Anda di halaman 1dari 104

Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman

PHT PADA TANAMAN PADI DAN PALAWIJA


HAMA PADI
Faktor Penyebab Ledakan Populasi Hama
 Perluasan areal pertanaman
 Perbaikan sistem irigasi
 Pengembangan varietas baru
 Peningkatan penggunaan pupuk
 Penggunaan pestisida
Perluasan areal pertanaman
 Meningkatkan ketersediaan inang bagi
hama
 Peningkatan jangkauan persebaran hama
yang terisolasi
 Meningkatkan keragaman jenis hama
karena musnahnya habitat alami
Perbaikan sistem irigasi
 Memungkinkan periode tanam yang lebih
panjang yang berakibat meningkatnya
ketersediaan inang, contoh kasus : perubahan
status hama penggerek batang padi Scirpophaga
incertulas di areal pertanaman padi di kawasan
pantai utara jawa (pantura)
 Meningkatnya hama-hama akuatik karena
kestabilan pasokan air, contoh kasus : keong mas
Pamacea caniculata, hama putih Nymphulla
depunctalis
Pengembangan varietas baru
 Varietas unggul tipe baru (VUTB)
 Varietas unggul hibrida (VUH)
 Varietas unggul hibrida baru (VUHB)
 Varietas unggul baru (VUB) spesifik lokasi

Contoh :Varietas unggul tahan wereng


(VUTW)
Peningkatan penggunaan pupuk
kimia
 Ketidakseimbangan penggunaan pupuk
menyebabkan peningkatan hama-hama
tertentu
Dampak peningkatan penggunaan
pestisida
 Resistensi : sebagai akibat penggunaan
secara terus menerus
 Resurgensi : sebagai akibat terbunuhnya
musuh alami
 Munculnya hama sekunder : efek kompetisi
Cara Budidaya Padi
 Padi gogo (lahan kering)
 Padi gogo rancah
 Padi pasang surut
 Padi sawah tadah hujan
 Padi sawah beririgasi teknis
Pengelompokan Hama Padi
 Hama-hama berhabitat dalam tanah
 Hama-hama fase vegetatif
 Hama-hama fase generatif
Hama-hama berhabitat dalam
tanah (Soil Pests)
 Semut (ants)
 Rayap (termites)
 Uret (white grub), Philophaga helleri,
Lepidiota stigma
 Anjing tanah (mole cricket), Grylotalpha sp.
 Kumbang mocong (rice weevils)
Hama-hama Fase Vegetatif
 Lalat bibit (seedling maggots), Atherigona oryzae
 Lalat pengorok pucuk (Rice world maggots), Hydrellia sp.
 Hama putih (rice case worm), Nymphula depunctalis
 Ganjur (rice gall midge), Orseolia oryzae
 Penggerek batang (stem borrer), Sciprpophaga incertulas, S.
innotata, Chilo supressalis, C. polychrisus, Sesamia inferens
 Ulat grayak (army worm), Mythimna separata
 Kepinding tanah (Rice black bugs), Scotinophora sp.
Hama-hama Fase Generatif
 Kepik padi (Rice bug), Leptocoriza sp.
 Wereng batang (plant hoppers), Nilaparvata
lugens, dll
 Wereng daun (leaf hoppers), Nepotettix sp.
 Hama putih palsu (rice leaf folder),
Cnaphalocrosis medinalis
Pengelolaan Hama Padi
 Umur tanaman (sejak pratanam sampai
panen)
 Identifikasi jenis hama
 Klarifikasi bagian tanaman yang diserang
 Biologi hama
 Ekologi hama
Fase Pertumbuhan Tanaman Padi
Target serangan hama pada padi
Biologi Hama Padi
Stadium Hama pada Padi
Ekologi Hama Padi
PENYAKIT PENTING PADA
TANAMAN PADI

1. HAWAR DAUN BAKTERI (HDB)


2. TUNGRO
3. BLAS
4. HAWAR PELEPAH
PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI

 HDB Disebabkan Bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae


(Xoo)

 Merupakan OPT utama tanaman Padi di Jawa Timur, dengan


luas serangan dari tahun ke tahun cenderung meningkat

 Penularan melalui air

 Kehilangan hasil mencapai 20.6 – 35.8 % pada musim hujan,


sedangkan pada musim kemarau mencapai 17.5 – 28 %
(Suparyono dan Sudir, 1992).

