/2019
Darah Rutin

WBC 13,01 10^3/L

HB 14,0 g/dl

HCT 45,5 %

RBC 106/mm3
5,85

PLT 10^3/L
244

Kimia Darah

GDS 181 mg/dl 65-140

SGOT 107 U/L M = <38

SGPT 43 U/L M = <41

Ureum 46 mg/dl 19

Creatinine 1,29 mg/dl 0.56


DIAGNOSIS
 Tetanus

TERAPI
1. IVFD RL : D5 % 1:1 28 tpm
2. Stesolid 10 amp dalam 500 cc/ TGC
3. Metronidazole 500 mg/ 6 jam /drips
4. Ketorolac 30 mg amp/ 8 jam/ iv
5. Ranitidin 50 mg amp/12 jam/iv
6. Tetagam 1000 IU/ IM
- Injeksi 250 IU/ punggung kanan-kiri
- 2 jam kemudian 250 IU/ punggung kanan-kiri
TINJAUAN TEORI DAN
PEMBAHASAN
DEFINISI

 Tetanus adalah penyakit akut yang mengenai


sistem saraf, yang disebabkan oleh eksotoksin
yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani.
 Ditandai dengan kekakuan dan kejang otot
rangka. Kekakuan otot biasanya melibatkan
rahang (lockjaw), leher dan kemudian menjadi
seluruh tubuh.
ETIOLOGI

Clostridium tetani

• Bakteri gram positif


• membentuk spora
• bersifat obligat anaerob
• biasanya ditemukan pada luka terinfeksi
• Suasana aneaerob  endospora,
menghasilkan :
- Tetanolisin : perusak jaringan lokal di
jaringan sekitar infeksi
- Tetanospasmin : menghambat
pelepasan GABA
Port d’entre tak selalu dapat
diketahui dengan pasti,
namun diduga melalui :
 luka tusuk, patah tulang, komplikasi kecelakaan,
gigitan binatang, luka bakar yang luas
 Luka operasi, luka yang tak dibersihkan (debridemant)
dengan baik,otitis media, karies gigi, luka kronik
 Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan
puntung tali pusat dengan kotoran binatang, bubuk
kopi, bubuk ramuan dan daun-daunan adalah
penyebab utama tetanus neonatorum
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 21 hari, biasanya
sekitar 8 hari. Ada beberapa jenis klinis tetanus,
biasanya ditunjuk sebagai generalized, local, dan
cephalic.

1. Tetanus umum/generalisata
 trismus, iritable, kekakuan leher, susah
menelan, kekakuan dada dan perut
(opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang
hebat
 kejang umum dengan rangsangan ringan seperti
sinar, suara dan sentuhan (kesadaran tetap baik)
 menimbulkan nyeri
MANIFESTASI KLINIS
2. Tetanus lokal
 kekakuan dan spasme yang menetap

 rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal


luka.

3. Tetanus sefalik
 Tetanus lokal yang mengenai wajah, masa
inkubasi 1-2 hari, disebabkan luka pada daerah
kepala atau OMSK.
 Gejala: trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan
disfungsi nervus kranial.
DIAGNOSIS

Diagnosis tetanus ditegakkan dari anamnesis dan


pemeriksaan fisik.
a. Anamnesa
• Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan atau patah tulang
terbuka, lukadengan nanah atau gigitan binatang ?
• Apakah pernah keluar nanah dari telinga?
• Apakah sedang menderita gigi berlubang?
• Apakah sudah mendapatkan imunisasi DT atau TT, kapan
melakukan imunisasi yang terakhir
• Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus
atau spasme lokal) dengan kejang yang pertama.2
DIAGNOSIS

b. Pemeriksaan Fisik
 Trismus,
 Risus Sardonicus
 Opistotonus
 Perut papan
 Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang
umum yang awalnya hanya terjadi setelah dirangsang,
 Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan
pernafasan sebagai akibat kejang yang terus-menerus
atau oleh kekakuan otot laring yang dapat menimbulkan
anoksia dan kematian. Kekakuan otot sfingter dan otot
polos lain sehingga terjadi retentio alvi, retentio urinae,
atau spasme laring. Patah tulang panjang dan kompresi
tulang belakang.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan spatula
 Pada keadaan normal, apabila spatula menyentuh
bagian orofaring maka akan menimbulkan reflex
muntah
 pada tetanus toxoid terdapat spasme otot maseter
 pasien tersebut akan menggigit spatula (test
spatula positif)
DIAGNOSIS

c.Laboratorium
 Hasil pemeriksaan laboratorium untuk penyakit
tetanus tidak khas, yaitu :
 Lekositosis ringan

