Anda di halaman 1dari 18

CODE BLUE

RS POLRI Tk 1 RS SUKANTO
PUSDOKKES POLRI

Dr Andri Julianto SpAn Kic


Code Blue
• Code Blue is a rapid response system for
emergency resuscitation and stabilization of
medical emergency situations that happen within
the hospital area. These medical emergencies
require immediate attention.
• A Code Blue is to be initiated immediately
whenever a person is found in cardiac or
respiratory arrest (unresponsive, pulseless, or not
breathing) i.e. the patient needs cardiopulmonary
resuscitation (CPR).
Code Blue
• Code Blue Rapid Response System is established
to ensure that all critical medical emergencies are
provided with resuscitation and stabilization
ALMOST immediately. The Response System is in
2 phases.
i) The initial response (first responder) should
always be from the hospital personnel who are at
the vicinity; where Basic Life Support (BLS)
service should be provided.
ii) The second response (second responder) will
be from a specialized and well trained team from
a department identified by hospital authorities.
Code Blue
• The response system is being conducted with a specific
response time based upon the service quality
standards which have been determined by the hospital
authorities. To enable the proper establishment of such
system, the following is essential:
i) All personnel in the hospital should be trained with
BLS skills to enable the initiation of critical basic life
support at the incident site.
ii) Basic Life Support equipment should be placed in all
strategic locations within the hospital grounds, for
example hospital lobby, waiting areas in polyclinics and
other high risk areas; where the equipment is portable
or mobile to enable rapid response.
Code Blue
• Once there is a Code Blue, a team of doctors and
paramedics (medical assistants and staff nurses),
often a designated "code-team", will rush to the
patient taking life- saving measures. The team
uses a ‘crash cart’, wheelchair/stretcher, which
contains important aids such as a defibrillator,
intubation equipment, suction, oxygen, ambubag,
resuscitation drugs (adrenaline, atropine,
lignocaine) and an I.V. setup to stabilize the
patient. The team will utilize BLS and Advanced
Cardiac Life Support (ACLS) skills to resuscitate
patients.
Code Blue
• 1. To provide rapid (almost immediate) resuscitation and
stabilization for victims of medical emergencies or cardio-
respiratory arrest within the hospital grounds.
2. To establish well-trained and equipped medical
emergency (code blue) teams that can be deployed rapidly
from pre-determined departments to the medical
emergency site.
• 3. To initiate training in BLS skills and use of Automated
External Defibrillators (AEDs) for all hospital staff whether
clinical or non clinical based.
4. To initiate placement of BLS equipment in various
strategic locations within the hospital grounds to facilitate a
rapid response for medical emergencies.
• 5. To make the hospital safe for emergency.
Code Blue
• CPR FACTS
• In a hospital setting, survival is >20% if the arrest
occurs between the hours of 7 am and 11 pm but
only 15% if the arrest occurs between 11 pm and
7 am.
• There is significant variability with regard to
location, with 9% survival at night in unmonitored
settings compared with nearly 37% survival in
operating room/post anesthesia care unit
locations during the day.
• Code blue merupakan salah satu kode prosedur
emergensi yang harus segera diaktifkan jika
ditemukan seseorang dalam kondisi
cardiaerespiratory arrest di dalam area rumah
sakit.
• Code blue response team atau tim code blue
adalah suatu tim yang dibentuk oleh rumah sakit
yang bertugas merespon kondisi code blue
didalam area rumah sakit. Tim ini terdiri dari
dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam
penanganan kondisi cardiac respiratory arrest.
Prosedur code blue
• Jika didapatkan seseorang atau pasien dalam
kondisi cardiac respiratory arrest maka perawat
ruangan (I) atau first responder berperan dalam
tahap pertolongan, yaitu:
– Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban.
– Pastikan lingkungan penderita aman untuk dilakukan
pertolongan.
– Lakukan cek respon penderita dengan memanggil
nama atau menepuk bahu.
