Anda di halaman 1dari 23

Epidemiologi

 Renal data system US (2006):


 Penyakit ginjal terbesar selain karena diabetes
mellitus, hipertensi, kelainan ginjal polikistik dan
nephritis interstitial adalah:

 “analgesic abuse” and “nephropathy/other agents”


yang merupakan dua hal penyebab utama obat atau
zat kimia yang menyebabkan gagal ginjal terminal
(end-stage renal disease).
Berdasarkan kerusakannya, drug induce kidney dibagi
menjadi 3 :

 Glomerular injury
 Vascular injury
 Tubointerstitial change
Glomerular injury
Struktur glomerolus:
 composed of cells : epithelial, mesangial, endothelial
 matrix : mesangium, basement membrane
Semuanya dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler

injury

Manifestasi berupa penyakit ginjal akibat kerusakan pembuluh


darah ekstr glomerilar, tubulus dan interstitium.
 Contoh, kerusakan pada:
podocyte (visceral epithelial cell)

nephrotic syndrome, capillary basement membrane


alterations dengan manifestasi:
haematuria dengan atau tanpa proteinuria,
pada nekrosis yang lebih luas menimbulkan
glomerulonephritis yang progresif
Podocyte Injury
Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDS), COX-2
inhibitors, interferons pamidronate (a bisphosphonate).

Minimal change disease

interstitial nephritis
 Laporan kasus dari Massachusetts General Hospital:
 Efek penggunaan ibuprofen pada renal blood flow
yang menyebabkan acute tubular necrosis, dan
glomerular podocyte and endothelial
 COX-2 inhibitor juga memberikan efek nefrotoksik
dengan mekanisme yang sama dengan NSAID
 Chloroquine dan golongan hydroxychloroquine
akumulasi lipid pada podocyte (enlarged podocytes
with finely vacuolated cytoplasm).
Phospholipidosis: lipid inclusions
in visceral epithelial cells
 Interferon-α (obat hepatitis C), dapat menyebabkan
focal segmental glomerulosclerosis dan nephrotic
syndrome
 Markowitz dkk: pamidronate diberikan pada
sekelompok pasien yang diberikan dosis yang lebih
besar dan jangka waktu yang lebih panjang.
kemungkinan memberikan efek toksik langsung
terhadap podocytes and sel epithelial nephron
collapsing glomerulopathy.

 Fungsi renal dan proteinuria membaik ketika obat


dihentikan.
Collapsing glomerulopathy: glomerular
tuft is retracted, with overlying podocyte
proliferation. The podocytes are enlarged,
vacuolated and contain fuchsinophilic
droplets.
Immune Complex Glomerulonephritis

 Salah satu mekanisme kerusakan glomerolus adalah:


immune complex deposition along the sub-epithelial aspect
of the glomerular basement membrane

 membranous glomerulonephritis
Obat dan bahan kimia penyebab utama adalah: golongan
penicillamine dan gold.
NSAIDS,COX-2 inhibitors, mercury, captopril, lithium,
formaldehyde, trimethadione (anti-convulsant),
probenecid dan 2-Mercaptopropionyl, glycine.
Gold inclusions in membranous
glomerulonephritis: aureosomes in
proximal tubular cells. Similar inclusions
are also present in podocytes and vascular
smooth muscle cells.
Glomerular Endothelial Injury

 Beberapa obat diketahui menyebabkan thrombotic


microangiopathy

 haemolytic uremic syndrome (HUS)/thrombotic


thrombocytopenic purpura
 Contoh obat: Cyclosporine (calcineurin inhibitors),
quinine, mitomycin C and other chemotherapeutic.
Pada percobaan menggunakan binatang:
 calcineurin inhibitors berinteraksi dengan
renin-angiotensin system,

 vasoconstriksi dan hyperplasia/hypertrophy apparatus


juxtaglomerular

 Penebalan dinding arteriol aferent dan efferent

• iskemia
calcineurin inhibitors -associated lesion:
apparatus juxtaglomerular enlargement
with accompanying segmental sclerosis
Vascular Injury

Thrombotic microangiopathy:
 luminal fibrin thrombi, fibrinoid change in arteriolar
wall and mucoid (hyaluronic acid-rich) intimal
thickening

 developing concentric intimal fibrosis

 vascular occlusion and parenchymal ischaemia.


Vascular Thrombotic microangiopathy : the
intima of this small artery is thickened by
loose mucoid matrix, with significant
luminal narrowing
Obat-obat yang menyebabkan Thrombotic
microangiopathy:
 OKT3 (anti-CD3 monoclonal antibody) dan rapamycin
(sirolimus) , dengan gejala proteinuria akibat
nefropati, prognosis berdasarkan derajat kerusakan
vaskuler.
 Kokain: merupakan substan trombogenik,
menyebabkan vasokonstriksi akibatnya terjadi
thrombotic microangiopathy dan acute renal failure
 Shih dkk: ciprofloxacin nekrosis pembuluh darah
 phenytoin Granulomatous arteritis
 Methicillinin menginduksi perubahan vaskuler
Tubulointerstitial Injury
 Immune-mediated Tubulointerstitial Inflammation

 obat adalah penyebab terbesar tubulointerstitial nephritis

 Antibiotik sering menyebabkan reaksi hipersensitif


(menyebabkan demam, skin rash, eosinophilia).
 NSAIDS dapat memicu delayed-type hypersensitivity
 Pada fase akut ditandai dengan udem interstitial dan
mononuclear cells infiltrate, sejumlah besar neutrophils menandai adanya
infeksi.
 Menjadi kronik apabila sudah terjadi tubular atrophy/interstitial fibrosis

 Sulfonamides merupakan predisposisi pembentukan kristal dan menyebabkan


urolithiasis serta obstruksi.
 Beberapa obat dapat menginduksi granulomatous reaction
 Eosinophilia pada jaringan sering terlihat pada penggunaan antimicrobial
(methicillin, sulfonamides, vancomycin).
 Karakteristik klinik tubulointerstitial dysfunction:
Acute renal failure dengan proteinuria derajat sedang.
 Apabila mengenai tubulus proksimal:
type II renal tubular acidosis (glycosuria,
aminoaciduria, phosphaturia, uricosuria)
 Apabila mengenai tubulus distal:
type I renal tubular acidosis, gangguan keseimbangan
sodium dan potassium.
Analgesic Nephropathy and Chronic Forms of Injury

 Kombinasi fenasetin (sudah ditarik), paracetamol,


aspirin maupun golongan salisilat lain.

• vascular injury
• papillary ischaemia
• Necrosis jaringan

 Cortex suprapapillary atrophy


Toxic Tubulopathy
 Cisplatin and carboplatin obat chemotherapeutic berfungsi
DNA alkylating agents mempunyai efek toksik langsung
terhadap sel tubular menghasilkan kerusakan langsung
pada tubulointerstitial.
 Nephrotoxicitas tergantung dosis. Cisplatin lebih toksik
dibanding carboplatin.
 Beberapa obat menginduksi hyperuricemia (alcohol,
diuretik thiazide cyclosporine, furosemide, cisplatin), and
kemoterapetik yang merupakan a tumor lysis
syndrome.
Sulfadiazine, indinavir, dan acyclovir berhubungan
dengan tubular crystallopathy, urolithiasis dan interstitial
nephritis.
Kesimpulan
 Ketika obat menimbulkan kerusakan di suatu
parenkhim tertentu, akan menimbulkan gejala di
tempat yang lain juga karena adanya mekanisme
feedback.
 Perlu diperhatikan obat-obat yang memberikan
kerusakan pada ginjal
 Insiden nefrotoksisitas semakin meningkat
berhubungan dengan usia karena adanya perubahan
struktur, penyakit penyerta maupun adanya
polifarmasi

Anda mungkin juga menyukai