 Pengendalian yang paling efektif dan ekonomis : menanam


varietas tahan
GEJALA SERANGAN PENYAKIT HDB

Gejala Serangan pada


Fase Vegetatif Gejala Serangan
pada fase Generatif
Gejala Awal
Serangan HDB
GEJALA
PADA BIBIT :
 BERCAK BERAWAL DAN PINGGIR MELEPUH
 UMUMNYA BERKEMBANG PADA DAUN BAWAH
 BERCAK MEMBESAR, DAUN BERWAMA KUNING
 CEPAT MENGERING

PADA HELAIAN DAUN:


 LUKA BIASANYA MULAI DARI PINGGIR BEBERAPA CM
DARI UJUNG, BERUPA GARIS, MELEPUH
 LUKA MELUAS KEPANJANG DAN LEBAR
 PINGGIMYA BERGELOMBANG
 DALAM BEBERAPA HARI MENJADI KUNING
 DAERAH YANG SEHAT SEBAGIAN MELEPUH
 LUKA BERAWAL DARI SALAH SATU UJUNG ATAU
KEDUANYA
 PADA LUKA YANG PARAH LUKA MENUTUP SELURUH
DAUN, BERWARNA PUTIH MENUJU ABU-ABU
GEJALA PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
GEJALA DIBEDAKAN ATAS :

1. KRESEK / LAYU DAUN

o Terjadi pada tanaman muda


(umumnya muncul pada 1 – 6
minggu setelah tanam)

o Gejala awal : tepi daun / bagian


daun berupa garis bercak
kebasahan. Bercak selanjutnya
meluas berwarna hijau keabuan,
seluruh daun menjadi keriput dan
akhirnya layu seperti tersiram air
panas.

o Gejala kresek merupakan gejala


yang paling merusak.
2. H A W A R

o Terjadi pada tanaman dewasa

o Gejala awal berupa bercak


kebasahan pada satu atau kedua sisi
daun beberapa cm dari ujung daun.
Bercak meluas berwarna hijau
keabuan, kebasahan, daun
menggulung, mengering dengan
warna abu-abu keputihan.

o Luka nampak pertama kali seperti


garis-garis yang mengandung air
pada batas daun
AKIBAT SERANGAN OPT INI

PERTUMBUHAN TANAMAN TERHAMBAT,


BUTIR-BUTIR PADI KURANG BERNAS,
KUALITAS BIJI RENDAH DAN
PERSENTASE BERAS PECAH TINGGI

Beda Ketahanan Bulir hampa karena HDB


FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN PENYAKIT

1) Kelembaban tinggi
2) Kondisi hujan disertai angin
3) Pemberian N secara berlebihan
Ekologi HDB
Pada tanah yang tergenang
 Kelembaban 40%
30°C 12 hari
20°C 20 hari
 Kelembaban 20%
30°C 40 hari
20°C 60 hari
KARAKTERISTIK PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI

Bakteri Xo mempunyai beberapa patotipe atau ras patogen


Setiap patotipe mempunyai virulensi spesifik terhadap padi
(berdasarkan interaksi inang dan parasit)
Patotipe dikelompokkan berdasarkan reaksi varietas
differensial dengan Xo yang rentan (kompatibel) dan tahan
(tidak kompatibel).
Saat ini di Indonesia telah terdeteksi 12 strain HDB dengan
tingkat virulensi yang berbeda. Strain III, IV dan VIII merupakan
kelompok yang dominan.
Sejak MT. 2003 di Jawa Timur telah dilaksanakan kegiatan
identifikasi patotipe Xoo dalam rangka pemetaan penyebaran
ras penyakit Hawar Daun Bakteri. Patotipe yang ditemukan
antara lain patotipe IV, VII, VIII, X dan XI. Patotipe IV dan VII
merupakan patotipe yang dominan dijumpai di Jawa Timur.
 Dengan diketahui patotipe Xo di suatu lokasi, maka informasi
ini nantinya akan berguna untuk rekomendasi pengendalian
dengan menggunakan varietas tahan.
PERKEMBANGAN PENYAKIT HDB DI DAERAH TROPIS

Peiode kritis, gejala secara visual teramati


Pengaruh faktor yang kompleks
Kuantifikasi penyakit
Laju infeksi secara sigmoid
Infeksi yang ter
Jadi awal, perlu waktu
Bakteri patogen Masa inkubasi HDB
Telah tersebar 14 – 40 hari
Mengikuti, air Visual blm ada gejala
Irigasi

