Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

KELAINAN REFRAKSI MATA

Pembimbing :
dr. Retno Wahyuningsih, Sp. M

Disusun Oleh :
Amri Ashshiddieq 1810221009

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
MARET 2019
Gangguan penglihatan adalah salah satu
keluhan utama yang menyebabkan seorang
pasien datang ke dokter mata. Gangguan
penglihatan tersebut sebagian sangat erat
kaitannya dengan refraksi. Mata dapat
dianggap sebagai kamera, yang terdiri dari
media refrakta dengan retina sebagai filmnya.
1
Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Alamat : Srumbung Gunung 03/02, Poncoruso
Pekerjaan : IRT
ANAMNESIS
■ Keluhan Utama:
Pandangan kurang jelas saat membaca
■ Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh penglihatan kedua mata kabur terutama pada
saat membaca Al Qur’an. Pandangan terasa lebih jelas jika
bacaan di jauhkan. Keluhan dialami sejak ± 1 tahun ini. keluhan
dirasakan semakin lama makin memburuk. Keluhan juga
disertai mata yang cepat lelah (+), berair (+), dan terasa pedih
serta sakit kepala saat melihat objek dekat dalam waktu yang
lama, keluhan mata merah (-), nrocos (-), pandangan silau (-),
kotoran mata (-), penglihatan berkabut (-). Mual (-), muntah (-).
ANAMNESIS
■ Riwayat Penyakit Dahulu: ■ Riwayat Sosial Ekonomi:
– Pasien adalah seorang ibu rumah
– Riwayat trauma di mata disangkal tangga
– Riwayat operasi pada mata disangkal – Suami bekerja sebagai satpam
– Riwayat sakit kencing manis disangkal – Biaya pengobatan ditanggung BPJS
– Riwayat hipertensi disangkal – Kesan : sosial ekonomi cukup

– Riwayat pemakaian kacamata


sebelumnya disangkal
■ Riwayat Penyakit Keluarga:
– Riwayat Hipertensi disangkal
– Riwayat sakit kencing manis pada
keluarga disangkal
PX FISIK
■ Keadaan umum : Baik
■ Kesadaran : Compos mentis
■ Tanda vital : TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,80 C
Nadi : 84 x/menit, regular kuat angkat RR : 20 x/menit
■ Status Generalis:
– Kepala : mesosefal
– Thoraks : Cor: tidak ada kelainan , Paru: tidak ada kelainan
– Abdomen : tidak ada kelainan
– Ekstremitas : tidak ada kelainan
PX FISIK
Status oftalmologi Oculus Dextra Oculus Sinistra
Visus Normal 6/20 6/10
Auto Refraction S-1,25 C-0.25 A 40 S-1,00 C 0,00 A
Koreksi Kacamata S-0,75  6/6 S-0,50  6/6
Bola mata Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerak bola mata Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Palpebra superior Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Palpebra inferior Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Conjungtiva Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Sklera Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Cornea Jernih Jernih
Pupil Bentuk bulat, ukuran Bentuk bulat, ukuran
3mm, isokor, reflex 3mm, isokor, reflex
cahaya positif cahaya positif
RESUME
■ Anamnesis : ± 1 tahun SMRS, pasien mengeluh penurunan visus okuli dextra et sinistra terutama
pada saat melihat jauh. Okuli dextra terasa lebih kabur dibandingkan dengan okuli sinistra. Hiperemis
(-), lakrimasi (-), fotofobia (-), sekret (-). Pandangan terasa lebih jelas bila pasien mengakomodasikan
okuli dextra et sinistra, pusing (-). Pasien rutin beraktivitas jarak dekat (+). Pasien telah diberi
kacamata minus, namun sering tidak digunakan. ± 1 bulan terakhir, pasien merasa tidak nyaman saat
menggunakan kacamata tersebut.
■ Pemeriksaan Fisik : dalam batas normal

