terletak ± 15 km di sebelah timur Lhoksumawe , NAD . Kerajaa Samudera Pasai menggunakan mata uang seperti uang kecil yang disebut ceitis . Berita Marcopolo yang singah di daerah Samudera Pasai pada tahun 1292 M Nisan Sultan Malik as-Saleh, pada tahun 696 H Hikayat Raja-raja Pasai , kerangka Hamzah Fansuri dari abad ke 15 Nisan kubur Ratu Nahrisyah, pada tahun 1428 M 1. Sultan Malik as Saleh ( 696 H/ 1297 M) 2. Sultan Muhammad Malik Zahir ( 1297 -1326 M) 3. Sultan Mahmud Malik Zahir ( ± 1346 – 1383 M) 4. Sultan Zainal Abidin Malik Zahir ( 1383-1405 M) 5. Sultan Nahrisyah ( 1405-1412 M) 6. Sultan Abu Zain Malik Zahir ( 1412 M ) Pada masa pemerintahan Sultan Malik as Saleh , Kerajaan Samuder Pasai mempunyai hubungan dengan Cina. Menurut Tome Pires, Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncaknya pada awal abad ke 16 Kerajaaan ini mengalami kemajuan di bidang ekonomi , politik, pemerintahan , keagamaan Dalam penyebaran agama icelamp di Asia Tenggara , Kerajaan Samudera Pasai mempunyai peran penting . Malaka memiliki hubungan yang erat dengan Kerajaan Samudera Pasai dengan diadakanya pernikahan anatar putra putri Sultan dari kedua kerajaan 1. Kerajaan Majapahit berambisi menyatukan NUSANTARA ,yaitu pada tahun 1339 M, Patih Gaja Mada menyerang Samudera Pasai namun belum berhasil 2. Berdirinya Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, memiliki sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain. 1. Bustanussalatin dan Tibyan fi Ma’rifatil Adyan karangan Nuruddin ar-Raniri pada awal abad ke -17. 2. Kitab Tarjuman al-Mustafid yang merupakan tafsir Al-Qur’an Melayu pertama karya Shaikh Abdurrauf Singkel tahun 1670- an 3. Tajussalatin karya Hamzah Samsuri Sultan Ali Mughayat Syah (1496 - 1528 / 7 Agustus 1530) Sultan Salahuddin (1528 / 1530 - 1537 / 1539) Sultan Alauddin al-Qahhar (1537 - 1568 / 28 September 1571) Sultan Husain Ali Riayat Syah (1568 / 1571 - 1575 / 8 Juni 1579) Sultan Muda (1575 / 1579) Sultan Sri Alam (1575 - 1576 / berkuasa hanya pada 1579) Meskipun Sultan dianggap sebagai penguasa tertinggi, tetapi nyatanya selalu dikendalikan oleh orangkaya atau hulubalang. Hikayat Aceh menuturkan Sultan yang diturunkan paksa diantaranya Sultan Sri Alam digulingkan pada 1579 karena perangainya yang sudah melampaui batas dalam membagi-bagikan harta kerajaan pada pengikutnya. Penggantinya Sultan Zainal Abidin terbunuh beberapa bulan kemudian karena kekejamannya dan karena kecanduannya berburu dan adu binatang. Raja-raja dan orangkaya menawarkan mahkota kepada Alaiddin Riayat Syah Sayyid al-Mukamil dari Dinasti Darul Kamal pada 1589. Ia segera mengakhiri periode ketidak-stabilan dengan menumpas orangkaya yang berlawanan dengannya sambil memperkuat posisinya sebagai penguasa tunggal Kesultanan Aceh yang dampaknya dirasakan pada sultan berikutnya Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636) atau Sultan Meukuta Alam. Pada masa kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama. Pada tahun 1629, kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan armada yang terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu. Sayangnya ekspedisi ini gagal, meskipun pada tahun yang sama Aceh menduduki Kedah dan banyak membawa penduduknya ke Aceh Pada masa Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed Al-Mukammil (kakek Sultan Iskandar Muda) didatangkan perutusan diplomatik ke Belanda pada tahun 1602 dengan pimpinan Tuanku Abdul Hamid. Sultan juga banyak mengirim surat ke berbagai pemimpin dunia seperti ke Sultan Turki Selim II, Pangeran Maurit van Nassau, dan Ratu Elizabeth I. Semua ini dilakukan untuk memperkuat posisi kekuasaan Aceh Kemunduran Aceh disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ialah makin menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatera dan Selat Malaka, ditandai dengan jatuhnya wilayah Minangkabau, Siak, Tiku, Tapanuli, Mandailing, Deli, Barus (1840) serta Bengkulu kedalam pangkuan penjajahan Belanda. Faktor penting lainnya ialah adanya perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta kesultanan. Ahmad Hilmy Rakha A (04) Ferdiansyah Nur R (12) Naufal Angger W (26) Puja Hadi Kurniawan (28)