– Meminta bantuan pertolongan perawat lain (II) atau
petugas yang ditemui di lokasi untuk mengaktifkan
code blue.
• Prosedur code blue
– Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan
tim code blue Perawat ruangan yang lain (II) atau
penolong kedua,
– segera menghubungi operator telepon xxxx” untuk
mengaktifkan code blue, dengan prosedur sebagai
berikut: Perkenalkan diri. Sampaikan informasi untuk
mengaktifkan code blue. Sebutkan nama lokasi
terjadinya cardiac respiratory arrest dengan lengkap
dan jelas, yaitu: area ….. (area satu/dua/tiga/empat),
nama lokasi atau ruangan. Jika lokasi kejadian di
ruangan rawat inap maka informasikan : “ nama
ruangan ….. nomor …. “.
• Prosedur Code blue
– Waktu respon operator menerima telepon xxxx adalah
harus secepatnya diterima, kurang dari 3 kali deringan
telepon. Jika lokasi kejadian berada di area ruang rawat
inap ataupun rawat jalan,
setelah menghubungi operator, perawat ruangan II segera
membawa troli emergensi (emergency trolley) ke lokasi
dan membantu perawat ruangan I melakukan resusitasi
sampai dengan tim Code Blue datang. Operator
menggunakan alat telekomunikasi Handy Talky (HT) atau
pengeras suara mengatakan code blue dengan prosedur
sebagai berikut: “Code Blue, Code Blue, Code Blue, di area
…..(satu/dua/tiga/empat), nama lokasi atau ruangan…..”.
• Prosedur Code Blue
– Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka
informasikan: “Code Blue, Code Blue, Code Blue, nama
ruangan ….. nomor kamar …..”. Setelah tim code blue
menerima informasi tentang aktivasi code blue, mereka
segera menghentikan tugasnya masing-masing, mengambil
resusitasi kit dan menuju lokasi terjadinya cardiac
respiratory arrest. Waktu respon dari aktivasi code blue
sampai dengan kedatangan tim code blue di lokasi
terjadinya cardiac respiratory arrest adalah 5 menit.
– Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim code
blue untuk memastikan bahwa tim code blue sudah
menuju lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest
• Prosedur Code Blue
– Jika lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest
adalah lokasi yang padat manusia (public area)
maka petugas keamanan (security) segera menuju
lokasi terjadinya untuk mengamankan lokasi
tersebut sehingga tim code blue dapat
melaksanakan tugasnya dengan aman dan sesuai
prosedur. Tim code blue melakukan tugasnya
sampai dengan diputuskannya bahwa resusitasi
dihentikan oleh ketua tim code blue
• Prosedur Code Blue
– Untuk pelaksanaan code blue di area empat, Tim code blue
memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien kemudian
segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat. Ketua tim code blue
memutuskan tindak lanjut pasca resusitasi, yaitu: Jika resusitasi
berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan secepatnya ke
Instalasi Perawatan Intensif untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut jika keluarga pasien setuju. Jika keluarga pasien tidak
setuju atau jika Instalasi Perawatan Intensif penuh maka pasien
di rujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas Jika keluarga
pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat di ruang
perawatan biasa, maka keluarga pasien menandatangani surat
penolakan. Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal,
maka lakukan koordinasi dengan bagian bina rohani, kemudian
pasien dipindahkan ke kamar jenazah.
• Prosedur Code Blue
– Ketua tim code blue melakukan koordinasi dengan
DPJP. Ketua tim code blue memberikan informasi
dan edukasi kepada keluarga pasien. Perawat
ruangan mendokumentasikan semua kegiatan
dalam rekam medis pasien dan melakukan
koordinasi dengan ruangan pasca resusitasi.
Pengorganisasian Tim Code Blue
• Tim code blue di Rumah Sakit terbagi atas:
– Tim code blue satu yaitu tim Code Blue yang
bertanggung jawab terhadap area satu.
– Tim code blue dua yaitu tim Code Blue yang
bertanggung jawab terhadap area dua.
– Tim code blue tiga yaitu tim Code Blue yang
bertanggung jawab terhadap area tiga.
Pengorganisasian Tim Code Blue
• Tim code blue terdiri dari:
– Ketua tim code blue yaitu satu orang dokter
umum.
– Anggota tim code blue yang terdiri dari satu orang
perawat senior (supervisi) dan satu orang
perawat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai