FARMASI FORENSIK Nisa
FARMASI FORENSIK Nisa
Uji skreening:
Fisik: tt didih, lebur, densitas
Kristal: sampel ditetesi bh kimiakristalisasi
Noda kimia: ditetesi bhn kimiperubahan warna
Kckt atau GC memisahkan komponen
Uji konfirmasi:
Meneguhkan hasil skreening
Mis: dg alat tambahan GCMS
Cont KASUS
2. Contoh Kasus 2
Liputan6.com, Jakarta: Tewasnya pelantun lagu Aku Tak Biasa
Alda Risma masih menyisahkan misteri. Spekulasi penyebab
kematian Alda makin berkembang setelah polisi menemukan
bukti baru di tempat penyanyi ini mengembuskan napas
terakhir, Bukti-bukti baru yang ditemukan polisi antara lain alat
suntik dan jarumnya, dua di antaranya telah dipakai serta
puluhan obat-obatan penenang. Dalam olah tempat kejadian
perkara yang lebih dari satu jam itu ditemukan juga alat
kontrasepsi, dua buah botol infus yang telah dipakai, dan
beberapa kapsul yang masih belum teridentifikasi. dokter
forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Zulhasmar Syamsu
mengatakan, ditemukan lebih dari 20 lubang suntikan di sekujur
tubuh Alda. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan
fisik. Hanya ada luka lebam di beberapa bagian tubuhnya akibat
lebam mayat(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)
OD ?
OD KECELAKAAN ?
BUNUH DIRI ?
PEMBUNUHAN ?
PEMERIKSAAN DI TKP
PEMERIKSAAN MATA : Teleng Mata
Mydriasis / Miosis
KASUS
3. Contoh Kasus 3
Jakarta - Apoteker Yuli Setyorini (32) melaporkan apotek
tempat dia bekerja menjual narkotika dan psikotropika tanpa
izin. Tindakannya ini malah dipidanakan dan Pengadilan Negeri
(PN) Semarang, Jawa Tengah, menghukum Yuli 4 bulan penjara.
Kini Yuli meringkuk di LP Semarang. Kasus ini bermula saat
apotek tempat Yuli bekerja mendapat teguran dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang karena menjual narkotika dan
psikotropika tanpa izin pada 2010. Lantas, pada 2011 apotek
tempat dia bekerja masih menjual barang yang sama.
Maka pada 2012, dia pun berinisiatif melaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota Semarang dengan membawa barang bukti
narkotika tersebut. Tetapi yang terjadi pihak yang tidak suka
melaporan Yuli ke polisi dengan tuduhan penggelapan.
UU KEFARMASIAN di Apotek
Kepmenkes No. 633/Ph/62/b Tahun 1962 Tentang Daftar Obat
Keras,
Kepmenkes No.347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib
Apotik,
Permenkes No.919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat
Yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep,
Kepmenkes No. 924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat
Wajib Apotik No. 2,
Permenkes No. 925 /Menkes/Per/X/1993 Tentang Perubahan
Golongan Obat Wajib Apotik No.1,
Kepmenkes No. 1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat
Wajib Apotek No. 3,
UU No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, dan
PP No. 51 tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Apoteker dapat melakukan swamedikasi
Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat
digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotek
(OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB)
Obat-obat yang termasuk dalam obat keras, seperti
antibiotika, antidiabetes,hormon dan antihipertensi
menurut undang-undang tidak dapat diberikan tanpa resep
dokter
Kenyataan?
Payung Hukum?
Dalam PP 51 tahun 2009 pasal 24 huruf c, dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, apoteker dapat menyerahkan obat keras,
narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep
dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan. Secara tidak
langsung pada pasal ini dijelaskan seorang apoteker hanya
bisa menyerahkan obat keras dengan resep dokter.
Swamedikasi obat keras non OWA di apotek dapat
dikatakan sebagai bentuk pelanggaran hukum PP 51 th
2009.
Daftar Pustaka
I M.A.G. WIRASUTA, Swamedikasi obat keras oleh
apoteker, belum ada landasan hukum, 2010, Universitas
Udayana
Sudarmono, Farmasi Forensik dan Toksikologi,
Penerapannya dalam menyidik tindak pidana
kasus kejahatan, UI Press (2009).
Sudarmono,Toksikologi Narkoba dan alkohol,
Pengaruhnya terhadap sistem saraf pusat, UI Press
(2006)
SELAMAT BELAJAR
TERIMAKASIH=)