DAN PEMIKIRAN
AKUNTANSI SYARI’AH
Awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti,
yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang
memiliki kebenaran absolut.
ilmu akuntansi lebih cenderung menjadi bagian dari ilmu
sosial (social science), yaitu bagian dari ilmu pengetahuan
yang mempelajari fenomena keadaan masyarakat dan
dengan lingkungan yang bersifat lebih relatif.
Sebagai bagian dari ilmu pasti yang perkembangannya
bersifat akumulatif, maka setiap penemuan metode baru
dalam akuntansi akan menambah dan memperkaya ilmu
akuntansi tersebut.
Perkembangan akuntansi
Akuntansi merupakan salah satu bentuk profesi
tertua. Dari sejak jaman prasejarah, keluarga
memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat
makanan dan pakaian yang harus mereka
persiapkan dan mereka gunakan pada saat musim
dingin. Ketika masyarakat mulai mengenal adanya
“perdagangan”, maka pada saat yang sama mereka
telah mengenal konsep nilai (value) dan mulai
mengenal sistem moneter (monetary system).
Bukti tentang pencatatan (bookkeeping) tersebut
dapat ditemukan dari mulai kerajaan Babilonia
(4500 SM), Firaun Mesir dan kode-kode Hammurabi
(2250 SM), sebagaimana ditemukan adanya
kepingan pencatatan akuntansi di Ebla, Syria Utara.
Sejarah Akuntansi
Sejarah Akuntansi
menurut Peragallo, penulis double entry pertama kali
adalah seorang pedagang yang bernama Benedetto
Cotrugli dalam buku Della Mercatua e del Mercate
Perfetto 1458 namun baru diterbitkan pada tahun
1573.
ilmu akuntansi diperkenalkan pada zaman feodalisme
barat. Namun, setelah dilakukan penelitian sejarah
dan arkeologi ternyata banyak data yang
membuktikan bahwa jauh sebelum penulisan ini
sudah dikenal akuntansi.
Perlu diingat bahwa matematika dan sistem angka
sudah dikenal Islam sejak abad ke-9 M. Ini berarti
bahwa ilmu matematika yang ditulis Luca Pacioli
pada tahun 1491 bukan hal yang baru lagi karena
sudah dikenal Islam 600 tahun sebelumnya. Dengan
demikian, sumbangan Arab terhadap perkembangan
disiplin akuntansi sangat besar.
Kontribusi Islam
Para ilmuwan muslim sendiri telah memberikan kontribusi
yang besar terutama adanya penemuan angka nol dan
konsep perhitungan desimal. Dari pengenalan angka Arab
inilah teknik tata buku berpasangan di Eropa itu sendiri
dimulai pada tahun 1135 M di Palermo, Sicily, Italy yang
menunjukkan dominasi pengaruh pencatatan pembukuan
Arab.
Mengingat orang-orang Eropa mengerti aljabar dengan
menerjemahkan tulisan dari bangsa Arab, tidak mustahil
bahwa bangsa Arab-lah yang pertama kali melakukan
bookkeeping (Heaps 1895).
Para pemikir Islam itu antara lain: Al Kashandy, Jabir ibn
Hayyan, Ar Razy, Al Bucasis, Al Kindy, Al Khawarizmy,
Abicenna, Abu Bacer and Al Mazendarany.
Kemiripan Tahun Luca Paciolli Islam
Perkembangan Akuntansi
zaman Rasulullah
Pendirian Baitul Maal pada awal abad 7.
Pengelolaan baitul maal masih sederhana
Nabi telah menunjuk petugas qadi,
ditambah para sekretaris dan pencatat
administrasi pemerintahan.
◦ Mereka ini berjumlah 42 orang dan dibagi
dalam empat bagian yaitu: sekretaris
pernyataan, sekretaris hubungan dan
pencatatan tanah, sekretaris perjanjian dan
sekretaris peperangan.
Perkembangan akuntansi
zaman Rasulullah
Hingga pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal
masih sangat fleksibel dimana penerimaan dan pengeluaran
dilakukan secara seimbang sehingga hampir tidak pernah ada
sisa.
Perubahan yang cukup signifikan dilakukan oleh Khalifah Umar
bin Khattab melalui perubahan sistem administrasi. Pada masa
ini pula telah dikenal istilah Diwan yang pertama kali
diperkenalkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqas (636 M).
Asal kata Diwan dari bahasa arab yang merupakan bentuk kata
benda dari Dawwana yang berarti penulisan. Sehingga dapat
diartikan bahwa Diwan adalah tempat dimana pelaksana duduk,
bekerja dan dimana akuntasi dicatat dan disimpan. Diwan ini
berfungsi untuk mengurusi pembayaran Gaji.
