Anda di halaman 1dari 15

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Bersama Ibu Priska


DEMAM REUMATIK
Diagnosis Penyakit Kami
EPIDEMIOLOGI

Di negara berkembang, DRA msh banyak ditemukan.


Trdpt 15 juta pasien PJR di dunia dan 233.000
diantaranya meninggal setiap tahun. PJK merupakan
penyebab utama morbiditas DRA dan merupakan penyebab
utama insufisiensi dan MS namun perempuan dgn DRA
mempunyai insidensi chorea yg sedikit lebih tinggi daripada
pria. Faringitis SBHGA jarang trjadi pd anak dibawah 3 tahun.
Biasanya trjadi pd usia rerata 10 tahun.
KRITERIA DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang / laboratorium pada diagnosis demam rematik akut dibagi atas 3
golongan, walaupun pada kenyataannya pemeriksaan laboratorium baik yang tunggal maupun
kombinasi belum ada yang memungkinkan diagnosis spesifik demam rematik akut.

1. Golongan pertama
• Meliputi uji radang jaringan akut, yakni reaktan fase akut sbb :
• a) Laju Endap Darah ( LED )
• Mempunyai variasi lebar antara normal dan abnormal dan dapat meninggi sampai
jauh di atas 100 mm. Banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti
anemia. Anemia ringan – sedang ( normositik normokrom ) lazim ditemukan pada
penderita demam rematik akut.
• b) Protein C – Reaktif ( PCR )
• Dapat digunakan untuk ukuran beratnya proses. Pada pasien demam rematik akut
ditemukan C – Reaktif protein positif.
• c) Leukositosis
• Leukositosis umumnya sedang dan non – spesifik.
KRITERIA DIAGNOSIS
DEMAM REUMAIK AKUT

Untuk Diagnosa diperlukan : 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteriaminor
dan bukti infeksi oleh sterptokokus grup A. Kecuali bila ada chorea atau karditis maka bukti infeksi
sebelumnya tidak diperlukan.
KRITERIA DIAGNOSIS
PENYAKIT JANTUNG REUMATIK
KRITERIA DIAGNOSIS
PENYAKIT JANTUNG REUMATIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang / laboratorium pada diagnosis demam rematik akut dibagi atas 3
golongan, walaupun pada kenyataannya pemeriksaan laboratorium baik yang tunggal maupun
kombinasi belum ada yang memungkinkan diagnosis spesifik demam rematik akut.

1. Golongan pertama
• Meliputi uji radang jaringan akut, yakni reaktan fase akut sbb :
• a) Laju Endap Darah ( LED )
• Mempunyai variasi lebar antara normal dan abnormal dan dapat meninggi sampai
jauh di atas 100 mm. Banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti
anemia. Anemia ringan – sedang ( normositik normokrom ) lazim ditemukan pada
penderita demam rematik akut.
• b) Protein C – Reaktif ( PCR )
• Dapat digunakan untuk ukuran beratnya proses. Pada pasien demam rematik akut
ditemukan C – Reaktif protein positif.
• c) Leukositosis
• Leukositosis umumnya sedang dan non – spesifik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang / laboratorium pada diagnosis demam rematik akut dibagi atas 3
golongan, walaupun pada kenyataannya pemeriksaan laboratorium baik yang tunggal maupun
kombinasi belum ada yang memungkinkan diagnosis spesifik demam rematik akut.

2. Golongan kedua
• Uji bakteriologis dan serologis yang membuktikan infeksi
streptokokus sebelumnya yaitu : Tes antibodi terhadap
streptokokus.
• Kurang lebih 80 % penderita akan memperlihatkan kenaikan
titer anti streptolisin O ( ASO ). Titer yang berkisar dari 200 –
300 unit saja yang dianggap normal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang / laboratorium pada diagnosis demam rematik akut dibagi atas 3
golongan, walaupun pada kenyataannya pemeriksaan laboratorium baik yang tunggal maupun
kombinasi belum ada yang memungkinkan diagnosis spesifik demam rematik akut.

3. Golongan ketiga
• Meliputi pemeriksaan sbb :
• a) Pemeriksaan radiologis : Rontgen
• Untuk menemukan adanya kardiomegali dan efusi pericardial
• b) Elektrokardiografi ( EKG )
• Perpanjangan interval P – R terdapat pada 28 – 40 % pasien., kelainan ini dapat
dipakai dalam diagnosis demam rematik. Perubahan EKG lain mencakup gelombang
T yang datar / terbalik karena miokarditis dan elevasi S – T akibat perikarditis.
• c) Ekokardiografi
• Adanya bising jantung.
Terapai Farmako

1. Eradikasi Kuman Streptococcus Beta Hemolyticus Grup A

• Penisilin benzatin intramuskular dengan dosis 1,2 juta unit untuk


pasien dengan berat badan > 30 kg atau 600 000-900 000 unit untuk
pasien dengan berat badan < 30 kg.
• Penisilin oral, 400 000 unit (250 mg) diberikan empat kali sehari
selama 10 hari dapat digunakan sebagai alternatif.
• Eritromisin, 50 mg/kg BB sehari dibagi dalam 4 dosis yang sama
dengan maximum 250 mg 4 kali sehari selama 10 hari dianjurkan
untuk pasien yang alergi penisilin.
• Obat lain seperti sefalosporin yang diberikan dua kali sehari selama 10
hari juga efektif untuk pengobatan faringitis streptokokus..
Terapai Farmako

2. Obat analgesik dan anti-inflamasi

• Aspirin dalam dosis total 100 mg/kgBB/ hari, maximum 6 g per hari dosis terbagi
selama 2 minggu, dan 75 mg/kgBB/ hari selama 2-6 minggu.
• Steroid; prednison adalah steroid terpilih, mulai dengan dosis 2 mg/kgBB/hari
dengan dosis terbagi, maximum 80 mg per hari. Pada kasus yang sangat akut dan
parah, terapi harus dimulai dengan metilprednisolon intravena (10-40 mg), diikuti
dengan prednison oral. (tapering off) 2 minggu
3.OBAT ANTIRADANG

• Salisilat 100 mg/kgBB/hari selama 2 minggu, dan 75 mg/kgBB/hari selama 4


minggu
• Prednison 2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu dan diturunkan sedikit demi sedikit
(tapering off) 2 minggu
Terapai Non-Farmako

• Diet
Bentuk dan jenis makanan disesuaikan dengan keadaan penderita. Pada sebagian besar
kasus cukup diberikan makanan biasa, cukup kalori dan protein. Tambahan vitamin
dapat dibenarkan. Bila terdapat gagal jantung, diet disesuaikan dengan diet untuk gagal
jantung yaitu cairan dan garam sebaiknya dibatasi.
• Tirah Baring dan mobilisasi
Semua pasien demam reumatik akut harus tirah baring, jika mungkin di rumah sakit.
Pasien harus diperiksa tiap hari untuk menemukan valvulitis dan untuk mulai
pengobatan dini bila terdapat gagal jantung. Karditis hampir selalu terjadi dalam 2-3
minggu sejak dari awal serangan, hingga pengamatan yang ketat harus dilakukan
selama masa tersebut. Sesudah itu lama dan tingkat tirah baring bervariasi. Tabel 4
merupakan pedoman umum; tidak ada penelitian acak terkendali untuk mendukung
rekomendasi ini. Hal penting adalah bahwa tata laksana harus disesuaikan dengan
manifestasi penyakit, sedang pembatasan aktivitas fisis yang lama harus dihindari
TERIMA KASIH?
Ada Pertanyaan!

Anda mungkin juga menyukai