Status Oftalmologi Oculus Dextra Oculus Sinistra

Visus Normal 6/20 6/10

Auto Refraction S-1,25 C-0.25 A 40 S-1,00 C 0,00 A

Koreksi Kacamata S-0,75  6/6 S-0,50  6/6


Diagnosis

ODS MIOPI
RINGAN
TATALAKSANA
Edukasi
Resep kacamata sesuai koreksi
■ Menjelaskan pada penderita tentang
Jarak Pupil : Untuk Jauh: 61 mm penyakit, rencana terapi, dan prognosisnya.
Untuk Dekat: 59 mm ■ Menjelaskan bahwa pasien tidak boleh
membaca sambil tiduran, tidak boleh
membaca di tempat remang-remang/cahaya
kurang, tidak boleh aktivitas di depan
Sph Cylinder Prisma Sph Cylinder Prisma monitor dalam jarak yang terlalu dekat.
D D as gr bas D D as gr bas ■ Kecocokan dengan kacamata yang
diresepkan sekarang bisa berubah sewaktu-
-0,75 -0,50
waktu karena perubahan struktur bola
mata.
■ Menjelaskan tentang pentingnya memakai
kacamata yang sesuai dengan koreksi dan
menjelaskan tentang komplikasi yang akan
terjadi bila tidak memakai kacamata yang
tidak sesuai dengan koreksi.
RESUME

Prognosis
– Quo ad vitam : ad bonam
– Quo ad sanam : dubia ad bonam
– Quo ad functionam : ad bonam
2 TINJAUAN PUSTAKA

Media Refrakta

Kornea

Aquos Humor
Lensa

Vitreous Humor

Kekuatan refraksi terpusat di kornea sebesar 42 Dioptri


Mekanisme Akomodasi

Teori
Helmholtz (B)

Teori Tchernig
(C)
Visus dan Snellen Chart
Status Refraksi
Emetropia
Hipermetropi
Miopi
Astigmatisma hipermetropi simpleks
Astigmatisma hipermetropi kompositus
Astigmatisma miopi simplek
Astigmatisma miopi kompositus
Astigmatisma mikstus
Hipermetropi
Keadaan ini merupakan kelainan refraksi dimana dalam keadaan mata tidak
berakomodasi, semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda pada jarak tak hingga
dibiaskan dibelakang retina dan sinar divergen yang datang dari benda-benda pada jarak dekat
difokuskan (secara imajiner) lebih jauh lagi di belakang retina.

Hipermetropi Indeks
Hipermetropi Aksial

Hipermetropi
Manifes Hipermetropi Laten
Hipermetropi Total
Contoh kasus
Pasien dengan visus 5/10. Dengan koreksi S+0,50 D visus menjadi 5/7,5.
Dengan S+1,00 D visus menjadi 5/5. Saat ini pasien baru dikoreksi hipermetropi manifes
fakultatif. Visus dapat menjadi 5/5 karena ada akomodasi. Apabila koreksi dinaikkan
menjadi S+1,25 D visus pasien tetap 5/5, dan dengan S+1,50 D visus juga tetap 5/5.
Terakhir dengan memperbesar koreksi hingga S+1,75 D visus turun kembali, menjadi
5/7,5.
Koreksi S +1,00 D merupakan koreksi hipermetropi fakultatif, sedangkan koreksi
S +1,50 D merupakan koreksi hipermetropi fakultatif dan absolut; yang kedua ini disebut
juga hipermetropi manifes
Miopia
Merupakan kelainan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari jarak
tak terhingga difokuskan di depan retina oleh mata dalam keadaan tanpa akomodasi,
sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Cahaya yang datang
dari jarak yang lebih dekat, mungkin difokuskan tepat di retina, tanpa akomodasi.