Perkembangan akuntansi
zaman Khulafaur Rasyidin
Pada Diwan yang dibentuk oleh khalifah Umar terdapat 14
departemen dan 17 kelompok, dimana pembagian departemen
tersebut menunjukkan adanya pembagian tugas dalam sistem
keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Pada masa itu
istilah awal pembukuan dikenal dengan Jarridah atau menjadi
istlah Journal dalam bahasa Inggris yang berarti berita. Di
Venice istilah ini dikenal dengan sebutan zournal.
Istilah akuntan dikenal dengan berbagai nama dalam Islam
seperti: Al-Amel, Mubashor, Al-Kateb, namun yang paling
terkenal adalah Al-Kateb yang menunjukan orang yang
bertanggung jawab untuk menuliskan dan mencatat informasi
baik keuangan maupun non-keuangan. Sedangkan untuk
khusus akuntan dikenal juga dengan nama Muhasabah/
muhtasib yang menunjukkan orang yang bertangung jawab
melakukan perhitungan.
Perkembangan akuntansi
zaman Khulafaur Rasyidin
Sedangkan pengembangan lebih komprehensif
mengenai Baitul Maal dilanjutkan pada masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib. Pada masa
pemerintahan beliau, sistem administrasi baitul
maal baik di tingkat pusat dan lokal telah
berjalan baik serta telah terjadi surplus pada
baitul maal dan dibagikan secara proporsional
sesuai tuntunan Rasullullah. Adanya surplus ini
menunjukkan bahwa proses pencatatan dan
pelaporan telah berlangsung dengan baik.
Perkembangan akuntansi
zaman Khulafaur Rasyidin
MUHTASIB
Muhtasib adalah orang yang bertanggung jawab atas lembaga Al
Hisba. Muhtasib bisa juga menyangkut pengawasan pasar yang
bertanggung jawab tidak hanya menyangkut masalah ibadah.
Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa muhtasib adalah kewajiban publik.
Muhtasib ini bertugas menjelaskan berbagai tindakan yang tidak
pantas dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan. Alhisbah tidak
bertanggung jawab kepada eksekutif. Termasuk tugas muhtasib
adalah mengawasi orang yang tidak shalat, yang tidak puasa, mereka
yang memiliki sifat benci, berbohong, melakukan penipuan,
mengurangi timbangan, praktek kecurangan dalam industri,
perdagangan, agama dan sebagainya.(Shiddiqi,1982).
Muhtasib memiliki kekuasaan yang luas, termasuk pengawasan harta,
kepentingan sosial, pelaksanaan ibadah pribadi, dan pemeriksaaan
transaksi bisnis. Akram Khan memberikan 3 (tiga) kewajiban muhtasib
ini:
Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiataan ibadah: semua jenis
shalat, pemeliharaan masjid.
Pelaksanaan hak-hak masyarakat: perilaku di pasar, kebenaran
timbangan, kejujuran bisnis.
Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan
jalan, lampu jalan, bangunan yang mengganggu masyarakat,dsb.
Fungsi muhtasib bukan di bidang
moral dan agama, tetapi di bidang
pelayanan umum (public services)
Fungsinya menyangkut semua
penegakan hukum agar tidak ada
pelanggaran hukum baik hukum sipil
atau hukum yang berkaitan dengan
ibadah. Kalau ini yang kita anggap
sebagai unsur utamanya akuntansi,
maka lebih ”compatible” dengan sistem
akuntansi Ilahiyah dan akuntansi Amal
yang kita kenal dalam al-Qur’an. Atau
lebih dekat dengan ”auditor” dalam
bahasa akuntansi kontemporer.
Fungsi muhtasib
Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup,
sistem ini dibawah koordinasi seorang
manajer. Sistem ini untuk memenuhi
kebutuhan hidup perorangan dan negara,
namun tidak menutup kemungkinan
digunakan pada sektor private terutama
yang terkait dalam perhitungan
pembayaran zakat.
Sistem akuntansi untuk konstruksi
merupakan sistem akuntansi untuk proyek
pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah. Pada sistem ini mengatur
pencatatan (baik dalam bentuk material
maupun pengeluaran kepada pihak lain),
pengendalian dan akuntabilitas untuk
masing-masing proyek serta berdasarkan
anggaran (budget).
Sistem akuntansi untuk pertanian
merupakan sistem yang berbasis non-
moneter. Sistem ini lebih memfokuskan diri
untuk mencatat dan mengelola persediaan
pertanian dalam bentuk fisik, hal ini
didorong oleh kewajiban dalam zakat
pertanian.