Anda di halaman 1dari 8

LATAR BELAKANG

ANITA YUSUF

14620944
• Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja,
dan kapan saja. Sudah menjadi tugas petugas
kesehatan untuk menangani masalah tersebut,
walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan
kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah
yang sulit dijangkau petugas kesehatan, maka pada
kondisi tersebut, peran serta masyarakat untuk
membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas
kesehatan menjadi sangat penting (Sudiharto &
Sartono, 2011).
• Henti jantung (cardiac arrest) dan kasus darurat yang
mengancam nyawa merupakan masalah kesehatan
global yang sangat penting, dimana penilaian awal
yang cepat dan respon yang benar dan cepat dapat
mencegah kematian atau kecacatan permanen (Lami,
Nair, & Gadhvi, 2016).
• Data terakhir world health organization (WHO)
menyebutkan bahwa serangan jantung masih menjadi
pembunuh manusia nomor satu di negara maju dan
berkembang dengan menyumbang 60 persen dari
seluruh kematian. Henti jantung menjadi penyebab
utama kematian di beberapa negara. Terjadi baik di
luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit.
Diperkirakan sekitar 350.000 orang meninggal per
tahunnya akibat henti jantung di Amerika dan
Kanada. Perkiraan ini tidak termasuk mereka yang
diperkirakan meninggal akibat henti jantung dan
tidak sempat dilakukan resusitasi.
• Orang awam yang sudah terlatih dalam melakukan
BLS biasanya mempunyai kecenderungan untuk
lebih percaya diri dan mampu melakukan prosedur
BLS apabila menemukan situasi serangan jantung
(Tanigawa, et al, 2011).
• Remaja dengan usia antara 13-14 tahun dapat
melakukan kompresi dada seperti yang dilakukan
oleh orang dewasa. Untuk mencapai tujuan
meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dari
serangan jantung, maka perlu adanya pelatihan untuk
melatih siswa sekolah menengah atas tentang BLS
(Jones et al (2007)
• Remaja yang berada dalam perkembangan pada
ukuran tubuh, kekuatan, psikologis, kemampuan
reproduksi, mudah untuk termotivasi dan cepat
belajar, diharapkan dapat menjadi bystander di
lingkungannya. Karakteristik tersebut dapat
ditemukan pada remaja di tingkat sekolah menengah
atas.
• Peningkatan jumlah orang yang terlatih dalam BLS di
sekolah menengah atas memberikan akses yang besar
untuk masuk dalam masyarakat. Hal tersebut dapat
meminimalkan keengganan dan meningkatkan
motivasi seseorang dalam melakukan tindakan BLS.
• Lebih baik mengetahui pertolongan pertama dan
tidak memerlukannya daripada memerlukan
pertolongan pertama tetapi tidak mengetahuinya.
Setiap orang harus mampu melakukan pertolongan
pertama, karena sebagian besar orang pada akhirnya
akan berada dalam situasi yang memerlukan
pertolongan pertama untuk orang lain atau diri
mereka sendiri (Thygerson, 2009).
• Tujuan penelitian adalah :
Pengaruh pelatihan basic life support terhadap
tingkat motivasi menolong korban henti jantung
pada remaja sekolah menengah ke atas.

Anda mungkin juga menyukai