Teori Gelombang - 2018
Teori Gelombang - 2018
Dalam penyelesaian persamaan gelombang dalam domain berlaku persamaan Laplace yaitu :
2 2
2200
2
0
Atau
x 2 z 2
TEORI GELOMBANG
L
C
• Mencari kecepatan gelombang (C), T maka, L2 g
C 2 tanh kh
2
T k
C
k
g
• Kecepatan gelombang dapat ditulis sebagai berikut : C tanh kh
k
H g cosh k (h z ) 1 H
cos kx sin t , pada diperoleh cos kx cos t
2 cosh kh g t z o 2
H g cosh k (h z ) 1 H
sin kx t , pada Diperoleh cos( kx t )
2 cosh kh g t z 0
2
TEORI GELOMBANG
• Klasifikasi Gelombang Menurut Kedalaman Relatif
Berdasarkan kedalaman relatif, gelombang ( Nuryunono, 1992), dapat diklasifikasikan
menjadi tiga macam yaitu :
a. Gelombang di air dangkal ( shallow water ) : d/L ≤ 1/120
b. Gelombang di air transisi ( transition water ) : 120 ≤ d/L ≤ ½
c. Gelombang di air dalam ( deep water ) : d/L ≤ ½
Apabila kedalaman relatif d/L lebih besar dari 0.5 maka nilai Tanh( 2πd/L ) mendekati 1,
sehingga panjang dan kecepatan rambat gelombang pada air dalam dapat ditulis sebagai
berikut : g.T 2 g.T
LO 1,56.T 2 (m) CO 1,56.T (m/det)
2.
2.
Sedangkan apabila kedalaman relatif d/L kurang dari 1/20, maka nilai Tanh(2πd/L) mendekati
( 2πd/L ), sehingga panjang dan kecepatan rambat gelombang pada perairan dangkal
disederhanakan menjadi :
L C.T
L g.d
Gel.perairan dangkal
ANALISIS STATISTIK GELOMBANG
• Analisis distribusi probabilitas tinngi gelombang
Analisis distribusi probabilitas tinggi gelombang biasanya dilakukan terhadap hasil pencatatan
gelombang yang lamanya berkisar antara 10 sd 30 menit. Analisis ini ditujukan untuk mendapatkan
tinggi gelombang; H100, H33, H10, Hrms, dan sebagainya.
• Analisis spektrum energi gelombang ( short term analysis )
Analisis ini dipergunakan untuk mengolah hasil pencatatan gelombang yang lamanya
berkisar antara 10 sd 30 menit. Tujuan utama analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi
mengenai komposisi gelombang, yaitu dengan ditunjukkannya dengan lebar dan sempitnya
rentang spektrum ( narrow-wide band of the spectrum ).
Analisis ini ditujukan untuk mendapatkan informasi distribusi arah gelombang pada suatu pantai atau
laut. Biasanya hasil dari analisis ini berupa diagram mawar gelombang ( wave rose ) dan hasil analisis ini
sangat berguna untuk perhitungan angkutan sediman pantai termasuk perhitungan perubahan garis pantai.
Data minimum gelombang yang diperlukan untuk analisis ini adalah satu tahun, namun disarankan
data yang diolah adalah data gelombang selama 5 sd 10 tahun.
ANALISIS STATISTIK GELOMBANG
• Analisis kala ulang gelombang ekstrim (long term analysis )
Analisis kala ulang gelombang ekstrim biasanya dilakukan terhadap data gelombang yang
cukup panjang atau lama (di atas 10 tahun). Analisis ini terutama ditujukan untuk mendapatkan kala
ulang dari suatu gelombang ekstrim, misalnya (Hs)20th, (Hrms)50th, (H0,10)100th, dan sebagainya. Hasil
analisis ini sangat berguna untuk keperluan perancangan bangunan pantai.
