Anda di halaman 1dari 56

Gangguan kognitif pada

orang tua
Kelompok TPP 7 Blok 14
Latar Belakang
 Lansia adalah suatu tahap terakhir dari siklus hidup
manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan
yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh
setiap individu, namun kemunduran fungsi pada usia
lanjut dapat dihambat.
 Adanya gangguan kognitif menunjukkan terjadinya
gangguan fungsi otak. Sekitar 10% orang tua yang
berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang
lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan kognitif,
dimana akan dijumpai gangguan yang ringan sampai
terjadinya demensia (Yaffe dkk, 2001).
Rumusan Masalah
 Bagaimana cara mendiagnosis gangguan kognitif
pada usia tua?
 Apa saja faktor resiko dari gangguan kognitif pada
orang tua?
 Apa saja gejala klinis yang terdapat pada pasien
gangguan kognitif?
 Apa tatalaksana yang di dapatkan pasien gangguan
kognitif?
 Bagaimana activity daily life dari pasien gangguan
kognitif?
 Bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien
demensia ?
Tujuan
 Mengetahui gambaran umum gangguan kognitif secara
langsung pada lansia
 Mengetahui cara mendiagnosis gangguan kognitif
pada orang tua
 Mengetahui gejala klinis yang terdapat dari pasien
gangguan kognitif
 Mengetahui tatalaksana pada pasien gangguan
kognitif
 Mengetahui activity daily life pada pasien gangguan
kognitif
 Mengetahui dukungan keluarga terhadap pasien
demensia
Manfaat
 Mahasiswa dapat mengetahui gambaran umum
gangguan kognitif secara langsung pada lansia
 Mahasiswa dapat mengetahui cara mendiagnosis
gangguan kognitif pada orang tua
 Mahasiswa dapat mengetahui gejala klinis yang
terdapat dari pasien gangguan kognitif
 Mahasiswa dapat mengetahui tatalaksana pada
pasien gangguan kognitif
 Mahasiswa dapat mengetahui activity daily life pada
pasien gangguan kognitif
 Mahasiswa dapat mengetahui dukungan keluarga
terhadap pasien demensia
Kognitif adalah…
 Kemampuan berpikir dan meberikan rasional
termasuk proses belajar, mengingat menilai,
orientasi, persepsi dan memperhatikan. Fungsi
kognitif adalah kemampuan mental yang terdiri
dari atensi, kemampuan berbahasa, daya ingat,
kemampuan visuospasial, kemampuan membuat
konsep dan intelegensi.

(Kaplan, 2010)
Alat ukur penurunan kognitif
 MMSE (Mini Mental State Examination )
 MoCA-Ina (Montreal Cognitive Assesment)
Metode Pelaksanaan
 Lokasi : Panti Jompo Tresna Werdha Teratai
 Alamat : Jl. Sukajaya KM 6 Palembang
 Hari&tgl : 3 Oktober 2015
 Jam : 13.00 WIB sampai selesai
Pasien 1
Nama :S
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Sukajaya, Palembang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MMSE
 Orientasi : 5, 5
 Registrasi :3
 Perhatian dan kalkulasi :1
 Mengingat kembali :0
 Bahasa : 2, 1, 3, 3

 Total : 23 (gangguan kognitif ringan)