Sumber inokulum

Persiapan Vegetatif Generatif Panen

Bakteriophage Bakteri patogen Reaksi varietas


CARA PENGENDALIAN :
 Penggunaan varietas tahan seperti Conde dan
Angke adalah cara yang paling efektif
 Sanitasi seperti membersihan tunggul-tunggul
dan jerami-jerami yang terinfeksi/sakit
 Jika menggunakan kompos jerami, pastikan
jerami dari tanaman sakit sudah
terdekomposisi sempurna sebelum tanam
pindah.
 Gunakan benih atau bibit yang bebas dari
penyakit hawar daun bakteri
 Gunakan pupuk Nitrogen sesuai takaran
anjuran
 Jarak tanam jangan terlalu rapat
PENYAKIT BLAS PADA
TANAMAN PADI DAN
PENGENDALIANNYA

i
PENYAKIT BLAS

o Blas merupakan penyakit penting tanaman


padi karena mengakibatkan kehilangan hasil
hingga 50 %.
o Penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Pyricularia oryzae
o Penularan melalui spora cendawan
o Infeksi dpt terjadi dari pembibitan hingga
panen
o Salah satu strategi pengendalian penyakit ini
ialah dengan menanam varietas tahan
GEJALA PENYAKIT :
 BERUPA BECAK
ATAU LUKA
DENGAN BENTUK
MEMANJANG DAN
RUNCING PADA
KEDUA UJUNGNYA
(SEPERTI
KUMPARAN) PADA
DAUN, BUKU,
MALAI SERTA BIJI
 Gejala awal berupa bercak
berbentuk bintil kecil
warna hijau gelap, abu-
abu atau agak kebiru-
biruan. Bercak
berkembang, tepi
berwarna coklat dan
bagian tengah berwarna
putih keabuan
 Panjang bercak mencapai
1 – 5 cm, lebar 0.3 – 0.5
cm
 Bercak dpt terjadi pd daun,
ruas batang, leher malai,
cabang malai dan kulit
gabah.
 Busuk leher menyebabkan
bulir padi menjadi hampa
SIKLUS PENYAKIT BLAS
BEBERAPA FAKTOR YANG
MENGUNTUNGKAN PERKEMBANGAN SERTA
KAPARAHAN BLAS ANTARA LAIN

1) Pemberian N dalam jumlah besar,


2) Udara berawan, sering hujan dan
gerimis,
3) Kerusakan yang parah akibat
penyakit ini banyak dijumpai pada
padi gogo
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
PENYAKIT

1. Suhu dan kelembaban


- Suhu sporulasi 10 – 35 C; Suhu optimum 28
C; kelembaban > 92 %. Laju sporulasi
meningkat dengan naiknya kelembaban
- Perkecambahan konidia terjadi pd 25 – 30
C, suhu opt 26 – 28 C.
- Pertumbuhan miselium 8 – 37 C, optimum
28 C, kelembaban 90 %
- Suhu optimum pembentukan apresoria 28
C
2. Sumber inokulum
Cendawan mampu bertahan pada sisa
jerami dan benih padi. Pada kondisi ini
spora mampu bertahan hingga 1 tahun;
sedangkan bentuk miselium bisa lebih dari 3
tahun
3. Penggunaan N berlebihan menyebabkan
tanaman subur, namun mengakibatkan
peningkatan iklim mikro. Pengaruh pupuk N
terhadap sel epidermis meningkatkan
permeabilitas air dan menurunkan silikat
sehingga memudahkan cendawan
melakukan penetrasi ke dalam jaringan
tanaman
CARA PENGENDALIAN
1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
padi
2. Penanaman varietas tahan
3. Perbaikan cara bercocok tanam
- Pembenaman jerami sakit sebagai
kompos
- Pengaturan jarak tanam
- Pemakaian pupuk secara berimbang
- Perbaikan sistem irigasi
- Penyiangan
4. Perlakuan benih dengan fungisida yang
diizinkan
5. Penyemprotan tanaman dengan fungisida
yang diizinkan
PENYEMPROTAN TANAMAN
PENYAKIT TUNGRO

PERTANAMAN PADI YANG TERSERANG


TUNGRO
PENYEBAB PENYAKIT
TUNGRO

VIRUS YANG PARTIKELNYA BERBENTUK :


* BATANG (B = BACILIFORM) DAN
* BULAT (S = SPERIKEL).

Pada satu rumpun tanaman yang terinfeksi tungro


dapat ditemukan kedua partikel tersebut. Keberadaan
kedua partikel akan menampakkan gejala khas tungro
(kerdil dan gejala kuning oranye).
Apabila hanya ada partikel S, maka yang nampak
adalah gejala kerdil
Apabila hanya ada partikel B, maka yang nampak
adalah gejala kuning oranye, tetapi tidak menimbulkan
gejala kerdil.
GEJALA
• PERTUMBUHAN TANAMAN TERHAMBAT DAN KERDIL
• JUMLAH ANAKAN BERKURANG
• DAUN MENGUNING SAMPAI JINGGA DIMULAI DARI PUCUK DAUN KE
ARAH PANGKAL.
• PADA DAUN MUDA SERING TERLIHAT MOTTLE, SEDANGKAN PADA
DAUN TUA TERLIHAT BINTIK-BINTIK COKLAT BEKAS TUSUKAN
SERANGGA PENULAR / VEKTOR.
• MASA PEMBUNGAAN TERTUNDA DAN MALAI YANG DAPAT
DIHASILKAN LEBIH KECIL DAN TIDAK DAPAT KELUAR DENGAN
SEMPURNA
SERANGGA VEKTOR

WERENG HIJAU :
1. Nephotetix virecens,
2. Nephotetix nigropictus,
3. N. Parvus
4. N. Malayanus.

N. Virescens
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
PENYAKIT TUNGRO

SERANGGA PADAT POPULASI, AKTIFITAS


PENULAR STADIA PERKEMBANGAN DAN
EFISIENSI PENULARAN.

KUANTITAS DAN UMUR


SUMBER INOKULUM TANAMAN PADI

KERENTANAN TERHADAP
VARIETAS PADI SERANGGA VEKTOR/PENULAR
MAUPUN VIRUS TUNGRO

FAKTOR BIOTIK
LINGKUNGAN
FAKTOR ABIOTIK
SIKLUS TRANSMISI
VIRUS NON PERSISTEN
1. PENGATURAN POLA TANAM

• PERGILIRAN TANAMAN,
• TANAM SEREMPAK PADA PERIODE BULAN BERCURAH HUJAN
TINGGI,
• PERGILIRAN VARIETAS TOLERAN DENGAN MEMPERHATIKAN
2. PENANAMAN
TETUANYA. VARIETAS TOLERAN TERHADAP SERANGGA PENULAR

3. ERADIKASI TANAMAN SAKIT.

4. PENGENDALIAN SERANGGA PENULAR.


 Usahakan menanam serentak minimal 20 hektar
 Gunakan varietas tahan virus tungro atau tahan serangga penular
wereng wijau. Varietas tahan wereng hijau menentukan >70%
keberhasilan pengendalian tungro
 Buat persemaian setelah lahan dibersihkan dari gulma teki dan eceng
gondok. Buang tanaman padi yang terinfeksi agar tidak menjadi
sumber virus.
 Lakukan penanaman jajar legowo dua atau empat baris dapat
menekan
 pemencaran wereng hijau.
 Sawah jangan dikeringkan karena merangsang pemencaran wereng
hijau sehingga memperluas penyebaran tungro.
 Lakukan pengamatan tungro saat tanaman berumur 2-3 MST.
Kendalikan serangga wereng hijau penular virus dengan insektisida
botani/kimiawi yang direkomendasikan bila saat tanaman umur 2 MST
ditemukan 5 tanaman terserang dari 10.000 rumpun tanaman atau
umur 3 MST ditemukan 1 tanaman terserang dari 1.000 rumpun
tanaman.
 Insektisida yang dianjurkan adalah imidacloprid, tiametoksan,
etofenproks, dan karbofuran.
PENGENDALIAN DENGAN INSEKTISIDA EFEKTIF
DIIJINKAN PADA
KONDISI INTENSITAS SERANGAN DAN POPULASI

No Intensitas Populasi serangga vektor


Serangan
(%) Ekor/40 rpn Ekor/25 rpn
1. 0.1 10 27
2 0.2 6 14
3 0.3 4 9
4 0.3 3 7
5 0.5-0.7 2 4
6 0.8-1.0 1 3
HAWAR PELEPAH

o Disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani.


o Gejala penyakit ini biasanya berupa bercak yang terjadi
pada pelepah daun, namun dapat timbul pada helaian daun
jika kondisi menguntungkan
o Bercak berwarna abu-abu kehijauan, bentuk bulat panjang
(oval), selanjutnya memanjang hingga 2 -3 cm, warna putih
abu-abu dgn tepi berwarna coklat
o Apabila penyakit ini menyerang pada fase generatif
mengakibatkan banyaknya daun tanaman yang mati,
sehingga akan menyebabkan hasil panen berkurang hingga
20 – 25 %.
o Keganasan penyakit tergantung dari pengolahan dan
penyiapan tanah, varietas, serta pengelolaan tanaman.
4. HAWAR PELEPAH

-
PENYAKIT API PALSU :
Ustilaginoidea virens
Komponen Pengendalian
 Pengendalian secara bercocok tanam
 Pengendalian dengan memanfaatkan tanaman
tahan
 Pengendaian secara fisik
 Pengendalian secara mekanis
 Pengendalian secara hayati
 Pengendalian kimiawi
 Penerapan peraturan perundang-undangan
Komponen pengendalian secara
bercocok tanam
 Pemilihan lokasi tanam : dataran rendah, dataran tinggi, lahan
sawah, daerah pasang surut, jenis irigasi (sederhana, teknis, tadah
hujan), jenis tanah, topografi wilayah
 Penentuan waktu tanam : musim hujan (MH-1, MH-2), musim
kemarau (MK-1, MK-2), gadu (peralihan MK-MH pada lahan irigasi
teknis)
 Penentuan pola tanam : padi-padi-padi (IP300), padi-padi-bero,
padi-padi-palawija, padi-palawija-padi, padi-palawija-bero
 Pengaturan jarak tanam : acak, legowo, 20 x 20 cm, 20 x 22 cm,
20 x 25 cm. Pertimbangan ??
 Sistem tanam : tumpangsari, monokultur, tumpang gilir, surjan
 Pemilihan jenis tanaman : tanaman pokok, tanaman perangkap,
tanaman penolak hama
 Pemupukan berimbang : TSP, KCl dan Urea
Pengendalian dengan
memanfaatkan tanaman tahan
 Ketahanan genetik : pemanfaatan
varietas unggul tahan hama (misalnya
VUTW)
 Ketahanan ekologik : penanaman
disesuaikan dengan waktu
ketidakmunculan hama, ketidaksesuaian
habitat
Pengendalian secara fisik dan
mekanis
 Pengumpulan dan pemusnahan : kelompok
telur, larva dan pupa hama, kasus penggerek
batang padi kuning Scirpophaga incertulas
 Penggunaan lampu perangkap : ngengat
penggerek batang padi, hama uret Lepidiota
stigma, Phillophaga helleri
 Penggunaan trap barier system : untuk tikus
 Gropyokan : untuk pengendalian tikus, hama
uret Lepidiota stigma, Phillophaga helleri
 Pengaturan air irigasi : penggerek batang padi
putih, hama putih Nymphula depunctalis,
nematoda puru akar Meloidogyne graminicola
Pengendalian secara hayati

 Pemanfaatan parasitoid, pemangsa


dan patogen hama :
Parasitoid Trichogramma sp.untuk
penggerek batang padi
Pemanfaatan jamur Metarhizium anisopliae,
Beauveria bassiana
Pemanfaatan ular dan burung hantu Tyto
alba pemangsa tikus
Pengendalian kimiawi
 Penggunaan bahan kimia pestisida dalam
pengendalian hama
 Cara kerja pestisida
◦ Racun kontak, lambung, pernafasan
 Macam pestisida
◦ Pestisida kimia sintetik
◦ Pestisida botanik
◦ IGR (Insect Growth Regulators) : brufofesin
Penerapan peraturan perundang-undangan