Miopi Indeks
Miopi Aksial
Miopi
Kurvatura
Miopi
Penanganan miopia bisa dikoreksi dengan lensa sferis negatif terkecil yang
memberikan visus 6/6. Variasi koreksi yang bisa diberikan adalah sebagai berikut. Untuk
miopia ringan-sedang, diberikan koreksi penuh yang harus dipakai terus menerus baik
untuk penglihatan jauh maupun dekat. Untuk orang dewasa, dimana kekuatan miopia-nya
kira-kira sama dengan derajat presbiopianya, mungkin dapat membaca dengan
menanggalkan kacamatanya.
Pada miopia tinggi, mungkin untuk penglihatan jauh diberikan pengurangan
sedikit dari koreksi penuh (2/3 dari koreksi penuh) untuk mengurangi efek prisma dari
lensa yang tebal.
Astigmatisma
Merupakan kelainan refraksi mata, dimana didapatkan bermacam-macam derajat
refraksi pada bermacam-macam meridian, sehingga sinar sejajar yang datang pada mata
itu akan difokuskan pada macam-macam fokus pula.

Reguler Miopi simpleks, miopi kompositus,


hipermetropi simpleks, hipermetropi
Irreguler kompositus, miksitus
Astigmatisma
Koreksi mata astigmatisma prinsipnya adalah menyatukan kedua fokus utama
(dengan koreksi lensa silindris). Penentuan aksis lensa silindris dinyatakan dengan derajat
dan dihitung berlawan arah perputaran jarum jam; 0o pada arah pukul 3, 90° pada arah
pukul 12, 180o pada pukul 9.
Presbiopi
Merupakan keadaan refraksi mata, dimana punctum proximum telah begitu jauh,
sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca, dan menjahit sukar dilakukan.
Proses ini merupakan keadaan fisiologis, terjadi pada setiap mata, dan tidak dianggap
sebagai suatu penyakit.
Sepanjang hidup terjadi pengerasan sedikit demi sedikit pada lensa, dimulai dari
nucleus. Ini menyebabkan lensa mendapat kesukaran dalam mengubah bentuknya pada
penglihatan dekat untuk menambah daya biasnya karena lensa tak kenyal lagi. Dengan
demikian daya akomodasinya berkurang akibat proses sklerosis ini. Ditambah lagi dengan
daya kontraksi dari otot siliar yang berkurang sehingga pengendoran dari zonula Zinnii
menjadi tidak sempurna.
Presbiopi
Di Indonesia, terjadi biasanya mulai pada umur 40 tahun. Kekuatan akomodasi
pada berbagai umur menurut Duane adalah sebagai berikut. Anak usia 10 tahun 13,4 D;
15 tahun 12,3 D; 20 tahun 11,2 D; 25 tahun 10 D; 30 tahun 8,7 D; 35 tahun 7,3 D; 40
tahun 5,7 D; 45 tahun 3,9 D; 50 tahun 2,1 D; 55 tahun 1,4 D; dan 60 tahun 1,2 D.
Presbiopi
Penanganan presbiopia diperlukan kacamata sferis positif yang besarnya
tergantung dari umurnya. Penderita presbiopia harus dikoreksi dahulu penglihatan
jauhnya, sampai sebaik-baiknya, baru kemudian diberikan kacamata presbiopianya yang
sesuai dengan usianya, untuk kedua mata dengan kekuatan yang sama.
Contoh Mata kanan dengan koreksi S -1D visus 6/6, mata kiri dengan S -0,5D
visus 6/6. Umurnya 45 tahun. Jadi, pada kedua matanya harus ditambahkan S +1,5 untuk
penglihatan dekatnya. Jadi resep kacamatanya ditulis demikian. Kacamata jauh: OD S -
1,00 D OS S -0,50 D adisi S+1,50 D ODS
Anisometropi
Merupakan keadaan dimana didapatkan perbedaan status refraksi pada kedua
mata. Derajat perbedaannya bisa kecil sampai besar. Misalnya OD emetropia – OS
ametropia, kedua-duanya miopik atau hipermetropi tetapi dengan dengan perbedaan
derajat yang besar, atau satu mata miopik yang lain hipermetropi yang disebut dengan
antimetropia.
Penanganan anisometropia Kalau satu mata emetrop dan mata yang lain
ametrop, kacamata diperlukan supaya mata yang ametrop tidak menjadi rusak karena
tidak dipakai (ambliopia ex anopsia) dan untuk menghindarkan astenopia.
Aniseikonia
Merupakan keadaan dimana bayangan di kedua retina tidak sama besar atau
bentuknya, sehingga menimbulkan kesukaran dalam usaha otak untuk menyatukan dua
bayangan yang tidak sama itu, yang dapat menimbulkan keluhan astenopia yang tidak
dapat disembuhkan dengan pemberian kacamata, bagaimanapun baiknya koreksi
dilakukan. Anisometropia yang hebat dapat menimbulkan aniseikonia.
Penanganan aniseikonia dengan lensa aniseikonik, yaitu lensa yang ditambah
tebalnya dan lengkungannya atau terdiri dari lensa double yang dilengketkan satu sama
lain dan diantaranya ada celah udara. Lensa ini dimaksudkan untuk menyamarkan besar
dan bentuk bayangan di retina pada kedua mata.
Afakia
Afakia adalah ketiadaan lensa, biasanya karena diambil (misal pada operasi
katarak). Bisa juga berkaitan dengan suatu sindrom kongenital. Pada orang yang tadinya
emetropik, maka akan timbul hipermetropi kira-kira 10 D setelah operasi.
Kekuatan lensa mata asli (lensa kristalina) kira-kira 20 D. Tetapi koreksinya
dengan kacamata afakia besarnya hanya separuh yaitu 10 D. Hal ini disebabkan oleh jarak
antara kacamata afakia ke retina adalah dua kali jarak lensa asli ke retina (penambahan
jarak verteks, jarak lensa-retina).
Bedah Refraktif
Laser-assisted In Situ Keratomileusis (LASIK)