MoCA-Ina
 Visuospasial/eksekutif : 4
 Penamaan :3
 Atensi :3
 Bahasa :1
 Abstraksi :2
 Delayed recall :0
 Orientasi :6
 Total : 19 + 1 (pendidikan <12thn) : 20
(abnormal)
MoCA-Ina
pada
pasien
pertama
(Ny. S)
 Pada Ny. S kemungkinan faktor resiko nya adalah
usia tua. Hal ini sesuai dengan teori menurut
National Colaborating Centre for Mental Heatlh,
2007 yang mengatakan bahwa faktor yang tidak
dapat dikendalikan yaitu usia tua, genetik, jenis
kelamin perempuan, gangguan intelektual.
 Ny. S tidak mendapatkan dukungan keluarga
meliputi dukungan informasional, dukungan
emosional dan dukungan instrumental  Friedman,
1998 pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan
rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan
termasuk keluarga. Keluarga harus senantiasa
memberikan suasana aman, tidak gaduh, dan
membiarkan lansia untuk melakukan kegiatan
dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya
 Berdasarkan hasil wawancara Ny. S juga
mengatakan bahwa beliau tidak mengkonsumsi
obat-obatan seperti anti psikotik, anxiolitik, anti
depresan dll. Ny. S juga mengatakan tidak pernah
menjalankan serangkain terapi seperti terapi
terhadap lingkungan, terapi psikologis, dan terapi
kemampuan bahasa.
 Berdasarkan hasil pemeriksaan mini mental state
examination Ny. S mendapatkan total score 23,
yang apabila dikaitkan dengan teori menurut
Lumbantobing, 2001 mengatakan bahwa nilai 21-
23 adalah gangguan kognitif ringan.
 Hasil score total dari pemeriksaan MoCA-Ina pada
Ny, S adalah 20 dimana bila berdasarkan teori
menurut Sacktor 2005 merupakan abnormal.
 Pada pemerikaan ADL di dapatkan score 20
dimana bila berdasarkan dengan teori
mengatakan bahwa nilai 20 adalah mandiri.
Berdasarkan teori menurut Pratikwo et al, 2006
mengatakan bahwa penting diketahui bahwa
walaupun usia semakin bertambah sebaiknya lansia
tetap mendapatkan quality of life yang tetap baik.
 Berdasarkan teori menurut Putri, 2011 mengatakan
bahwa Kemandirian dalam melakukan ADL pada
lansia dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Hal tersebut berbeda dengan teori dimana pada
pasien yang tingkat pendidikan rendah juga dapat
memiliki ADL yang baik (mandiri).
Pasien 2
Nama :M
Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Sukajaya, Palembang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MMSE
 Orientasi :0
 Registrasi :3
 Perhatian dan kalkulasi :0
 Mengingat kembali :0
 Bahasa : 2, 1, 0, 0

 Total : 6 (gangguan kognitif berat)


MoCa-Ina
 Visuospasial/eksekutif : 1
 Penamaan :1
 Atensi :2
 Bahasa :2
 Abstraksi :0
 Delayed recall :0
 Orientasi :0
 Total : 6 + 1(pendidikan <12thn) : 7 (abnormal)
MoCA-Ina
pada
pasien
pertama
(Ny. M)
 Pada Ny. S kemungkinan faktor resiko nya adalah
usia tua. Hal ini sesuai dengan teori menurut
National Colaborating Centre for Mental Heatlh,
2007 yang mengatakan bahwa faktor yang tidak
dapat dikendalikan yaitu usia tua, genetik, jenis
kelamin perempuan, gangguan intelektual.
 Ny. M mengalami kehilangan daya ingat yang
secara bertahap, dan juga lupa cara menggunakan
benda. Menurut Nugroho, 2003 gejala klasik
penyakit demensia alzheimer adalah kehilangan
memori (daya ingat) yang terjadi secara bertahap,
termasuk kesulitan menemukan atau menyebutkan
kata yang tepat, tidak mampu mengenali objek,
lupa cara menggunakan benda biasa dan
sederhana  Ny. M termasuk ke dalam jenis
demensia tipe Alzheimer karena Ny. M memiliki
gejala-gejala tersebut
 Pada Ny. M kemungkinan faktor resikonya adalah
usia tua. Hal ini sesuai dengan teori menurut
National Colaborating Centre for Mental Heatlh,
2007 yang mengatakan bahwa faktor yang tidak
dapat dikendalikan yaitu usia tua, genetik, jenis
kelamin perempuan, gangguan intelektual
 Ny. M tidak mendapatkan dukungan keluarga
meliputi dukungan informasional, dukungan
emosional dan dukungan instrumental  Friedman,
1998 pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan
rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan
termasuk keluarga. Keluarga harus senantiasa
memberikan suasana aman, tidak gaduh, dan
membiarkan lansia untuk melakukan kegiatan
dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya
 Berdasarkan hasil wawancara Ny. M juga
mengatakan bahwa beliau tidak mengkonsumsi
obat-obatan seperti anti psikotik, anxiolitik, anti
depresan dll. Ny. M juga mengatakan tidak pernah
menjalankan serangkain terapi seperti terapi
terhadap lingkungan, terapi psikologis, dan terapi
kemampuan bahasa.
 Berdasarkan hasil pemeriksaan mini mental state
examination Ny. M mendapatkan total score 16,
yang apabila dikaitkan dengan teori menurut
Lumbantobing, 2001 mengatakan bahwa nilai
score 10-20 adalah gangguan kognitif ringan.
 Hasil score total dari pemeriksaan MoCA-Ina pada
Ny, W adalah 4 dimana bila berdasarkan teori
menurut Sacktor 2005 merupakan abnormal.
 Pada pemerikaan ADL di dapatkan score 17
dimana bila berdasarkan dengan teori
mengatakan bahwa nilai 17 adalah
ketergantungan ringan. Berdasarkan teori menurut
Pratikwo et al, 2006 mengatakan bahwa penting
diketahui bahwa walaupun usia semakin bertambah
sebaiknya lansia tetap mendapatkan quality of life
yang tetap baik
 Berdasarkan teori menurut Putri, 2011 mengatakan
bahwa Kemandirian dalam melakukan ADL pada
lansia dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Hal tersebut berbeda dengan teori dimana pada
pasien yang tingkat pendidikan rendah juga dapat
memiliki ADL yang baik (mandiri).
Pasien 3
Nama :W
Umur : 69 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Sukajaya, Palembang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MMSE
 Orientasi : 2, 2
 Registrasi :3
 Perhatian dan kalkulasi :0
 Mengingat kembali :3
 Bahasa : 2, 1, 3, 0

 Total : 16 (gangguan kognitif sedang)


MoCa-Ina
 Visuospasial/eksekutif : 0
 Penamaan :2
 Atensi :0
 Bahasa :0
 Abstraksi :0
 Delayed recall :0
 Orientasi :3
 Total : 5 + 1(pendidikan <12thn) : 6 (abnormal)
MoCA-Ina
pada
pasien
pertama
(Ny. M)
 Pada Ny. W kemungkinan faktor resikonya adalah
usia tua. Hal ini sesuai dengan teori menurut
National Colaborating Centre for Mental Heatlh,
2007 yang mengatakan bahwa faktor yang tidak
dapat dikendalikan yaitu usia tua, genetik, jenis
kelamin perempuan, gangguan intelektual
 Ny. W tidak mendapatkan dukungan keluarga
meliputi dukungan informasional, dukungan
emosional dan dukungan instrumental  Friedman,
1998 pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan
rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan
termasuk keluarga. Keluarga harus senantiasa
memberikan suasana aman, tidak gaduh, dan
membiarkan lansia untuk melakukan kegiatan
dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya
 Berdasarkan hasil wawancara Ny. W juga
mengatakan bahwa beliau tidak mengkonsumsi
obat-obatan seperti anti psikotik, anxiolitik, anti
depresan dll. Ny. M juga mengatakan tidak pernah
menjalankan serangkain terapi seperti terapi
terhadap lingkungan, terapi psikologis, dan terapi
kemampuan bahasa.
 Berdasarkan hasil pemeriksaan mini mental state
examination Ny. W mendapatkan total score 16,
yang apabila dikaitkan dengan teori menurut
Lumbantobing, 2001 mengatakan bahwa nilai
score 10-20 adalah gangguan kognitif ringan.
 Hasil score total dari pemeriksaan MoCA-Ina pada
Ny, W adalah 5 dimana bila berdasarkan teori
menurut Sacktor 2005 merupakan abnormal.
 Ny. W tidak dapat melakukan mengikuti perintah
dari pemeriksaan atensi dengan benar sehingga
NY. W mendapatkan score 0. Ny.W mengalami
gangguan pada proses belajar (learning) yang
ditandai dengan kesulitan untuk mengerti pada
saat tes atensi. Hal ini sesuai dengan teori menurut
kusumoputro, 2001 salah satu kriteria diagnosis
MCI adalah gangguan pada proses belajar
(learning).
 Ny. W juga sangat kesulitan untuk mengingat
kembali kata-kata yang sudah diucapkan ketika
diberi selang waktu 5 menit kemudian walaupun
sudah diberi bantuan. Hal ini sesuai dengan dengan
teori menurut Kusumoputro, 2001 yang
mengatakan bahwa salah satu kriteria diagnosis
MCI adalah delayed recall atau mengalami
kesulitan mengingat kembali sebuah informasi
walaupun telah diberikan bantuan isyarat.
 Pada pemerikaan ADL di dapatkan score 20
dimana bila berdasarkan dengan teori
mengatakan bahwa nilai 20 adalah mandiri.
Berdasarkan teori menurut Pratikwo et al, 2006
mengatakan bahwa penting diketahui bahwa
walaupun usia semakin bertambah sebaiknya lansia
tetap mendapatkan quality of life yang tetap baik.
 Berdasarkan teori menurut Putri, 2011 mengatakan
bahwa Kemandirian dalam melakukan ADL pada
lansia dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Hal tersebut berbeda dengan teori dimana pada
pasien yang tingkat pendidikan rendah juga dapat
memiliki ADL yang baik (mandiri).
Kesimpulan
 Cara mendiagnosis gangguan kognitif pada usia tua
adalah dengan cara menggunakan Mini Mental Examination
State dan MoCA-INA.
 Apabila nilai pada Mini Mental Examination state antara 25-30
berarti termasuk normal. Ketika nilai 21-24 termasuk gangguan
kognitif ringan
 Pada penilaian Mini Mental Examination State, pasien pertama
mendapatkan nilai 23 yang merupakan termasuk gangguan kognitif
ringan.
 Pada penilaian Mini Mental Examination State, pasien kedua
mendapatkan nilai 6 yang merupakan termasuk gangguan kognitif
berat.
 Pada penilaian Mini Mental Examination State, pasien ketiga
mendapatkan nilai 16 yang merupakan termasuk gangguan kognitif
sedang.
 Apabila nilai pada MoCA-INA antara 26-30 berarti
termasuk normal. Ketika nilai kurang dari 26 maka
interpretasinya abnormal.
 Padaif penilaian MoCA-INA, pasien pertama mendapatkan
nilai 20 yang merupakan termasuk abnormal.
 Pada penilaian MoCA-INA, pasien kedua mendapatkan
nilai 4 yang merupakan termasuk abnormal.
 Pada penilaian MoCA-INA, pasien ketiga mendapatkan
nilai 5 yang merupakan termasuk abnormal.
 Faktor resiko pada ketiga tidak diketahui secara
jelas, namun kemungkinan di karenakan usia tua.
 Ketiga pasien memiliki gejala klinis yang berbeda-
beda.
 Pada pasien pertama ditemukan gangguan memori
karena pada saat delayed recall pasien tidak bisa
mengingat kata-kata yang telah disebutkan pada tes
memori.
 Pada pasien kedua ditemukan gangguan pada fungsi
visuopatial, penamaan, atensi. Pasien juga mengalami
gangguan memori karena tidak bisa mengingat kata-
kata yang telah disebutkan pada tes memori dan
gangguan orientasi karena tidak bisa mengetahui
tanggal, bulan, dan tahun yang benar.
 Pada pasien ketiga ditemukan gangguan pada fungsi
visuopatial, penamaan, atensi. Pasien juga mengalami
gangguan memori karena tidak bisa mengingat kata-
kata yang telah disebutkan pada tes memori dan
gangguan orientasi karena tidak bisa mengetahui
tanggal, bulan, dan tahun yang benar
 Tatalaksana yang dilakukan oleh pasien pertama dan
tidak ada karena pasien tidak merasakan adanya
keluhan yang menganggu sehingga tidak berkonsultasi
ke dokter dan tidak pernah menjalani terapi.
 Penilaian Activity daily life menggunakan indeks
barthel. Pada pasien pertama dan ketiga didapatkan
nilai 20 dimana interpretasinya mandiri. Berbeda
dengan pasien kedua yang mendapatkan 17 yang
termasuk ketergantungan ringan.
 Pada ketiga pasien tidak mendapatkan dukungan
keluarga. Pasien pertama memiliki anak tetapi
tidak mau mengurusi pasien. Sedangkan pasien
ketiga dan kedua tidak memiliki anak karena
anaknya meninggal dunia.
Saran
 Adapun saran pada pelaksanaan Tugas
Pengenalan Profesi kali ini adalah:
 Diharapkan kepada semua anggota kelompok TPP lebih
memahami materi sehingga dapat menggali informasi yang lebih
baik lagi pada saat pelaksanaan TPP.
 Pada pelaksanaan TPP selanjutnya diharapkan peserta TPP
dapat meningkatkan kerja sama baik dari awal pembuatan
proposal hingga dilaksanakannya sidang pleno TPP.
Salah satu pasien di panti werdha
Proses
wawancara
pasien di
panti werda
Proses wawancara terhadap salah satu pasien di panti
werda
Proses
wawancara
di panti
werda
Foto bersama dengan pasien panti werdha

Anda mungkin juga menyukai