1 H
2
P(Hi) = probabilitas kejadian gelombang Hi
H rms
N
H i2
P H H i 1 e
i
H rms
P(H>Hi) = probabilitas tinggi gelombang melebihi Hi
ANALISIS STATISTIK GELOMBANG
Berdasarkan persamaan tersebut di atas maka dapat ditentukan berbagai hubungan distribusi tinggi
gelombang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1. dibawah ini :
Dari penguraian gelombang acak itu lalu dapat dibuat spektrum energi gelombang.
GELOMBANG PECAH
• Menurut Mc. Cowan (1894), dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), didasarkan
teory gelombang Solaryty, tipe gelombang adalah merupakan ratio antara tinggi gelombang pecah
dengan kedalaman adalah :
Hb
Hb = K hb K = b(m) – a(m)
gT 2
a (m) = 43,8 (1 – e-19m)
b (m) = 1.56 (1 + e-19.5m)-1
apa bila m = 0, maka K = 0,78
2hb
Hb = 0.142 Lb tan h
Lb
GELOMBANG PECAH
• Menurut Le Mehaute dan Koh (1967) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000)
Menemukan formula berdasarkan sumber data eksperimen (Suquet, 1950; Hamada, 1951;
Iversen, 1952)
Untuk 1/50 < m < 1/5 dan 0.002 < Ho < 0.093
1 / 4
Lo
Hb = 0.76 Ho Ho
. m1 / 7
Lo
• Galvin (1969), penelitian dengan gelombang reguler dan mengkombinasikan data Iversen
(1952) dan Mc Cowan (1894), dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000)
1
Hb = hb untuk m ≤ 0.07
1.40 6.85m
Hb = hb (0.72 + 5.6 m)
• Goda (1970) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), menganalisis data
laboratorium gelombang pecah pada kemiringan oleh peneliti (Iversen, 1952; Mitsuyasu,
1962; Goda, 1964)
hb
4
Lo
• Sunamora dan Horikawa (1974) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000),
menggunakan data ari Goda (1970),kemudian di plot hubungan antara Hb Ho dan m
,
Ho Lo
0.25
Ho
Hb = Ho m0.2
Lo
• Madsen (1976) dikombinasi formula Galvin (1969) dan Collins (1970) dalam Winyu Rattanapitikan,
Tomoya Shibayama (2000)
Hb = 0.72 hb (1 + 6.4 m)
GELOMBANG PECAH
• Battjes dan Jansen (1978), dimodifikasi formula Miche (1944) dalam Winyu Rattanapitikan,
Tomoya Shibayama (2000).
0.8 2hb
Hb = 0.14 Lb tan h .
0.88 Lb
• Ostendorf dan Madsen (1979) dimodifikasi formula Miche (1944), dalam Winyu Rattanapitikan,
Tomoya Shibayama (2000) termasuk kemiringan dasar. Kemudian dengan membandingkan data
laboratorium dan formula Miche (1944), formula dimodifikasi menjadi :
2hb
Hb = 0.14 Lb tan h 0.8 5m , untuk m ≤ 0.1
Lb
2hb
0.8 50.1 Lb
Hb = 0.14 Lb tan h , untuk m ≤ 0.1
GELOMBANG PECAH
• Sunamura (1980) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), mengusulkan
formula empiris didasarkan analisis data laboratorium (Iversen, 1952; Bowen et al, 1968;
Goda, 1970 dan Sunamura, 1980) diperoleh formula :
1
6
Hb = 1.1 hb m
Ho
Lo
• Singamsetti dan Wind (1980) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), mengadakan
penelitian laboratorium, dengan batasan 1 1
m dan 0.02 < Ho <0.005
40 5
Lo
0.254
Ho
Hb = 0.575 Ho m 0.031
Lo
3.13
Ho
Hb = 0.937 hb m 0.155
Lo
GELOMBANG PECAH
• Ogawa dan Shuto (1984) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000) mendapatkan
formula empiris dari data Goda 1970), formula digunakan untuk batasan 1 1 Ho
m dan 0.0036 < Lo < 0.065
100 10
0.25
Ho
Hb = 0.575 Ho m 0.031
Lo
• Sattjes dan Stive (1985) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), memodifikasi formula
Battjes dan Janssen (1978) dihubungkan koefisien δ dengan wave steepness perairan dalam sbb:
Ho 2hb
Hb = 0.14 Lb tan h
0.5 0.4 tan h 33
Lo
0.88Lb
• Seyama dan Kimura (1988) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000) mengukur
perubahan tinggi gelombang tunggal, percobaan di gelombang irreguler dan investigasi tinggi gelombang
perbandingan kedalaman air dengan gelombang pecah. Formula Goda (1970) dimodifikasi menghitung
gelombang pecah individu dalam perjalanan gelombang irreguler maka :
Lo
hb
4
1 exp 0.8
1 15m
Hb = hb 0.16 3
0.96 m 0.2
hb
Lo
GELOMBANG PECAH
Disamping itu gelombang tunggal diturunkan dari zero-down crossing metode sebelumnya untuk
gelombang reguler.
Penurunan tinggi gelombang diperairan dalam pada titik pecah diperoleh kira-kira 20%. Untuk
gelombang pecah reguler akan diganti dengan 1.25.
Hb = 1.25hb
4
Lo hb 1 15m 3
0.16 1 exp 0.8 0.96 m 0.2
hb
Lo
• Larson dan Krans (1989) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), mengembangkan
berdasarkan data saluran gelombang besar Kajuna et al (1982). Index tinggi pecah Hb
hb
dihubungkan steepness gelombang perairan dalam dan kemiringan dasar lokal pada titik pecah.
0.21
Hb = 1.14 hb m
Ho
Lo
GELOMBANG PECAH
• Hansen (1990) menggunakan data laboratorium dari Van Dorn (1978) diplot hubungan antara
Hb
dan Lb , maka formula empiris :
hb
hb
1 .2
Hb = 1.05 hb Lb
m
hb
• Smith dan Kraus (1990) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000), menemukan 2
formula empiris didasarkan analisis 11 sumber data laboratorium. Percobaan dengan batasan
1 1 Ho
m dan 0.001 < < 0.092
80 10
Lo
Ho
5.01 exp 43m
Hb = hb 1.12 dan
1 exp( 60m) Lo
0.30 0.88m
Hb = Ho (0.34 + 2.47m) Ho
Lo
GELOMBANG PECAH
• Kamphuis (1991) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000) memodifikasi formula
Miche (1944) dari bentuk exponential, kemiringan dasar ke formula dan diterapkan tinggi gelombang
signifikan gelombang pecah irreguler. Sesudah dikalibrasi data gelombang pecah irreguler, formula
menjadi :
2hb
Hb = 0.095 exp (4m) Lb tan h Lb
Formula tersebut tinggi pecah reguler dapat digunakan ke gelombang irreguler, perhitungan tinggi
gelombang signifikan pada pecah, tetapi koefisien dikurangi 75% dari koefisien yang dimaksud.
Koefisien berubah dari 0.095 menjadi 0.127 dimana gelombang pecah reguler sebagai berikut :
2 hb
Hb = 0.127 exp (4m) Lb tan h Lb
• Gourlay (1992) dalam Winyu Rattanapitikan, Tomoya Shibayama (2000) mengajukan formula
empiris didasarkan tujuh sumber data laboratorium (Bonenetal, 1968; Smith, 1984; Hanzen dan
Svendsen, 1979), dengan batasan 1 1 Ho
m dan 0.001 < < 0.066
45 10 Lo
0.28
Ho
Hb = 0.478 Ho
Lo
GELOMBANG PECAH
• Battjes (1976), Batttjes mengadakan penelitian tentang gelombang pecah yaitu dengan
memasukan parameter surf similarity (Irribaren Number) yang merupakan bilangan tak
berdemensi dengan memasukkan factor sudut lereng, Tinggi gelombang dan Periode gelombang
tan
(peak atau rerata) adalah sebagai berikut :
m
2H s
gTP 2
Dimana : Hs = tinggi gelombang signifikan
TP = Periode gelombang (peak atau Rerata).
Harga tersebut akan menetnukan tipe gelombang pecah (breaker type). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini :
tg
Hb
Lo
tg
Hb
Lo
tg
Hb
Lo