LASIK pertama kali dilakukan oleh Pallikaris di


tahun 1990. Laser excimer yang digunakan mampu
menghasilkan hasil optis yang lebih baik karena laser
excimer mengablasi jaringan dalam ketepatan
submikron dan laser ini tidak menyebabkan deformasi
jaringan selama proses pemahatan refraktif. Selain itu
kita bisa mendapatkan zona optis yang lebih luas.
Pembahasan
Pasien didiagnosa miopi ringan berdasarkan hasil anamnesis keluhan berupa
kedua penglihatan jauh yang kabur, factor resiko berupa sering membaca sambil tiduran
yang akan terus menerus memaksa mata untuk berakomodasi maksimal sehingga bentuk
daripada bola mata menjadi lebih lonjong dan melakukan aktivitas seperti menggunakan
computer dan menonton televisi >1 jam yang akan menyebabkan kelelahan pada mata.
Jika hal ini dilakukan terus menerus maka akan mengubah bentuk dari pada bola mata
sehingga titik focus bayangan yang masuk kemata jatuh didepan retina lalu dibiaskan lagi
ke retina sehingga penglihatan akan menjadi kabur. Faktor genetic yang diturunkan dari
kedua orangtua pasien juga sangat mempengaruhi daripada bentuk bola mata pasien.
Pembahasan
Miopia adalah kondisi di mana objek yang dekat terlihat lebih jelas pada mata
daripada objek yang jauh yang disebabkan karena mata miopia memiliki kekuatan optik
yang lebih besar akibat memanjangnya sumbu bola mata. Umumnya miopia pertama kali
terjadi pada usia sekolah karena bola mata masih mengalami pertumbuhan dan berhenti
progresivitasnya pada usia sekitar 20 tahun.
Terapi yang paling memungkinkan adalah penggunaan kacamata dengan lensa
bikonkaf. Lensa ini akan membuat bayangan jatuh tepat diretina sehingga visus pasien
akan kembali menjadi 6/6. Selain penggunaan kacamata, factor resiko seperti membaca
sambil tiduran, menonton telivisi dan menggunakan computer sebaiknya dikurangi agar
mata tidak cepat lelah.

Anda mungkin juga menyukai