 Pengaturan pelepasan dan pemantauan varietas


padi jenis baru
STUDI KASUS
 Ledakan populasi hama penggerek batang padi
putih di Pantura
 Ledakan populasi penggerek batang padi kuning
pada MH2 di Yogyakarta
 Hama tikus di wilayah Kabupaten Sleman
 Ledakan populasi hama wereng batang di
Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada
tiap bulan Maret
 Fenomena hama keong mas di Banyumas
 Fenomena hama uret padi gogo setiap bulan
Januari di Gunung Kidul
Apa yang menjadi faktor penyebab
ledakan populasi hama padi?
 Kondisi tanah?
 Kondisi iklim?
 Pola tanam?
 Waktu tanam?
 Varietas tanaman?
 Sistem tanam?
 Peran musuh alami?
 Irigasi?
Pengamatan Hama Padi
 Pengamatan populasi mutlak : hama ?
 Pengamatan populasi relatif : hama ?
 Pengamatan indeks populasi : hama ?
Parameter pengamatan hama padi
 Waktu pengamatan (tanggal, bulan, tahun): pagi, siang, sore, malam?
 Varietas tanaman : lokal,VUB,VUH,VUHB,VU spesifik lokasi?
 Umur tanaman
 Kondisi cuaca : cerah, hujan, panas, lembab?
 Kondisi air tanah : tergenang, becek, kapasitas lapang, kering?
 Jenis tanah : berpasir, lempung?
 Kondisi pertanaman : tingkat kerusakan (%), kesuburan?
 Jumlah batang per rumpun
 Populasi hama per rumpun : jumlah tiap stadia hama
 Keberadaan musuh alami : predator, parasitoid, patogen
Tindakan pengendalian
 Secara bercocok tanam
◦ Pemupukan?
 Secara fisik dan mekanis
◦ Pengelolaan air
◦ Penggunaan trap
◦ Pengendalian mekanis
 Secara hayati
◦ Pemberdayaan musuh alami
 Secara kimiawi
◦ Penggunaan pestisida
Daftar Pustaka
Buku
 Anonim, 1987. Permasalahan Lapangan Padi di Daerah Tropis. IRRI
 Anonim. 1994. Pedoman Eekomnendasi Pengendalian Hama dan
Penyakit Tanaman Pangan.
 De Data, 1981. Principles of Rice Production.
 Gallagher. 1993. Pengendalian Hama Terpadu pada Padi. BAPPENAS
 Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia.
 Pathak, 1977. Insect Pests on Rice. IRRI
 Reissig, W.H. Ilustrated Guide to Integrated Pest Management in
Rice. IRRI
Majalah Terbitan IRRI, jurnal
HAMA KEDELAI
PENGGOLONGAN HAMA
KEDELAI

 Berdasarkan fase tanaman yang diserang


 Berdasarkan bagian tanaman yang diserang
 Berdasarkan arti penting hama
 Berdasarkan waktu kemunculannya
Berdasarkan Fase Tanaman yang
Diserang
 Hama perusak bibit/perusak batang
 Hama fase generatif/perusak daun
 Hama fase generatif/perusak polong
 Hama lepas panen/gudang
Hama Tanaman Muda (Bibit)
 Lalat bibit Agromyza phaseoli
 Lalat penggerek batang Melanagromyza
sojae
 Lalat penggerek pucuk Melanagromyza
dolichostigma
Hama Kedelai Fase Vegetatif
 Aphid Aphis glysine
 Wereng daun Empoasca sp.
 Kutu kebul Bemissia tabaci
 Ulat tanah Agrotis epsilon
 Ulat penggulung daun Lamprosema indicata
 Ulat grayak Spodoptera litura
 Ulat jengkal Plusia chalcites
 Kumbang kedelai Phaedonia inclusa
 Kumbang helem Epilachna sparsa
Hama Fase Generatif
 Kepik penghisap polong Ryptortus linearis
 Kepik hijau Nezara viridula
 Ulat penggerek polong Etiella zinckenella
 Ulat buah Helicoverpa armigera
Hama Gudang pada Kedelai
 Hama bubuk Callobruchus sp.
Lalat Bibit

b
a

a. Gejala kerusakan
b. Lalat dewasa
meletakan telur
c. Pupa Agromyza
phaseoli pada pangkal
c batang
Lalat Bibit Agromyza phaseoli
Lalat Penggerek Batang
Melanagromyza sp.