 Trombosit sedikit meningkat

 Glukosa dan kalsium darah normal

 Enzim otot serum mungkin meningkat

 Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan


dapat meningkat.
DIAGNOSIS

d.Penunjang lainnya
 EKG dan EEG normal
 Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis
nanah yang diambil dari luka dapat membantu,
tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan
batang gram positif berbentuk tongkat penabuh
drum seringnya tidak ditemukan.
TATALAKSANA
 Jika mungkin bangsal/lokasi yang
terpisah harus ditunjuk untuk pasien
tetanus. Pasien harus ditempatkan di
daerah yang teduh tenang dan dilindungi
dari sentuhan dan pendengaran stimulasi
sebanyak mungkin. Semua luka harus
dibersihkan dan debridement seperti yang
ditunjukkan
 Imunoterapi
 dosis tunggal HTIG 3000-6000 IU dengan injeksi
intramuskular atau intravena
 ATS (ANTI TETANUS SERUM)
 Didahului skin tes
 Dosis biasa 50.000 IU IM
 Diikuti dengan 50.000 unit infus IV
lambat
 Jika pembedahan eksisi luka
memungkinkan, sebagian antitoksin
dapat disuntikkan di sekitar luka
 HTIG 500 IU, IM (WHO, 2010)
 antibiotik
 lini pertama yang digunakan metronidazole 500 mg
setiap enam jam intravena atau secara peroral selama
7-10 hari. Pada anak-anak diberikan dosis inisial 15
mg/kgBB secara IV/peroral dilanjutkan dengan dosisi
30 mg/kgBB setiap enam jam selama 7-10 hari.
 Lini kedua yaitu Penisilin G 1,2 juta unit/hari selama
10 hari. (100.000-200.000 IU/Kg/hari intravena,
diberikan dalam 2-4 dosis terbagi).
 Tetrasiklin 2 gram/hari, makrolida, klindamisin,
sefalosporin dan kloramfenikol juga efektif
 Mengontrol kejang
 diazepam intravena dapat diberikan secara
bertahap dari 5 mg, atau lorazepam dalam
kenaikan 2 mg, titrasi untuk mencapai kontrol
kejang tanpa sedasi berlebihan dan hipoventilas
 agen lain yang digunakan untuk mengendalikan
kejang termasuk baclofen, dantrolen (1-2 mg/kg
intravena atau dengan mulut setiap 4 jam),
barbiturat, sebaiknya short-acting ( 100-150 mg
setiap 1-4 jam di orang dewasa; 6-10 mg/kg pada
anak-anak), dan chlorpromazine ( 50-150 mg
secara intramuskular setiap 4-8 jam pada orang
dewasa; 4-12 mg intramuskular setiap 4-8 jam di
anak-anak
 Kontrol pernapasan
 Kontrol disfungsi atonom

 Cairan yang memadai dan gizi harus disediakan


PENCEGAHAN

a. Perawatan luka
port de entry  harus mendapatkan perawatan
luka.Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu
dilakukan debridemen

Luka Rentan Tetanus Luka yang TIDAK rentan tetanus


> 6-8 jam < 6 jam
Kedalaman > 1 cm Superficial < 1 cm
terkontaminasi Bersih
Bentuk stelat, avulsi atau hancur Bentuk linear, tepi tajam
(irregular)
Denervasi, iskemik Neurovascular intak
Terinfeksi (purulent, jaringan Tidak infeksi
nekrotik)
PENCEGAHAN

 Pemberian ATS dan tetanus toksoid pada luka.

Profilaksis dengan pemberian ATS hanya efektif

pada luka baru (kurang dari 6 jam) dan harus

segera dilanjutkan dengan imunisasi aktif


IMUNISASI PASIF DAN AKTIF
 Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin
(ATS/HTIG) pada sisi yang berbeda dengan alat
suntik yang berbeda.
 Dosis inisial 0,5 ml TT IM diberikan 24 jam pertama.
 Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi
dasar terhadap tetanus selesai.
DIAGNOSIS BANDING

 Meningitis, ensefalitis.
 Tetani disebabkan oleh hipokalsemia, secara
klinik dijumpai adanya spasmekarpopedal.
 Rabies, dijumpai gejala hidrofobia dan
kesukaran menelan, sedangkan waktu anamnesa
diketahui digigit binatang pada waktu epidemi.
 Trismus oleh karena proses lokal, seperti
mastoiditis, OMSK, abses tonsilar, biasanya
asimetris.2
KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :


 sepsis,

 bronkopneumonia akibat infeksi sekunder


bakteri,
 kekakuan otot laring dan otot jalan nafas,

 aspirasi lendir/makanan/ minuman,

 patah tulang belakang (fraktur kompresi).


PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada masa inkubasi, onset, jenis
luka dan status imunitas pasien
Pada skala ini, 1 poin diberikan untuk masing-masing
sebagai berikut :
 masa inkubasi lebih pendek dari 7 hari
 Periode onset kurang dari 48 jam
 Tetanus diperoleh dari luka bakar, luka bedah, patah
tulang majemuk, aborsi septik, pemotongan tali
pusat, atau injeksi intramuscular
 Pengguna narkotika
 GeneraliIed tetanus
 Suhu yang lebih tinggi dari 104 0F 0 (40 oC)
 Takikardia melebihi 120 denyut /menit (150 denyut /
menit pada neonatus)
Total skor menunjukkan keparahan penyakit dan
prognosis sebagai berikut:

 0-1 - Mild tetanus; kematian di bawah 10%


 2 atau 3 - Moderate tetanus; mortalitas 10-20%
 4- Severe tetanus; mortalitas 20-40%
 5 atau 6 – Very severe tetanus; mortalitas di atas
50%
 Cephalic tetanus selalu parah atau sangat parah.
 Tetanus neonatal selalu sangat parah.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai