Anda di halaman 1dari 26

TEORI GELOMBANG

Formulasi Persamaan Pengatur

Persamaan gerak gelombang Menurut Airy


(1845) dalam Nuryuwono 1992),
memperkenalkan teori gelombang amplitudo
kecil (small amplitude wave theory), sehingga
teori ini sering disebut gelombang air. Teori
gelombang ini diturunkan dari persamaan
Laplace dengan asumsi bahwa sifat-sifat
fluida dianggap tidak termampatkan
(incompressible), tidak kental (inviscid),
gerakannya tanpa gesekan (frictionless),
gerakannya tidak berputar (irrotational),
kerapatan masanya seragam (uniform), fluida
dibatasai oleh lantai dasar horizontal yang
halus (smooth), dan bentuk gelombang tetap.
TEORI GELOMBANG

Gambar : Sketsa Domain

Dalam penyelesaian persamaan gelombang dalam domain berlaku persamaan Laplace yaitu :

 2  2
2200
2
   0
Atau
x 2 z 2
TEORI GELOMBANG
L 
C
• Mencari kecepatan gelombang (C), T  maka, L2 g
C  2  tanh kh
2
  T k
C 
k 
g
• Kecepatan gelombang dapat ditulis sebagai berikut : C tanh kh
k

• Dan diperoleh panjang gelombang : g 2 2h


L T . tanh
2 L
g gT
Co  
• Untuk perairan dalam, dengan tanh kh = 1, maka akan diperoleh kecepatan dan k 2
panjang gelombang, sebesar gT 2
Lo 
2

• Sedang di perairan dangkal, dengan tanh kh = kh,


maka akan diperoleh kecepatan dan panjang
C g h
gelombang, sebesar
LT g h
TEORI GELOMBANG

• Gelombang berdiri (standing wave), diperoleh :

H g cosh k (h  z ) 1  H
 cos kx sin  t , pada  diperoleh  cos kx cos t
2  cosh kh g t z o 2

• Gelombang Berjalan (Progressive Wave), diperoleh :

H g cosh k (h  z ) 1  H
 sin kx   t  , pada  Diperoleh  cos( kx   t )
2  cosh kh g t z 0
2
TEORI GELOMBANG
• Klasifikasi Gelombang Menurut Kedalaman Relatif
Berdasarkan kedalaman relatif, gelombang ( Nuryunono, 1992), dapat diklasifikasikan
menjadi tiga macam yaitu :
a. Gelombang di air dangkal ( shallow water ) : d/L ≤ 1/120
b. Gelombang di air transisi ( transition water ) : 120 ≤ d/L ≤ ½
c. Gelombang di air dalam ( deep water ) : d/L ≤ ½

Apabila kedalaman relatif d/L lebih besar dari 0.5 maka nilai Tanh( 2πd/L ) mendekati 1,
sehingga panjang dan kecepatan rambat gelombang pada air dalam dapat ditulis sebagai
berikut : g.T 2 g.T
LO   1,56.T 2 (m) CO   1,56.T (m/det)
2.
2.
Sedangkan apabila kedalaman relatif d/L kurang dari 1/20, maka nilai Tanh(2πd/L) mendekati
( 2πd/L ), sehingga panjang dan kecepatan rambat gelombang pada perairan dangkal
disederhanakan menjadi :
L  C.T

L  g.d
Gel.perairan dangkal
ANALISIS STATISTIK GELOMBANG
• Analisis distribusi probabilitas tinngi gelombang

Analisis distribusi probabilitas tinggi gelombang biasanya dilakukan terhadap hasil pencatatan
gelombang yang lamanya berkisar antara 10 sd 30 menit. Analisis ini ditujukan untuk mendapatkan
tinggi gelombang; H100, H33, H10, Hrms, dan sebagainya.
• Analisis spektrum energi gelombang ( short term analysis )
Analisis ini dipergunakan untuk mengolah hasil pencatatan gelombang yang lamanya
berkisar antara 10 sd 30 menit. Tujuan utama analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi
mengenai komposisi gelombang, yaitu dengan ditunjukkannya dengan lebar dan sempitnya
rentang spektrum ( narrow-wide band of the spectrum ).