Gejala serangat lalat pucuk Pupa lalat Melanagromyza sp.


dalam batang
Hama penghisap cairan daun Aphis
sp.
c

a. Aphis glysine
b
b. Bemissia tabaci
c. Empoasca sp.
Kutu kebul Bemisia tabaci
Bemisia tabaci
Ulat Penggulung Daun Lamprosema indicata
Ulat Grayak Spodoptera litura
Ulat Jengkal Plusia chalcites
Kumbang perusak daun kedelai
Phaedonia inclusa
Kumbang helm Epilachna sparsa
Larva kumbang Epilachna sp.
Kepik penghisap polong
Riptortus linearis
Ulat buah Helicoverpa armigera
Hama penggerek polong
Etiella zinckenella
Hama bubuk kedelai di gudang
Callosobruchus sp.
Kumbang bubuk Callosobruchus sp.
Pengendalian Hama Kedelai
 Masa pratanam
 Masa pertumbuhan vegetatif tanaman
 Masa pertumbuhan generatif tanaman
atau pengisian polong
 Masa pasca panen atau dalam
penyimpanan
Masa Pratanam
 Perencanaan pergiliran tanam, misalnya padi-kedelai-kacang
tanah (irigasi non-teknis); padi-kedelai-padi (irigasi teknis)
 Pemilihan benih unggul bebas hama maupun penyakit
 Persiapan lahan tanam, diupayakan untuk memanfaatkan jerami
sebagai mulsa dan tidak membakarnya
 Penentuan waktu tanam yang tepat (akhir musim kemarau),
misalnya bulan April-Mei
 Keserentakan tanam, dengan selang waktu tidak lebih dari satu
minggu
 Pemilihan cara tanam yang tepat, misalnya :
(1) monokultur
(2) tumpangsari
(3) tumpang gilir
Penyiapan lahan tanam

Pengaturan air diperlukan menjamin Pembakaran jerami sebelum tanam


pertumbuhan tanaman kedelai dapat memacu serangan lalat bibit
supaya optimal dan pertumbuhan gulma
Penentuan Jarak Tanam

Jarak tanam yang tidak teratur memberikan dampak yang kurang baik terhadap
pertumbuhan dan hasil kedelai
Penentuan jarak tanam yang baik

Jarak tanam yang teratur dapat Jarak tanam yang terlalu rapat dapat
menyebabkan tanaman tumbuh baik mempersulit dalam memantau
dan mempermudah dalam perkembangan hama berikut cara
pemantauan dan pengendalian pegendaliannya
hama
Penentuan jarak tanam

Jarak tanam lebar tidak dianjurkan pada tanaman kedelai yang ditanam saat
pertengahan musim kemarau (bulan Juli-Agustus)
Penentuan cara tanam

Tumpangsari jagung dengan kedelai


tidak dianjurkan karena dapat menarik
kedatangan hama perusak buah
Penentuan cara tanam

Tumpangsari dengan tanaman sejenis Jagung diperbolehkan ditanam


terlau rapat dapat menyebabkan sebagai pakan dan dipanen
penurunan hasil kedelai dan sebelum bebuah
peningkatan populasi hama
Persiapan penanaman
 Perlakuan benih dengan insektisida untuk
melindungi dari serangan lalat bibit,
khususnya untuk daerah endemis
 Penanaman segera setelah jerami dibabat
dan memanfaatkannya sebagai mulsa
untuk mengindarkan dari serangan lalat
bibit
 Penanaman secara serentak
Pengelolaan Hama
Pada Fase Vegetatif Tanaman
 Pemantauan pertumbuhan tanaman dan
populasi hama secara rutin (paling lama
seminggu sekali)
 Pengendalian secara fisik dan mekanik
diutamakan untuk mencegah
perkembangan populasi hama lebih lanjut
 Pengendalian hama dengan insektisida
selektif jika populasinya telah melebihi
ambang ekonomi
Pemantauan Pertumbuhan
Tanaman dan Populasi Hama

Hasil pengamatan dan pengambilan keputusan tentang tindakan pengendalian


hama harus melalui diskusi antar petani penanam kedelai
Tindakan Pengendalian

Tindakan pengendalian dengan pestisida harus tepat :


(1) Tepat jenis pestisidanya (insektisida, fungisida, acarisida)
(2) Tepat hama sasarannya(serangga, jamur, tungau)
(3) Tepat dosis/konsentrasi bahan aktif pestisidanya,
(4) Tepat cara aplikasinya (semprot, tabur, perlakuan benih) dan
(5) Tepat waktu aplikasinya (pagi, sore, sebelum kerusakan parah)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai