Anda di halaman 1dari 22

Persebaran Batuan Sedimen

Berumur Miosen hingga Pliosen di


Cekungan Jawa Barat

Istifari Husna Rekinagara1)


1)Mahasiswa Teknik Geologi UPN ‘Veteran’ Yogyakarta

Kelas D Teknik Komunikasi Geologi


111.150.058
Corresponding author : istifarirekinagara@gmail.com
OUTLINE
1. PENDAHULUAN
2. METODOLOGI
3. FISIOGRAFI REGIONAL
4. TEKTONIK REGIONAL
5. STRATIGRAFI REGIONAL
6. HASIL DAN PEMBAHASAN
7. KESIMPULAN
I. PENDAHULUAN
• Pulau Jawa terletak di bagian selatan dari Paparan Sunda dan
terbentuk dari batuan yang berasosiasi dengan suatu aktif margin dari
lempeng yang konvergen.
• Pada Zaman Kapur, Paparan Sunda yang merupakan bagian tenggara
dari Lempeng Eurasia mengalami konvergensi dengan Lempeng
Pasifik. Kedua lempeng ini saling bertumbukan yang mengakibatkan
Lempeng Samudra menunjam di bawah Lempeng Benua.
• Zona tumbukan (subduction zone) membentuk suatu sistem palung
busur yang aktif (arc trench system). Di dalam palung ini
terakumulasi berbagai jenis batuan yang terdiri atas batuan sedimen
laut dalam (pelagic sediment), batuan metamorfik (batuan ubahan),
dan batuan beku berkomposisi basa hingga ultrabasa (ofiolit).
Gambar 1. Geologi Regional Jawa Barat (Sampurno, 1976)
• Pada cekungan Bogor, diendapkan Formasi Nyalindung dan Kaliwangu,
yang terletak di bagian utara dari konvergen Lempeng IndoAustralia dengan
Sundaland, yang dipisahkan dari Blok Banten ke barat oleh Tinggian
Tangerang .
• Meskipun kurang dikenal, Formasi Nyalindung dan Kaliwangu adalah salah
satu akumulasi dari lapisan Neogen laut dangkal yang terekspos di daratan
Jawa Barat dan singkapannya mewakili proses geologi yang penting dan
berharga dimana perubahan lingkungan yang mempengaruhi bagian Jawa
Barat selama Miosen hingga Pliosen dapat ditelurusi.
II. METODOLOGI
• Observasi lapangan
• Deskripsi dan pengukuran batuan Tersier
• Pengamatan struktur geologi
• Analisis petrografi  untuk mengetahui komposisi dari
batuan tersebut
III. FISIOGRAFI REGIONAL
Aktifitas geologi Jawa Barat menghasilkan beberapa zona
fisiografi yang satu sama lain dapat dibedakan berdasarkan
morfologi, petrologi, dan struktur geologinya. Van
Bemmelen (1949), membagi daerah Jawa Barat ke dalam 4
besar zona fisiografi, masing-masing dari utara ke selatan
adalah:
- Zona Dataran Pantai Jakarta
- Zona Bogor
- Zona Bandung
- Zona Pegunungan Selatan
Gambar 2. Fisiografi Regional Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949)
• Zona Dataran Pantai Jakarta berada di bagian utara Jawa, membentang barat-timur.
Daerah ini bermorfologi dataran dengan batuan penyusun terdiri atas aluvium
sungai/pantai dan endapan gunungapi muda.

• Zona Bogor terletak di sebelah selatan Zona Dataran Pantai Jakarta. Bermorfologi
perbukitan yang memanjang barat-timur. Batuan penyusun terdiri atas batuan
sedimen Tersier dan batuan beku baik intrusif maupun ekstrusif.
• Zona Bandung yang letaknya di bagian selatan Zona Bogor. Sebagian besar Zona
Bandung bermorfologi perbukitan curam yang dipisahkan oleh beberapa lembah
yang cukup luas. Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri atas batuan sedimen
berumur Neogen yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan vulkanik berumur
Kuarter. Akibat tektonik yang kuat, batuan tersebut membentuk struktur lipatan
besar yang disertai oleh pensesaran.