• Analisis distribusi arah gelombang ( medium term analysis )

Analisis ini ditujukan untuk mendapatkan informasi distribusi arah gelombang pada suatu pantai atau
laut. Biasanya hasil dari analisis ini berupa diagram mawar gelombang ( wave rose ) dan hasil analisis ini
sangat berguna untuk perhitungan angkutan sediman pantai termasuk perhitungan perubahan garis pantai.
Data minimum gelombang yang diperlukan untuk analisis ini adalah satu tahun, namun disarankan
data yang diolah adalah data gelombang selama 5 sd 10 tahun.
ANALISIS STATISTIK GELOMBANG
• Analisis kala ulang gelombang ekstrim (long term analysis )

Analisis kala ulang gelombang ekstrim biasanya dilakukan terhadap data gelombang yang
cukup panjang atau lama (di atas 10 tahun). Analisis ini terutama ditujukan untuk mendapatkan kala
ulang dari suatu gelombang ekstrim, misalnya (Hs)20th, (Hrms)50th, (H0,10)100th, dan sebagainya. Hasil
analisis ini sangat berguna untuk keperluan perancangan bangunan pantai.

• Analisis Distribusi Probabilitas Tinggi Gelombang


Dalam bidang teknik sipil, parameter gelombang yang paling banyak digunakan adalah
tinggi gelombang. Oleh karena itu analisis statistik ini dilakukan untuk meninjau distribusi
gelombang dari suatu rangkaian gelombang hasil dari suatu pencatatan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Reyleigh (dalam CERC, 1984), distribusi probabilitas tinggi gelombang
dapat dituliskan sebagai berikut :
2
 Hi  2
   Hi  Ket : Hrms = tinggi gelombang rerata kuadrat
 
p H i  
2Hi  H rms 
P H  H i   1  e
   H rms 
e
H 
 
2
rms
Hi = tinggi gelombang yang ditinjau

 H100 = tinggi gelombang rerata


H 100  H rms
2 N = jumlah gelombang

1  H 
2
P(Hi) = probabilitas kejadian gelombang Hi
H rms 
N
 H i2
P H  H i   1  e
 i
 H rms




P(H>Hi) = probabilitas tinggi gelombang melebihi Hi
ANALISIS STATISTIK GELOMBANG
Berdasarkan persamaan tersebut di atas maka dapat ditentukan berbagai hubungan distribusi tinggi
gelombang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1. dibawah ini :

Tabel 2.1. Hubungan Jumlah gelombang, Tinggi gelombang

N (%) Hn/H33 Hn/H100


1 1,68 2,68
10 1,28 2,03
33 1,00 1,60
50 0,89 1,42
100 0,63 1,00

Apabila probabilitas kumulatif P(H>H33) dihitung maka nilainya adalah :

H rms / H100  2 /   1,13 H 33 / H rms  1,42

H33 / H100  1,60 PH  H 33   e  1, 42 2


 0,135
ANALISIS STATISTIK GELOMBANG
• Analisis Spektrum Energi Gelombang
Prinsip analisis spektrum gelombang adalah menguraikan suatu gelombang irregular (acak) menjadi
suatu susunan dari beberapa gelombang teratur dari berbagai frekuensi dan tinggi gelombang. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Ket : yt = elevasi muka air pada saat t


N
yt   AnCosWnt   n 
An = amplitudo gelombang
Wn = 2π/T
n 1
Θn = phase

Dari penguraian gelombang acak itu lalu dapat dibuat spektrum energi gelombang.
GELOMBANG PECAH
• Menurut Mc. Cowan (1894), dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), didasarkan
teory gelombang Solaryty, tipe gelombang adalah merupakan ratio antara tinggi gelombang pecah
dengan kedalaman adalah :

Dimana : Hb = tinggi gelombang pecah


hb = kedalaman air pecah

Hb
Hb = K hb K = b(m) – a(m)
gT 2
a (m) = 43,8 (1 – e-19m)
b (m) = 1.56 (1 + e-19.5m)-1
apa bila m = 0, maka K = 0,78

• Menurut Miche (1944), dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000).

 2hb 
Hb = 0.142 Lb tan h  
 Lb 
GELOMBANG PECAH
• Menurut Le Mehaute dan Koh (1967) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000)
Menemukan formula berdasarkan sumber data eksperimen (Suquet, 1950; Hamada, 1951;
Iversen, 1952)

Untuk 1/50 < m < 1/5 dan 0.002 < Ho < 0.093

1 / 4
Lo
Hb = 0.76 Ho  Ho 
  . m1 / 7
 Lo 

• Galvin (1969), penelitian dengan gelombang reguler dan mengkombinasikan data Iversen
(1952) dan Mc Cowan (1894), dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000)
1
Hb = hb untuk m ≤ 0.07
1.40  6.85m

hb , untuk m > 0.07


Hb =
0.92
GELOMBANG PECAH
• Collins dan Weir (1969) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), menurunkan
formula tinggi gelombang pecah dari teori gelombang linear dan mengambil data eksperimen
dari sumber data (Suquet, 1950; Hamada, 1951; Iversen, 1952)

Hb = hb (0.72 + 5.6 m)

• Goda (1970) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), menganalisis data
laboratorium gelombang pecah pada kemiringan oleh peneliti (Iversen, 1952; Mitsuyasu,
1962; Goda, 1964)

  hb   
 
4

0.17Lo 1  exp  1.5 1  15m 3


Hb =   

 
 Lo  
 
• Weggel (1972) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), mengusulkan formula
empiris tinggi gelombang pecah, mengambil pecah, mengambil 5 (lima), sumber data
laboratorium (Iversen, 1952; Reid dan Bretschneider, 1953; Galvin, 1969; Jen dan Lin, 1970;
dan Weggel dan Maxwell, 1970)

1 1 hb .g.T 2 .1.5611  exp  19.5m 


Dengan interval Hb =
g.T 2  hb 43.751  exp  19m 
<m<
50 5
GELOMBANG PECAH
• Komar dan Gaughan (1972) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000),
menggunakan teori gelombang linear menurunkan formula tinggi gelombang pecah. Formula
dikalibrasikan ke data laboratorium (Inversen , 1952; Galvin, 1969; Kamar dan Simon, 1968; Munk,
1949)
1

Hb = 0.56 Ho  Ho  5

 Lo 
• Sunamora dan Horikawa (1974) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000),
menggunakan data ari Goda (1970),kemudian di plot hubungan antara Hb Ho dan m
,
Ho Lo
0.25
 Ho 
Hb = Ho m0.2  
 Lo 
• Madsen (1976) dikombinasi formula Galvin (1969) dan Collins (1970) dalam Winyu Rattanapitikan,
Tomoya Shibayama (2000)

Hb = 0.72 hb (1 + 6.4 m)
GELOMBANG PECAH
• Battjes dan Jansen (1978), dimodifikasi formula Miche (1944) dalam Winyu Rattanapitikan,
Tomoya Shibayama (2000).

 0.8 2hb 
Hb = 0.14 Lb tan h  . 
 0.88 Lb 

• Ostendorf dan Madsen (1979) dimodifikasi formula Miche (1944), dalam Winyu Rattanapitikan,
Tomoya Shibayama (2000) termasuk kemiringan dasar. Kemudian dengan membandingkan data
laboratorium dan formula Miche (1944), formula dimodifikasi menjadi :

 2hb 
Hb = 0.14 Lb tan h  0.8  5m  , untuk m ≤ 0.1
Lb 

 2hb 
0.8  50.1 Lb 
Hb = 0.14 Lb tan h , untuk m ≤ 0.1
GELOMBANG PECAH
• Sunamura (1980) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), mengusulkan
formula empiris didasarkan analisis data laboratorium (Iversen, 1952; Bowen et al, 1968;
Goda, 1970 dan Sunamura, 1980) diperoleh formula :
1
  6
 
Hb = 1.1 hb  m 
 Ho 
 
 Lo 

• Singamsetti dan Wind (1980) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), mengadakan
penelitian laboratorium, dengan batasan 1 1
m dan 0.02 < Ho <0.005
40 5
Lo
0.254
 Ho 
Hb = 0.575 Ho m 0.031  
 Lo 
3.13
 Ho 
Hb = 0.937 hb m 0.155
 
 Lo 
GELOMBANG PECAH
• Ogawa dan Shuto (1984) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000) mendapatkan
formula empiris dari data Goda 1970), formula digunakan untuk batasan 1 1 Ho
 m  dan 0.0036 < Lo < 0.065
100 10
0.25
 Ho 
Hb = 0.575 Ho m 0.031
 
 Lo 

• Sattjes dan Stive (1985) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), memodifikasi formula
Battjes dan Janssen (1978) dihubungkan koefisien δ dengan wave steepness perairan dalam sbb:

  Ho   2hb 
Hb = 0.14 Lb tan h 
 0.5  0.4 tan h  33  
  Lo  
 0.88Lb 

• Seyama dan Kimura (1988) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000) mengukur
perubahan tinggi gelombang tunggal, percobaan di gelombang irreguler dan investigasi tinggi gelombang
perbandingan kedalaman air dengan gelombang pecah. Formula Goda (1970) dimodifikasi menghitung
gelombang pecah individu dalam perjalanan gelombang irreguler maka :


 Lo 
  hb    
  
4

1  exp  0.8 
1  15m  
Hb = hb 0.16 3
 0.96 m 0.2 



hb 
 
 Lo  
 

GELOMBANG PECAH
Disamping itu gelombang tunggal diturunkan dari zero-down crossing metode sebelumnya untuk
gelombang reguler.
Penurunan tinggi gelombang diperairan dalam pada titik pecah diperoleh kira-kira 20%. Untuk
gelombang pecah reguler akan diganti dengan 1.25.

