Anda di halaman 1dari 8

Aspek Legal dan Etik

dalam Keperawatan
Jiwa
Kelompok 2
Nabillatuz Zulfa NIM 162310101143
Emilia Fitri W NIM 162310101178
Muhammad Musyafa NIM 162310101242
Syinthia Purnama A NIM 162310101247
Aspek Legal dan Etik dalam Keperawatan Jiwa

Etika berasal dari Bahasa Yunani ethos yang berarti karakter,


watak kesusilaan, atau adat kebiasaan yang etika tersebut
berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok
sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap
sesuatu yang telah dilakukan. Penerapan aspek etik dalam
keperawatan jiwa sangat terkait dengan pemberian
diagnosis, perlakuan atau cara merawat, hak pasien,
stigma masyarakat, serta peraturan atau hukum yang
berlaku.
STANDAR ETIKA
Perawat kejiwaan mungkin menghadapi situasi etika yang rumit dalam
merawat pasien dan keluarga dengan penyakit mental. Sebagai seorang
yang profesional, mereka memegang standar etis tertinggi dalam praktik
klinis mereka (Murray, 2007). Keterampilan etika yang penting dalam
praktek kejiwaan adalah
• Kemampuan untuk mengenali masalah etik dalam praktik kejiwaan,
termasuk pengetahuan yang bekerja mengenai konsep-konsep etik ketika
dalam memberikan pelayanan pada penyakit mental
• Kemampuan untuk menyadari nilai diri sendiri, kekuatan, dan
penyimpangan-penyimpangan sebagai aplikasi dalam merawat pasien,
meliputi kemampuan untuk mengenal ketidaknyamanan diri sendiri
sebagai suatu indicator dari masalah etik
• Kemampuan untuk mengidentifikasi keterbatasan kemampuan klinik
yang dimilikinya
• Kemampuan untuk mengantisipasi dilema etik tertentu dalam
perawatan
• Kemampuan untuk mengkaji sumber etik klinik, untuk mendapatkan
konsultasi etik, dan untuk mengkaji supervisi berkelanjutan yang sulit
kasus
• Kemampuan untuk mengenal perlindungan tambahan ke dalam
perawqtan klinik pasien dan memonitor efektivitasnya
Peran dan Fungsi Perawat
Praktik kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam konteks
sosial dan lingkungan. Peran keperawatan jiwa profesional
berkembang secara kompleks dari elemen historis aslinya. Peran
tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi
pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antar disiplin.
Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial,
biofisik, teori kepribadian dan perilaku manusia untuk
mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari
praktik keperawatan.
Tingkat Kinerja
Empat faktor utama yang membantu menentukan tingkat fungsi
dan jenis aktivitas yang dilakukan oleh perawat jiwa :
• Legislasi praktik perawat
• Kualifikasi perawat, termasuk pendidikan, pengalaman kerja,
dan status sertifikasi
• Tatanan praktik perawat
• Tingkat kompetensi personal dan inisiatif perawat
Tingkat Pencegahan
Intervensi keperawatan jiwa lebih jauh mencakup tiga area aktivitas
yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
• Pencegahan primer merupakan suatu konsep komunitas termasuk
menurunkan insiden penyakit di komunitas dengan mengubah
faktor penyebab sebelum hal membahayakan. Pencegahan primer
dilakukan sebelum ada penyakit dan diterapkan pada penduduk
yang umumnya sehat. Pencegahan ini meliputi promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit. Menurut UU no 18 tahun 2014 promosi
kesehatan jiwa ditujukan ; mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal, menghilangkan
stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi ODGJ bagian dari
masyarakat. Upaya preventif kesehatan jiwa ditujukan ; mencegah
terjadinya masalah kejiwaan, mencegah timbulnya dan atau
kambuhnya gangguan jiwa.
• Pencegahan sekunder mencakup pengurangan prevalensi penyakit
actual melalui deteksi dini dan penanganan masalah kesehatan
• Pencegahan tersier mencakup penurunan gangguan atau disabilitas
yang disebabkan oleh penyakit.
Rentang Asuhan Keperawatan Jiwa
Perawat jiwa memberikan perawatan sepanjang rentang asuhan. Perawatan
ini meliputi intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer : Pencegahan primer adalah intervensi biologi, sosial atau
psikologis yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan atau
menurunkan insiden penyakit di masyarakat dengan mengubah faktor-faktor
penyebab sebelum membahayakan.

Pencegahan sekunder : Pencegahan sekunder adalah termasuk menurunkan


prevalensi gangguan. Aktivitasnya berupa penemuan khusus dini, skrining,
dan pengobatan efektif yang tepat.

Pencegahan tersier : Aktivitasnya pencegahan tersier mencoba untuk


mengurangi beratnya gangguann dan disabilitas yang berkaitan.
Daftar pustaka
UU no 18 tahun 2014 Tentang kesehatan Jiwa
UU no 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
Stuart,Gail W.2006.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC

Ah, Y., R. Fitryasari, dan H. E. Nihayati. 2014. Keperawatan. surabaya:


Salemba Medika.

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

Rahayu, D. A. dan T. Nurhidayati. 2012. Penilaian terhadap stresor &


sumber koping penderita kanker yang menjalani kemoterapi.
18):95–103.

Anda mungkin juga menyukai