• Zona Pegunungan Selatan terletak di bagian selatan Zona Bandung. Pannekoek


(1946) menyatakan bahwa batas antara kedua zona fisiografi tersebut dapat diamati
di Lembah Cimandiri, Sukabumi. Perbukitan bergelombang di Lembah Cimandiri
yang merupakan bagian dari Zona Bandung berbatasan langsung dengan dataran
tinggi (plateau) Zona Pegunungan Selatan.
IV. TEKTONIK REGIONAL

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian


• Paparan Sunda dibatasi oleh kerak samudra di selatan dan pusat
pemekaran kerak samudra di timur. Bagian barat dibatasi oleh kerak
benua dan di bagian selatan dibatasi oleh batas pertemuan kerak samudra
dan benua berumur kapur (ditandai adanya Komplek Melange Ciletuh)
dan telah tersingkap sejak umur Tersier.

• Tektonik kompresi dan ekstensi dihasilkan oleh gaya tekan pergerakan


Lempeng Indo-Australia dan putaran Kalimantan ke utara, membentuk
rift dan half-graben sepanjang batas selatan Lempeng Paparan Sunda
pada Eosen-Oligosen (Hall, 1977).

• Karakter struktur di daratan terdiri dari perulangan struktur cekungan dan


tinggian, dari barat ke timur yaitu Tinggian Tangerang, Rendahan
Ciputat, Tinggian Rengasdengklok, Rendahan Pasir Putih, Tinggian dan
Horst Pamanukan-Kandanghaur, Rendahan Jatibarang dan Rendahan
Cirebon . Pola struktur batuan dasar di lepas pantai merupakan pola
struktur yang sama pada Cekungan Sunda, Cekungan Asri, Seribu
Platform, Cekungan Arjuna, Tinggian F, Cekungan Vera, Eastern Shelf,
V. STRATIGRAFI REGIONAL

Gambar 4. Stratigrafi Regional Jawa Barat (Martodjojo, 1984)


Martodjojo (1984) membagi daerah Jawa Barat menjadi 3
mandala sedimentasi, yaitu :
- Mandala Paparan Kontinen
- Mandala Cekungan Bogor
- Mandala Banten.

Dasar pembagian mandala ini yaitu berdasarkan ciri dan


penyebaran sedimen Tersier dari stratigrafi regional di Jawa
Barat.
VI. PEMBAHASAN
SELATAN CEKUNGAN (Miosen – Pliosen)

• Formasi Rajamandala (Oligosen Akhir – Awal Miosen)


Bagian bawah formasi ini memiliki hubungan menjemari dengan Formasi
Batuasih dan keduanya terletak tidak selaras di atas Formasi Bayah, tetapi di Teluk
Bayah formasi ini tidak ditemukan. Formasi ini hanya terdiri dari gamping yang
kadang-kadang berkembang sebagai terumbu.
• Formasi Jampang (Miosen Awal – Miosen Akhir)
Diendapkan endapan aliran gravitasi. Pada Miosen Awal, di daerah selatan diendapkan
Formasi Jampang yang terdiri dari breksi dan tuff, sedangkan di utaranya diendapkan
Formasi Citarum yang terdiri dari tuff dan greywacke. Kedua satuan ini merupakan satu
sistem kipas laut dalam, dengan Formasi Japngan adalah bagian dalam dan Formasi
Citarum merupakan bagian luar.
• Formasi Saguling (Miosen Tengah)
Diendapkan breksi yang ditutupi secara selaras oleh Formasi Bantargadung
(Miosen Tengah bagian akhir) berupa lempung dan greywacke.

• Formasi Nyalindung (Miosen Tengah)


Formasi ini diendapkan di laut dangkal ke lingkungan terestrial dalam Anggota
Bojonglopang dari Formasi Cimandiri. Bagian terbawah dari formasi ini
diidentifikasi mempunyai kontak dengan formasi yang lebih tua yaitu tuff pada
Formasi Jampang dan dibatasi di bagian atas oleh sesar normal (Sukamto, 1990).

• Formasi Cigadung (Miosen Akhir)


Endapan termuda di Cekungan Bogor berupa breksi, termasuk Formasi
Cigadung di bagian Lembah Cimandiri dan Formasi Cantayan di bagian
utara cekungan. Di atas Formasi Cantayan diendapkan secara tidak selaras
Endapan Vulkanik Plio-Pliostosen – Resen (Martodjojo, 1984).
UTARA CEKUNGAN (Miosen – Pliosen)

• Formasi Cibulakan (Miosen Tengah)


Ciri litologi berupa serpih karbonan berwarna coklat keabu-abuan dengan sisipan
serpih dan pasir tipis di bagian tengah, dan pasir gampingan berselang-seling dengan
napal dan lempung di bagian atas.
Lingkungan pengendapan dati formasi ini berupa marin dangkal.
• Formasi Bojongmanik (Miosen Tengah)
Lingkungan pengendapan berupa daerah transisi antara pantai sampai lagoon
(Martodjojo, 1984). Ciri litologi berupa batupasir, tuff batuapung, napal,
batugamping, dan batulempung (Effendi, 1998).
• Formasi Parigi
Ciri berupa satuan batugamping,
• Formasi Subang
Formasi Subang diendapkan secara selaras di atas Formasi Parigi. Citi litologi berupa
lempung berlapis yang semakin ke atas berubah menjadi pejal dan tak berlapis dan
lempung berwarna coklat.
Formasi Kaliwangu
• Formasi Subang ditutupi secara selaras oleh Formasi Kaliwangu.
Cikandung-Cipedes bagian dari Formasi Kaliwangu menjadi bagian bawah
formasi ini, dimana bagian terendah dari bagian ini dikenali oleh kontak
dengan Formasi Subang yang lebih tua. Selain itu juga ditandai oleh batu
pasir yang sangat halus, dimana ciri utamanya yaitu perselingan antara
lapisan batulempung dan batu pasir.
Analisis Stratigrafi Fisik

• Pada Miosen Tengah, endapan silisiklastik mengisi margin barat dan


pada Pliosen Awal terjadi pengisian sedimen dari margin timur yang
berasal dari Cekungan Bogor (Formasi Nyalindung), terdiri dari
kumpulan material laut yang menyusun lapisan terestrial.
• Analisis stratigrafi paleontologis dalam makalah ini berfokus pada
bagian bawah Formasi Nyalindung (Miosen Tengah) dan bagian atas
Formasi Kaliwangu (Awal Pliosen). Proses abrasi yang terjadi
menghasilkan litologi di formasi ini tersingkap.
• Selain itu struktur geologi, yaitu patahan dan lipat turut berperan.
Akan tetapi struktur ini cukup mempersulit rekonstruksi stratigrafi
fisik yang dapat didefinisikan dengan baik untuk formasi yang
bergantian dengan sedimen air tawar.
VII. KESIMPULAN
• Sebaran batuan sedimen berumur Pliosen-Miosen di
Cekungan Bogor terbagi menjadi daerah Utara dan
Selatan
• Bagian selatan: Formasi Rajamandala, Formasi Jampang,
Formasi Saguling, Formasi Nyalindung, dan Formasi
Cigadung. Ditunjukkan oleh litologi batugamping, breksi,
dan tuff.
• Bagian utara : Formasi Cibulakan, Formasi Bojongmanik,
Dormasi Parigi, Formasi Subang, Formasi Kaliwangu.
Ditunjukkan oleh litologi batupasir, tuff batuapung, napal,
batugamping, dan batulempung.
DAFTAR PUSTAKA
Aswan, Elina Sulfiati, Desti Kistiani, Irman Budi Abdurrahman,
Wahyu Dwijo Santoso, Alfend Rudyawan, Thaw Zin Oo. "Late
Miocene Molluscan Stage of Jawa Insight from New Field
Studies." IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science
71(2017) 012031 (2017).
Aswan, Emmy Suparka, Sonia Rijani, Dessy Sundari, Emma Yan
Patriani. "Asymmetrical condition of the Bogor Basin (West
Jawa, Indonesia) during the Middle Miocene to Pliocene based
on taphonomic study of shellbed and its sequence
architecture." Bulletin of the Geological Survey of Japan,
vol.59 (7/8) (2008): p. 319-325.
Iyan Haryanto, Edy Sunardi, Adjat Sudrajat, Edi Tri Haryanto, Faisal
Helmi, Dody Firmansyah,. "Geology Of Pasir Malati, West
Java, Indonesia." The 2nd International Conference and the
1st Joint Conferenvce (2015): p. 157-162.

Anda mungkin juga menyukai