      
Hb = 1.25hb     
4
Lo hb 1  15m 3
0.16 1  exp  0.8     0.96 m  0.2 


hb 
 
 Lo  
  

• Larson dan Krans (1989) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), mengembangkan
berdasarkan data saluran gelombang besar Kajuna et al (1982). Index tinggi pecah Hb
hb
dihubungkan steepness gelombang perairan dalam dan kemiringan dasar lokal pada titik pecah.
0.21
 
 
Hb = 1.14 hb  m 
 Ho 
 
 Lo 
GELOMBANG PECAH
• Hansen (1990) menggunakan data laboratorium dari Van Dorn (1978) diplot hubungan antara
Hb
dan Lb , maka formula empiris :
hb
hb
1 .2
Hb = 1.05 hb  Lb 
m 
 hb 

• Smith dan Kraus (1990) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), menemukan 2
formula empiris didasarkan analisis 11 sumber data laboratorium. Percobaan dengan batasan

1 1 Ho
m dan 0.001 < < 0.092
80 10
Lo
 Ho 
 5.01  exp  43m 
Hb = hb 1.12 dan
 
1  exp( 60m) Lo 

0.30 0.88m
Hb = Ho (0.34 + 2.47m)  Ho 
 
 Lo 
GELOMBANG PECAH
• Kamphuis (1991) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000) memodifikasi formula
Miche (1944) dari bentuk exponential, kemiringan dasar ke formula dan diterapkan tinggi gelombang
signifikan gelombang pecah irreguler. Sesudah dikalibrasi data gelombang pecah irreguler, formula
menjadi :
 2hb 
Hb = 0.095 exp (4m) Lb tan h  Lb 
Formula tersebut tinggi pecah reguler dapat digunakan ke gelombang irreguler, perhitungan tinggi
gelombang signifikan pada pecah, tetapi koefisien dikurangi 75% dari koefisien yang dimaksud.
Koefisien berubah dari 0.095 menjadi 0.127 dimana gelombang pecah reguler sebagai berikut :

 2 hb 
Hb = 0.127 exp (4m) Lb tan h  Lb 

• Gourlay (1992) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000) mengajukan formula
empiris didasarkan tujuh sumber data laboratorium (Bonenetal, 1968; Smith, 1984; Hanzen dan
Svendsen, 1979), dengan batasan 1 1 Ho
m dan 0.001 < < 0.066
45 10 Lo
0.28
 Ho 
Hb = 0.478 Ho  
 Lo 
GELOMBANG PECAH
• Battjes (1976), Batttjes mengadakan penelitian tentang gelombang pecah yaitu dengan
memasukan parameter surf similarity (Irribaren Number) yang merupakan bilangan tak
berdemensi dengan memasukkan factor sudut lereng, Tinggi gelombang dan Periode gelombang

tan  
(peak atau rerata) adalah sebagai berikut :
m 
2H s
gTP 2
Dimana : Hs = tinggi gelombang signifikan
TP = Periode gelombang (peak atau Rerata).
Harga tersebut akan menetnukan tipe gelombang pecah (breaker type). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini :

Untuk (offshore surf similarity) tg 


0 
Ho
Lo
tipe gelombang pecah (breaker type).

Tipe gelombang pecah Kriteria limit

 Surging atau collapsing 3,3 < o


 Plunging 0,5 <  < 3,3
 Spilling  < 0.5

Untuk b = Surf parameter, maka b =

tg 
Hb
Lo

Gambar 2.2 Tipe Gelombang pecah.


tipe gelombang pecah (breaker type).

Tipe gelombang pecah Kriteria limit

 Surging atau collapsing 3,3 < o


 Plunging 0,5 <  < 3,3
 Spilling  < 0.5

Untuk b = Surf parameter, maka b =

tg 
Hb
Lo

Gambar 2.2 Tipe Gelombang pecah.


tipe gelombang pecah (breaker type).

Tipe gelombang pecah Kriteria limit

 Surging atau collapsing 3,3 < o


 Plunging 0,5 <  < 3,3
 Spilling  < 0.5

Untuk b = Surf parameter, maka b =

tg 
Hb
Lo

Gambar 2.2 Tipe Gelombang pecah.


Tinggi Tsunami Vs Geometri pantai

Anda mungkin juga menyukai