Permohonan:
Identitas hanya pihak pemohon saja, posita ttg
situasi/peristiwa hukum yg dijadikan dasar thd
apa yg dimohonkan oleh pemohon dlm petita.
Nama terang, (Gelar, alias/julukan, bin/binti)
Umur
Jenis Kelamin
Alamat/Tempat Tinggal
Pekerjaan
Agama
Status perkawinan
Berkaitan dengan
fakta/kejadian/peristiwa( Feitelijke
Gronden)
Berkaitan dengan Hubungan Hukum (
Rechtelijke Gronden)
Kronologis peristiwa
Duduk masalahnya fakta /hubungan hukum
Sebab timbulnya sengketa
Kualifikasi perbuatan
Kerugian
Hal yg memperkuat/ menjamin terpenuhinya
hak-hak Penggugat
Relevan dengan posita
Tidak melebihi posita
Tuntutan Primair
Tuntutan Subsidair (ex aequo et bono)
rekonvensi diatur dalam Pasal 132a dan b
HIR (Stbl 1941-44) yang maknanya rekonvensi
adalah gugatan yang diajukan tergugat sebagai
gugatan balasan terhadap gugatan yang diajukan
penggugat kepadanya. Dalam penjelasan Pasal
132a HIR disebutkan, oleh karena bagi tergugat
diberi kesempatan untuk mengajukan gugatan
melawan, artinya. untuk menggugat kembali
penggugat, maka tergugat itu tidak perlu
mengajukan tuntutan baru, akan tetapi cukup
dengan memajukan gugatan pembalasan itu
bersama-sama dengan jawabannya terhadap
gugatan lawannya
Voeging
Ada hubungan/kepentingan
Kehendak sendiri
Memihak salah satu pihak
Tussenkomst
menengahi
Membela kepentingan sendiri
Vrijwaring
Penanggungan/pembebasan
Ditarik salah satu pihak
Penggabungan gugatan diperbolehkan apabila
ada hubungan yang erat dan mendasar. Jenis-
jenis kumulasi gugatan:
1.Kumulasi Subyektif, ialah jika dalam satu
surat gugatan terdapat beberapa orang
penggugat/ beberapa orang Tergugat.
2.Kumulasi Obyektif, ialah jika Penggugat
mengajukan beberapa gugatan/tuntutan
kepada seorang Tergugat. (Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1989 pasal 66 ayat (5) dan
pasal 86 ayat (1)).
Penggugat Beberapa
Tergugat
Beberapa Tergugat
Penggugat
Beberapa Beberapa
Penggugat Tergugat
Pengurangan
Pada dasarnya diperbolehkan krn tidak
merugikan kepentingan Tergugat dalam
pembelaan
Penambahan
dibolehkan asal tidak fundamental
Diajukan saat perkara belum diperiksa /
sebelum Tergugat mengajukan hak jawabnya
Tidak merugikan kepentingan Tergugat dalam
pembelaan.
1. Penggugat / kuasa datang ke bagian pendaftaran
perkara di PA untuk mengajukan
gugatan/permohonan dengan surat/ lisan/kuasa
ke Ketua PA dengan membawa surat bukti
identitas.
2. Penggugat wajib membayar uang muka
(voorschot) biaya/ongkos perkara. (Ps. 121 ayat 4
HIR).
3. Panitera pendaftaran perkara menyampaikan
gugatan ke bagian perkara, sehingga gugatan
secara resmi dapat diterima dan didaftar dalam
Buku Register Perkara.
4. Setelah didaftar, gugatan diteruskan ke Ketua PA,
diberi catatan mengenai nomor, tanggal perkara&
ditentukan hari sidang.
5. Ketua PA menentukan majelis Hakim yang akan
mengadili dan menentukan hari sidang.
6. Hakim ketua/anggota majelis hakim (yang akan
memeriksa perkara) memeriksa kelengkapan
surat gugatan.
7. Panitera memanggil penggugat & tergugat
dengan membawa Surat Panggilan Sidang secara
patut.
8. Semua proses pemeriksaan perkara dicatat dalam
BAP.
-TERIMA KASIH-